Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim telah menemukan formula untuk menangkal virus Corona. Formula ini telah dipatenkan ke dalam tiga produk penangkal COVID-19 yakni inhaler, diffuser oil, hingga kalung antiCorona.
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan pihaknya telah menguji berbagai tumbuhan yang berpotensi sebagai antivirus Corona. Hasilnya, bahan yang paling efektif dalam menangkal COVID-19 adalah tanaman eucalyptus dengan memanfaatkan kandungan senyawa aktif 1,8-cineole (eucalyptol).
"Kesimpulan kami bisa (membunuh COVID-19), karena bahan aktif yang dimiliki eucalyptus dan target bisa membunuh Mpro (enzim dalam virus Corona) itu. Nah kandungan Mpro berlaku pada COVID-19 yang juga ada, dia bisa mereplikasi," ucap Fadjry, Senin (18/5/2020).
Andai benar bisa membunuh virus Corona sebagaimana diklaim oleh Kementan, maka bisa saja pandemi virus Corona COVID-19 di Indonesia bakal lebih cepat teratasi. Namun menurut ilmuwan, kemungkinannya tidak akan semudah itu.
"Karena kita belum tahu efek sebenarnya, kita tidak bisa menyatakan ini bisa mengatasi pandemi dan sebagainya. Mungkin untuk meningkatkan kekebalan bisa," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Soebandrio.
Untuk membuktikan efeknya benar-benar spesifik membunuh virus Corona, produk semacam itu harus menjalani uji coba di laboratorium. Menurut Prof Amin, produk-produk dari bahan alam umumnya lebih difungsikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
"Meningkatkan daya tahan itu sih sah-sah saja. Tapi tidak spesifik membunuh virus," jelasnya.
Akhir Pandemi Corona Tanda Tanya, Bali Godok Skema Hidupkan Wisata Lagi
Akhir pandemi virus Corona di Indonesia masih tanda tanya. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Sukawati, mulai menggodok skema pembukaan pariwisata Bali.
"Kita tidak tahu kapan ini dibuka, kita tidak tahu kapan Bali reopening, apakah bulan depan, tiga bulan lagi, ataukah tahun depan, kita tidak bisa pastikan itu.," kata Cok Ace dalam keterangan pers, Selasa (18/5/2020).
"Tapi, kita harus sudah mulai buka wacana ini, mengingat begitu banyak hal yang harus kita persiapkan secara detail saat reopening itu. Jika sudah dibahas mulai sekarang, kita sudah siap dan tahu langkah yang akan diambil manakala waktu itu tiba, kita sudah siap bertarung lagi terutama sektor pariwisata yang menjadi tumpuan ekonomi Bali," dia menambahkan.
Menurut Cok Ace sebelum wisata Bali dibuka lagi, setidaknya ada tiga aspek yang harus diperhatikan. Yakni, adalah waktu, biaya, dan sumber daya manusia (SDM).
"Terkait waktu, kita perlu memikirkan kapan waktu yang tepat Bali dibuka lagi, sedangkan aspek biaya, yakni dengan adanya perubahan-perubahan protokol kesehatan yang menjadi tuntutan di era new normal. Maka, kami perlu kalkulasi kembali biaya yang dibutuhkan di semua jasa usaha wisata," ujar Cok Ace.
"Sementara itu, SDM, kita perlu menyiapkan SDM yang memahami standar protokol kesehatan," dia menambahkan.
Selain itu, menurut Cok Ace kebersihan juga perlu diperhatikan di setiap lingkungan. Begitu juga dengan kesehatan dengan melaksanakan rapid test dan swab test di pintu masuk Bali seperti bandara dan pelabuhan.
"Terkait kebersihan, kita perlu memikirkan sanitasi tempat-tempat yang dikelola, apakah sudah dilaksanakan penyemprotan disinfektan secara rutin apa belum, apakah sudah disiapkan tempat cuci tangan dan sebagainya," kata Cok Ace.
"Begitu pula dengan kesehatan, bagaimana dengan pelaksanaan rapid tes, swab, kesiapan alat pelindung diri (APD), serta keamanan yang meliputi mobilitas orang-orangnya, social distancing," dia menambahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar