Penularan tuberkulosis (TB atau TBC) dengan virus corona COVID-19 sama-sama melalui droplet. Hal ini dijelaskan Komite Ahli TB Indonesia, dr Pandu Riono, MPH, PhD, saat melakukan teleconference terkait peringatan hari TB sedunia. Namun samakah penularannya?
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr Wiendra Waworontu, MKes, menjelaskan ada perbedaan di antara keduanya meski sama-sama menular melalui droplet.
"Kalau tuberkulosis masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kalau COVID-19 masuk ke dalam tubuh melalui kontak pada permukaan terutama pada mata, hidung, dan mulut," jelasnya di Teleconference Kementerian Kesehatan terkait dengan peringatan hari TB sedunia pada Selasa (24/3/2020).
Ia juga menjelaskan tindakan pencegahan yang dilakukan untuk kedua penyakit tersebut kondisinya berbeda. Dalam pencegahan TBC, belum ada tindakan karantina.
"Kalau COVID-19 kan kita lakukan karantina terhadap pasien dan isolasi kontak serta penggunaan APD secara luas. Kalau TBC belum ada tindakan karantina terhadap pasien maupun yang kontak, penggunaan APD juga masih terbatas," ungkapnya.
Diperkirakan 2.795 Orang di Solo Berisiko Tertular Virus Corona
Pemkot Solo mendata ada 75 orang dalam pemantauan (ODP) terkait virus Corona (COVID-19). Namun secara epidemiologi, ada 2.795 orang di Solo yang berisiko tertular virus dari Wuhan, China Itu.
"Jadi kasus ODP kami hingga saat ini yang bisa kami deteksi itu 75. Yang potensi risiko tertular, hitung-hitungan epidemologi ketemu 2.795 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih di Balai Kota, Selasa (24/3/2020).
Jumlah ODP tersebut merupakan orang-orang yang sempat melakukan kontak erat dengan pasien positif Corona. Karena belum menunjukkan gejala sakit, mereka hanya diminta mengkarantina diri di rumah.
Sementara jumlah 2 ribuan orang merupakan hasil penelusuran atau tracing lebih lanjut dari pasien positif maupun Pasien dalam Pengawasan (PDP). Warga Solo yang mengalami gejala batuk, pilek, demam ataupun sesak napas juga diminta tinggal di rumah meskipun tidak berkontak dengan PDP dan positif.
"Manusia itu kan punya hubungan sosial. Misal ini kasus 1 ketemu siapa, ini punya keluarga, keluarga ini mungkin juga sudah sosialisasi dengan siapa. Ini yang harus selalu kita cari baik yang berbasis masyarakat ataupun faskes," ujar dia.
Jumlah ribuan orang itu, menurutnya, masih akan dicek ulang. Ning, sapaannya, juga akan memisahkan data antara warga Solo dengan luar Solo.
"Ini laporannya harus saya benahi lagi karena sepertinya belum optimal. Sehingga nanti kelihatan berapa yang Solo dan berapa luar Solo," ujar Ning.
DKK mendata ada 19 orang PDP dan 6 pasien positif COVID-19 yang dirawat di rumah sakit Solo. Dari jumlah itu, ada 4 PDP asal Solo dan 3 pasien positif asal Solo.
"Jadi dari 25 orang yang dirawat di rumah sakit Solo, ada 7 orang yang merupakan warga Solo. Sisanya orang luar Solo," katanya.
Ning mengingatkan agar masyarakat tidak panik namun selalu waspada. Dia meminta seluruh masyarakat menjauhi keramaian, menerapkan social distancing, rajin cuci tangan, berolahraga dan makan makanan bergizi.
"Untuk ODP, karantina itu dipatuhi, menahan 14 hari untuk kepentingan diri sendiri dan kepentingan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Karena kalau bandel rantainya semakin panjang," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar