Rabu, 27 Mei 2020

Studi di Swedia Sebut Herd Immunity Tak Efektif Lawan Virus Corona

 Tak seperti negara kebanyakan, Swedia tak menerapkan lockdown dalam menghadapi pandemi Corona. Bar, restoran, bisnis tetap dibuka, dan orang-orang tidak dipaksa berdiam diri di rumah.
Ahli epidemiologi Swedia Anders Tegnell meyakini kebijakan ini untuk menciptakan kekebalan dalam suatu kelompok. Dikenal juga dengan strategi herd immunity di mana secara alami kekebalan pada virus Corona akan muncul di suatu kelompok dan dinilai bisa mencegah penyebaran lebih luas.

Pada hari Rabu lalu, Badan Kesehatan Swedia memperkirakan sepertiga dari populasi Stockholm, ibukota Swedia, sudah memiliki kekebalan pada virus Corona COVID-19. "Ini sedikit lebih rendah dari yang diharapkan tetapi tidak terlalu rendah, mungkin satu atau beberapa persen," kata Tegnell, dikutip dari Express.

"Itu cocok dengan model yang kita miliki," lanjutnya meyakinkan.

Namun, studi baru di Swedia meragukan kebijakan tersebut berhasil. Berdasarkan 1.100 tes di Swedia, ditemukan hanya 7,3 persen orang di Stockholm, ibukota Swedia, yang berhasil mengembangkan antibodi, demikian laporan Reuters.

Bjorn Olsen, Profesor Obat Infeksi di Universitas Uppsala, dan seorang kritikus yang cukup vokal terhadap respons pandemi Swedia, mengatakan bahwa pendekatan kekebalan kawanan atau strategi herd immunity tampaknya telah gagal. "Saya pikir kekebalan kawanan (herd immunity) masih terlalu jauh, jika kita pernah mencapainya," kata Bjorn Olsen.

Para kritikus menggambarkan keputusan Badan Kesehatan Masyarakat untuk mengejar kekebalan kawanan atau strategi herd immunity sangat berbahaya dan tidak realistis dalam menghadapi pandemi virus Corona COVID-19.

Benarkan Wanita Lebih Cepat Tidur Usai Bercinta?

Berhubungan seks tak hanya memberikan kepuasan pada pasangan saja, tetapi punya manfaat lain yaitu membuat tidur lebih nyenyak. Hal ini pun diteliti di Universitas Negeri New York, di Albany, Amerika Serikat.
Berdasarkan penelitian tersebut, wanita lebih mungkin tertidur setelah berhubungan seks. Selain itu, kualitas tidurnya pun jauh lebih baik dibandingkan pria.

"Postcopulatory somnolence atau rasa kantuk setelah bersetubuh juga meningkat dengan cara orgasme, baik pada wanita maupun pria. Namun, dengan atau tanpa orgasme, wanita lebih mungkin cepat tertidur setelah berhubungan seks daripada pria," kata penulis studi dari State University of New York, yang dikutip dari Times of India, Selasa (26/5/2020).

Penelitian ini kemudian mengujinya ke 128 mahasiswi dan 98 mahasiswa. Hasilnya, wanita lebih mudah tertidur setelah berhubungan seks dibandingkan pria. Temuan ini juga menunjukkan bahwa wanita yang mengalami pembuahan usai melakukan hubungan seks juga lebih mudah tertidur.

Namun, temuan ini dianggap bertentangan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut mengatakan bahwa tidak menemukan perbedaan kualitas tidur antara pria dan wanita setelah berhubungan seks yang melibatkan orgasme.

Dokter Italia Sebut Nyeri Leher Bisa Jadi Tanda Komplikasi Virus Corona

Siapa yang menyangka kalau rasa sakit atau nyeri di bagian leher bisa jadi tanda adanya komplikasi serius dari virus Corona COVID-19. Tim medis dari Italia menyebut virus Corona bisa memicu terjadinya peradangan yang disebut tiroiditis subakut.
Menurut NHS, kondisi itu terjadi karena adanya pembengkakan kelenjar tiroid yang menyakitkan akibat infeksi virus, seperti gondong atau flu. Peradangan ini biasanya datang bersamaan dengan demam, nyeri leher, rahang hingga telinga.

Ini ditemukan saat dokter di Rumah Sakit Universitas Pisa, Italia, merawat seorang wanita usia 18 tahun yang terinfeksi virus Corona karena tertular ayahnya. Wanita tersebut dinyatakan negatif dan pulih, tapi ia mulai mengalami beberapa gejala lain.

Ia mengalami sakit leher, tiroid, demam, dan detak jantung yang meningkat. Wanita tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit dan didiagnosis menderita tiroiditis subakut yang mungkin disebabkan infeksi virus atau reaksi peradangan pasca terinfeksi.

"Kami melaporkan kasus tiroiditis subakut pertama setelah infeksi virus Corona terjadi. Para dokter harus lebih waspada tentang kemungkinan adanya manifestasi klinis tambahan ini yang berkaitan dengan virus Corona," kata Dr Francesco Latrofa, yang dikutip dari The Sun, Selasa (26/5/2020).

Dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, Dr Francesco mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 dianggap bisa memicu timbulnya tiroiditis subakut.

Kondisi ini juga bisa terjadi karena kelenjar tiroid, penghasil hormon tubuh dan metabolisme, terlalu banyak melepaskan hormonnya ke dalam darah (tirotoksikosis). Ini menyebabkan kelenjar tiroid terlalu aktif dan menyebabkan kecemasan, insomnia, dan jantung berdebar.
https://indomovie28.com/cast/paul-bergquist/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar