Minggu, 17 Mei 2020

Tambah 59 Kasus, Kematian Akibat Corona RI Tertinggi Sejak 14 April

 Meski semakin menjauhi angka sembuh pasien Corona di Indonesia, per hari ini (17/5/2020) kasus kematian Corona di RI masih melaporkan penambahan kasus. Ada sebanyak 59 kasus kematian Corona di Indonesia yang dilaporkan.
Penambahan tersebut menjadi penambahan terbanyak kedua dibandingkan dengan 14 April lalu yaitu 60 kasus kematian. Sementara itu total pasien sembuh terus bertambah dan berhasil tembus 4.000 kasus dengan total 4.129 kasus.

Sebelumnya penambahan kasus sembuh tertinggi dilaporkan pada 15 Mei sebanyak 285 orang. Sedangkan total kasus positif Corona secara akumulatif hingga saat ini mencapai 17.520 kasus.

Dikutip dari laman data covid19.go.id, secara detail jumlah pasien yang dinyatakan sembuh telah mencapai 4.129 (23,6 persen dari total terkonfirmasi) dan yang meninggal menjadi 1.148 (6,6 persen dari total terkonfirmasi.

Berikut ini detail perkembangan kasus virus Corona COVID-19 pada Minggu (17/5/2020):

1. Jumlah kasus positif bertambah 495 menjadi 17.520.
2. Jumlah pasien sembuh bertambah 218 menjadi 4.129.
3. Jumlah pasien meninggal dunia bertambah 59 menjadi 1.148.

Sama-sama Lewat Droplet, Ini Bedanya Penularan TBC dan Virus Corona

Penularan tuberkulosis (TB atau TBC) dengan virus corona COVID-19 sama-sama melalui droplet. Hal ini dijelaskan Komite Ahli TB Indonesia, dr Pandu Riono, MPH, PhD, saat melakukan teleconference terkait peringatan hari TB sedunia. Namun samakah penularannya?
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr Wiendra Waworontu, MKes, menjelaskan ada perbedaan di antara keduanya meski sama-sama menular melalui droplet.

"Kalau tuberkulosis masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kalau COVID-19 masuk ke dalam tubuh melalui kontak pada permukaan terutama pada mata, hidung, dan mulut," jelasnya di Teleconference Kementerian Kesehatan terkait dengan peringatan hari TB sedunia pada Selasa (24/3/2020).

Ia juga menjelaskan tindakan pencegahan yang dilakukan untuk kedua penyakit tersebut kondisinya berbeda. Dalam pencegahan TBC, belum ada tindakan karantina.

"Kalau COVID-19 kan kita lakukan karantina terhadap pasien dan isolasi kontak serta penggunaan APD secara luas. Kalau TBC belum ada tindakan karantina terhadap pasien maupun yang kontak, penggunaan APD juga masih terbatas," ungkapnya.

Diperkirakan 2.795 Orang di Solo Berisiko Tertular Virus Corona

 Pemkot Solo mendata ada 75 orang dalam pemantauan (ODP) terkait virus Corona (COVID-19). Namun secara epidemiologi, ada 2.795 orang di Solo yang berisiko tertular virus dari Wuhan, China Itu.
"Jadi kasus ODP kami hingga saat ini yang bisa kami deteksi itu 75. Yang potensi risiko tertular, hitung-hitungan epidemologi ketemu 2.795 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih di Balai Kota, Selasa (24/3/2020).

Jumlah ODP tersebut merupakan orang-orang yang sempat melakukan kontak erat dengan pasien positif Corona. Karena belum menunjukkan gejala sakit, mereka hanya diminta mengkarantina diri di rumah.

Sementara jumlah 2 ribuan orang merupakan hasil penelusuran atau tracing lebih lanjut dari pasien positif maupun Pasien dalam Pengawasan (PDP). Warga Solo yang mengalami gejala batuk, pilek, demam ataupun sesak napas juga diminta tinggal di rumah meskipun tidak berkontak dengan PDP dan positif.

"Manusia itu kan punya hubungan sosial. Misal ini kasus 1 ketemu siapa, ini punya keluarga, keluarga ini mungkin juga sudah sosialisasi dengan siapa. Ini yang harus selalu kita cari baik yang berbasis masyarakat ataupun faskes," ujar dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar