Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya dilaporkan meminta Indonesia untuk menghentikan pemberian obat klorokuin dan hidroklorokuin pada pasien Corona COVID-19. Alasannya karena data penelitian yang dipublikasi di jurnal The Lancet melihat obat ini tidak bermanfaat menyembuhkan pasien, malah tingkatkan risiko kematian.
"Kelompok Eksekutif telah memutuskan menghentikan sementara penggunaan hidroklorokuin dalam Solidarity Trial, sementara data dianalisa oleh Dewan Pengawas Keamanan Data," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Solidarity Trial adalah nama program yang dikelola WHO untuk mempercepat pengembangan obat dan vaksin virus Corona COVID-19. Negara yang bergabung dalam program tersebut saling berbagi data eksperimen yang dilakukan.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan Indonesia sudah menghentikan pemberian obat klorokuin pada pasien dalam Solidarity Trial. Penghentian ini baru dilakukan dalam lingkup uji coba medis WHO.
"Indonesia adalah bagian dari penerapan Solidarity Trial, karena itu Indonesia ikuti instruksi WHO untuk klorokuin," ujar Wiku seperti dikutip dari kantor berita Antara.
"Untuk trial, WHO menghentikan. Kalau bukan untuk trial, kami belum mengetahui," katanya.
Sementara itu, spesialis paru-paru dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, dari RSUP Persahabatan menjelaskan dokter masih memakai klorokuin untuk pasien Corona lain. Alasannya karena para ahli di Indonesia juga masih menjalankan studi sendiri.
"WHO itu berdasarkan jurnal Lancet yang katanya hidroklorokuin tidak bermanfaat," kata dr Erlina pada detikcom, Kamis (28/5/2020).
"Tapi kita kan masih perlu meneliti data kita sendiri. Karena data yang di jurnal itu kan data orang luar. Kita lihat apakah Indonesia seperti itu? Kalau di Indonesia bermanfaat ya kita terus aja," lanjutnya.
dr Erlina mengatakan ada perbedaan metode pemberian obat yang dilakukan pada pasien di Solidarity Trial dengan pasien Corona lain. Dalam laporan di The Lancet obat cenderung diberikan dengan dosis tinggi dan jangka waktu relatif panjang, sementara pasien Corona lainnya di Indonesia diberi obat dalam dosis rendah selama lima hari.
"Jadi kita sampai saat ini masih memakai untuk pasien biasa. Tapi pasien penelitiannya WHO ya kita enggak pakai," pungkasnya.
Sering Berkeringat Saat Tidur Malam? 5 Cara Ini Bisa Mengatasinya
Saat tidur malam di suhu yang panas, berkeringat jadi hal yang wajar terjadi. Tapi, kalau di tengah suhu yang dingin tubuh tetap berkeringat, apa masih normal?
"Berkeringat di malam hari dikenal sebagai hiperhidrosis tidur," jelas Bill Fish, seorang pelatih ilmu tidur yang dikutip dari Bustle, Kamis (28/5/2020).
Kebanyakan orang menganggap berkeringat di malam hari hanya disebabkan oleh keadaan suhu lingkungan atau karena tebalnya pakaian yang digunakan saat tidur. Tetapi, hal seperti menopause, obat-obatan, gangguan kecemasan, dan kehamilan juga bisa jadi faktor penyebabnya.
Hal ini tentunya bisa diatasi dengan berbagai cara yang bisa diterapkan sebelum kalian tidur malam.
1. Kurangi suhu kamar
"Untuk mengurangi keringat saat tidur malam, langkah pertama yang paling tepat adalah dengan menurunkan suhu di kamarmu," kata Bill.
Tidur dengan suhu yang sejuk tidak hanya membantumu untuk lebih mudah tidur, tetapi juga mengatasi keringat di malam hari. Untuk orang dewasa, suhu terbaiknya antara 15,5-19,4 derajat Celcius. Sedangkan pada bayi dan balita sekitar 18-21 derajat Celcius.
2. Jangan makan sebelum tidur
Ahli tidur lainnya, Rebecca Robbins mengatakan makanan tertentu bisa meningkatkan suhu tubuh. Akhirnya keringat akan membasahi tubuh di malam hari.
"Makanan tertentu seperti makanan pedas bisa meningkatkan suhu tubuh atau cenderung mudah berkeringat. Jadi, sebaiknya hindari makanan ini menjelang tidur," jelasnya.
Selain menghindari rasa pedas, kamu juga mungkin harus membatasi jumlah konsumsi gula.
3. Atur stres dan rasa cemas
Stres dan cemas juga bisa jadi penyebab umum kamu berkeringat di malam hari. Hal ini harus segera diatasi agar tidak terus berlanjut.
"Stres memberi sinyal ke tubuh bahwa ada ancaman dan kamu harus melawannya. Pada kondisi ini, tubuh akan memompa semua jenis hormon stres dan menyebabkan peningkatan jumlah keringat," ujar psikoterapis, Jen O'Rourke.
Untuk mengurangi stres dan cemas ini, kamu bisa mencoba untuk membaca, meditasi, atau berjalan-jalan ke teras rumah sebentar untuk menenangkan diri.
http://kamumovie28.com/radio-galau-fm/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar