Jumat, 29 Mei 2020

Catat 3 Hal Wajib Sebelum Pakai Masker Kain di Masa New Normal

Kini masker kain sudah menjadi kebutuhan sehari-hari ketika hendak beraktivitas di luar rumah. Terlebih saat ini kita akan memasuki era 'new normal' atau pola hidup baru dengan penerapan protokol kesehatan COVID-19.
Ada baiknya untuk memiliki persediaan dua sampai tiga masker kain agar bisa dipakai bergantian. Sebab jika terus digunakan dan tidak diganti, masker kain akan cepat kotor dan rusak.

Dirangkum detikcom, berikut ini tiga hal yang perlu diketahui dalam menggunakan masker kain.

1. Maksimal digunakan empat jam
Masker kain bisa dipakai beberapa kali dengan catatan untuk selalu memastikan masker tersebut bersih. Rutinlah mencuci masker kain dan tidak memakainya lebih dari empat jam.

"Gunakan masker kain. Masker kain bisa dicuci. Kami menyarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari empat jam untuk kemudian dicuci dengan cara direndam di air," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona COVID-19, Achmad Yurianto.

2. Cuci pakai air hangat dan detergen
Mengutip dari Fox News, Direktur Medis Yayasan Nasional untuk Penyakit Menular di Bethesda, William Schaffner menyarankan sebaiknya masker kain harus dicuci secara rutin apabila sering digunakan.

Cucilah masker kain dengan menggunakan detergen dan air panas. Hal ini akan membuat virus dan bakteri yang mungkin menempel di masker bisa musnah.

3. Simpan di plastik kedap udara bila tak sempat mencuci
Lipat masker menjadi dua bagian. Pastikan bagian dalam masker berada di dalam lipatan. Ini dilakukan untuk mencegah tangan menyentuh bagian dalam masker yang sudah terkena percikan air liur ketika digunakan.

Jika tidak langsung dicuci karena masih berada di luar rumah, simpan masker kain yang sudah dilipat ke dalam plastik kedap udara. Maka ada baiknya juga untuk menyediakan kantong plastik dengan klep penutup yang kedap udara.

Tim Pakar Gugus Tugas Sebut RI Hentikan Klorokuin pada Pasien Uji Coba WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya dilaporkan meminta Indonesia untuk menghentikan pemberian obat klorokuin dan hidroklorokuin pada pasien Corona COVID-19. Alasannya karena data penelitian yang dipublikasi di jurnal The Lancet melihat obat ini tidak bermanfaat menyembuhkan pasien, malah tingkatkan risiko kematian.
"Kelompok Eksekutif telah memutuskan menghentikan sementara penggunaan hidroklorokuin dalam Solidarity Trial, sementara data dianalisa oleh Dewan Pengawas Keamanan Data," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Solidarity Trial adalah nama program yang dikelola WHO untuk mempercepat pengembangan obat dan vaksin virus Corona COVID-19. Negara yang bergabung dalam program tersebut saling berbagi data eksperimen yang dilakukan.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan Indonesia sudah menghentikan pemberian obat klorokuin pada pasien dalam Solidarity Trial. Penghentian ini baru dilakukan dalam lingkup uji coba medis WHO.

"Indonesia adalah bagian dari penerapan Solidarity Trial, karena itu Indonesia ikuti instruksi WHO untuk klorokuin," ujar Wiku seperti dikutip dari kantor berita Antara.

"Untuk trial, WHO menghentikan. Kalau bukan untuk trial, kami belum mengetahui," katanya.

Sementara itu, spesialis paru-paru dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, dari RSUP Persahabatan menjelaskan dokter masih memakai klorokuin untuk pasien Corona lain. Alasannya karena para ahli di Indonesia juga masih menjalankan studi sendiri.

"WHO itu berdasarkan jurnal Lancet yang katanya hidroklorokuin tidak bermanfaat," kata dr Erlina pada detikcom, Kamis (28/5/2020).

"Tapi kita kan masih perlu meneliti data kita sendiri. Karena data yang di jurnal itu kan data orang luar. Kita lihat apakah Indonesia seperti itu? Kalau di Indonesia bermanfaat ya kita terus aja," lanjutnya.

dr Erlina mengatakan ada perbedaan metode pemberian obat yang dilakukan pada pasien di Solidarity Trial dengan pasien Corona lain. Dalam laporan di The Lancet obat cenderung diberikan dengan dosis tinggi dan jangka waktu relatif panjang, sementara pasien Corona lainnya di Indonesia diberi obat dalam dosis rendah selama lima hari.

"Jadi kita sampai saat ini masih memakai untuk pasien biasa. Tapi pasien penelitiannya WHO ya kita enggak pakai," pungkasnya.
http://kamumovie28.com/oo-nina-bobo-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar