Sulit berbicara bisa menjadi salah satu gejala yang serius dari infeksi virus Corona COVID-19, para ahli memperingatkan.
Saat ini disebutkan bahwa batuk dan demam menjadi tanda awal kemunculan COVID-19. Namun belakangan, beberapa pasien mengeluhkan kondisi lain, seperti sulit berbicara.
Pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut siapapun yang mengalami kesulitan berbicara disertai dengan tak bisa bergerak harus segera mengunjungi dokter.
"Kebanyakan orang yang terinfeksi COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan sampai sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Gejala serius: sulit bernapas atau sesak napas disertai dengan nyeri dada, kehilangan kemampuan berbicara dan bergerak," sebut pakar WHO dikutip dari Mirror.
"Segera cari pertolongan medis jika Anda memiliki gejala serius. Selalu menelepon sebelum Anda mengunjungi fasilitas kesehatan," lanjutnya.
Kesulitan bicara ini juga menjadi tanda kondisi psikologis yang dialami pasien virus Corona. Para peneliti di Orygen dan La Trobe University, Melbourne, memperingtkan bahwa virus Corona menyebabkan episode psikotik pada beberapa pasien.
"COVID-19 adalah pengalaman yang menegangkan bagi semua orang, terutama mereka yang mengalami masalah kesehatan mental yang kompleks," kata Dr Ellie Brown, penulis utama studi.
Selain kesulitan berbicara, pasien yang memiliki masalah mental juga dilaporkan mengalami gejaa psikotik seperti halusinasi.
Sementara gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan sudah terfokus untuk penyelesaiannya di tengah pandemi, para peneliti berharap temuan mereka akan mendorong studi lebih lanjut ke kondisi kesehatan yang lebih parah seperti psikosis.
Benarkah Virus Corona Menular Lewat Kentut? Uji Lab Membuktikannya
Seorang dokter di Australia, Andy Tagg, menunjukkan bahwa kentut bisa menularkan virus Corona pada orang lain. Hal ini didapatkannya setelah menganalisis serangkaian tes yang diambil dari pasien awal tahun ini.
Andy mengutip tes yang mengungkapkan bahwa virus 55 persen berada di dalam kotoran atau feses pasien COVID-19. Bahkan ada petugas medis yang sebelumnya juga mengatakan kentut itu mengandung partikel kotoran kecil yang bisa menyebarkan bakteri.
"Ya, SARS-CoV-2 bisa dideteksi dalam feses dan telah terdeteksi pada pasien tanpa gejala hingga hari ke-17 pasca terinfeksi," kata Andy yang dikutip dari The Sun, Senin (18/5/2020).
"Mungkin SARS-CoV-2 ini bisa disebarkan melalui kentut, tapi kita butuh lebih banyak bukti. Jadi, ingatlah untuk selalu pakai alat pelindung diri (APD) yang tepat dan aman," lanjutnya.
Namun, direktur klinis dari Patientaccess.com, Dr Sarah Jarvis mengungkapkan penularan Corona lewat kentut kemungkinan sangat kecil sekali terjadi. Ini karena penularan akan lebih mungkin terjadi dengan kontak dekat dan terkena tetesan orang saat batuk atau bersin.
"Kemungkinan seseorang tertular virus karana kentut orang lain itu sangat kecil. Akan jauh lebih mungkin terjadi jika ada kontak langsung atau tetesan yang keluar saat orang lain batuk dan bersin, hingga menempel pada permukaan yang kamu sentuh," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar