Sabtu, 23 Mei 2020

Rencana Besar Erick Thohir Gabungkan Bulog, RNI, dan PTPN

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan impor masih menjadi masalah di bidang pangan. Masalah yang dihadapi di bidang pangan seperti masalah di bidang kesehatan. Demikian disampaikan Erick Thohir dalam keterangannya, Jumat kemarin (22/5/2020).
"Sama seperti industri kesehatan, impor juga menjadi masalah krusial di industri pangan, di mana kita masih bergantung pada asing, hal ini perlu direformasi untuk memastikan ketahanan pangan di Indonesia," kata Erick.

Erick mengatakan, pihaknya sedang menyusun peta jalan industri pangan di BUMN. Ia berencana menggabungkan PTPN, Perum Bulog dan RNI dalam sebuah kluster.

"Saat ini BUMN sedang menyiapkan roadmap untuk industri pangan di BUMN. Dengan penggabungan PTPN, Bulog dan RNI dalam kluster pangan akan mendorong terbentuknya rantai industri pangan yang terkonsolidasi di BUMN," ungkap Erick.

Ia menjelaskan, BUMN saat ini memiliki 130.000 Ha tanah di bawah PTPN dan 140.000 lahan yang dimiliki oleh rakyat yang dikelola BUMN seharusnya dapat untuk menyeimbangkan kebutuhan 3,5 juta ton gula di Indonesia, yang mana 36% diantaranya dipenuhi oleh swasta dan 800.000-900.000 ton dari impor.

"Dengan penggabungan kluster pangan ini, kami yakin BUMN dapat mengurangi impor dan kedepannya bisa mewujudkan ketahanan pangan menuju Indonesia Emas tahun 2045," terang Erick.

Erick sendiri didampingi Direktur Operasional Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh baru saja melakukan sidak ke Komplek Pergudangan Bulog di Gedebage, Bandung, Jawa Barat. Dalam kunjungannya, Erick memeriksa ketersediaan gula dan beras di Jawa Barat khususnya untuk mengantisipasi jelang perayaan Idul Fitri. Tri Wahyudi Saleh menyampaikan stok gula dan beras di Jawa Barat dalam kondisi aman.

"Stock beras dan gula di Kantor Wilayah Jawa Barat dapat dipastikan aman dapat memenuhi kebutuhan. Untuk stok gula di Jawa Barat adalah 1.853 ton, sedangkan beras 227.997 ton," jelasnya.

Seperti apa konsep kluster pangan?

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan, pembentukan kluster pangan artinya ialah membangun ekosistem industri pangan itu sendiri. Sehingga, BUMN pangan ini nantinya saling terhubung.

"Kluster pangan artinya ekosistem yang dibangun untuk ekosistem pangan. Jadi berhubungan semua itu, mulai dari PTPN, RNI ataupun misalnya Sang Hyang Seri gitu," katanya.

Dia mengatakan, saling terhubung itu artinya industri pangan itu terhubung dari hulu ke hilir. Sehingga, BUMN pangan tidak bekerja sendiri-sendiri. Dia menuturkan, kluster sendiri bukan berarti membentuk sub holding.

"Itu kan satu ekosistem, atau Pupuk, nanti Bulog yang belinya itu kan satu ekosistem dari hulu ke hilirnya dia. Mereka kan saling connect bukan berarti sub holding tapi membangun ekosistem antar masing-masing perusahaan yang kait-mengkait yang selama ini berdiri sendiri, dan tidak ada kaitan ekosistem bisnisnya," jelasnya.

Sementara, Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto menilai konsep ini bagus di atas kertas.

"Ya ini perubahan approach klaster BUMN saja, sekarang beralih ke pendekatan value chain. Jadi BUMN digabungkan berdasarkan flow rantai nilai, dari hulu ke hilir. PTPN dan sebagian RNI ada di hulu, geser ke Bulog di hilir. Di atas kertas konsep bagus saja," katanya.

Namun begitu sejumlah pekerjaan rumah mesti diselesaikan, khususnya di bagian hulu. Lantaran, ada kebutuhan modernisasi.

"Problem besar adalah kebutuhan modernisasi di sektor hulunya. Misal pabrik-pabrik gula BUMN sudah sangat tua dan tidak efisien. Perlu investasi besar perbaiki sektor off farm ini," ujarnya.

"Sementara di level produktivitas lahan (on farm) perlu ditingkatkan, terutama kerja sama BUMN dengan petani lokal (program inti plasma), di mana standarisasi kualitas produk dan produktivitas perlu dijaga," ujarnya.

Dia melanjutkan, jika masalah itu bisa diselesaikan maka akan membuat biaya menjadi lebih efisien. Kemudian, akan meningkatkan produktivitas.

"Ya integrasi hulu hilir bisa meningkatkan value, berupa cost structure yang bisa lebih efisien dan prospek ketersediaan (availibility) yang lebih tinggi," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar