Belanda melaporkan kasus penularan virus Corona COVID-19 dari hewan ke manusia yang pertama kali terjadi di negaranya, selama epidemi berlangsung. Menurut otoritas kesehatan setempat, virus tersebut ditularkan dari hewan cerpelai pada dua peternak.
Cerpelai tersebut ditemukan di empat dari 155 peternakan. Menteri Pertanian Belanda, Carola Schouten, mengumumkan dua kasus tersebut melalui surat keterangan yang diberikan pada parlemen.
Carola mengatakan tiga dari empat peternakan sudah terinfeksi, dan sudah mengakibatkan manusia di sekitarnya sakit. Sementara di satu peternakan lainnya sedang dalam masa penyelidikan.
"Ini adalah kasus pertama yang baru ditemukan, setidaknya kami telah menunjukkan kemungkinan adanya penularan atau infeksi yang berpindah dari hewan ke manusia," kata Direktur Institute for Health (RIVM) Belanda, Jaap van Dissel, yang dikutip dari Reuters, Selasa (26/8/2020).
"Tentu saja sumber asli infeksi di China juga kemungkinan besar berasal dari hewan," lanjutnya.
Di Belanda hewan cerpelai memang sempat ramai diternakkan untuk diambil bulunya.
Relawan Medis Dukung Penerapan New Normal, Tolak Pelonggaran PSBB
Pemerintah berharap masyarakat segera menerapkan 'new normal' atau kenormalan baru di tengah pandemi Corona. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan telah mengecek kesiapan penerapan new normal di salah satu pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat.
Seorang dokter relawan di RS Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, dr Muhamad Husen Ali, menyambut baik kebijakan new normal yang akan ditetapkan pemerintah. Meskipun istilah ini mungkin terdengar baru bagi masyarakat, tetapi new normal merupakan kehidupan yang menerapkan protokol kesehatan.
"Kalau new normal sebenarnya itu imbauan untuk kita menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan itu," ujar dr Husen saat dihubungi detikcom, Selasa (26/5/2020).
"Memang sebenarnya bagus sih pelaksanaan new normal, cuma mungkin pada beberapa orang, terminologi atau istilah new normal itu agak menyeramkan," tambahnya.
Pada dasarnya new normal ini merupakan istilah agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan, di antaranya pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak.
Meskipun setuju dengan penerapan new normal, dr Husen mengingatkan pemerintah untuk tidak melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Terlebih jumlah kasus positif Corona di Indonesia masih meningkat setiap hari.
"Kalau untuk pelonggaran PSBB, saya rasa masih terlalu cepat ya untuk dilonggarkan. Karena kalau kita lihat dari data yang ada juga kurva kita masih belum turun," tutupnya.
Pakai Masker Kain, Ini Rekomendasi Filter Pelapis untuk Tangkal Corona
Salah satu syarat saat menjalani 'new normal' di tengah pandemi virus Corona adalah kewajiban penggunaan masker. Adanya kelangkaan masker medis membuat masker kain menjadi pilihan saat digunakan di tempat umum.
"Masker kain boleh-boleh saja digunakan, tapi efektivitasnya tentu tak sebesar masker bedah," kata spesialis paru dr Frans Abednego, SpP, saat dihubungi detikcom Selasa (26/5/2020).
Ada beragam jenis masker kain yang diedarkan di masyarakat, salah satunya yakni dengan rongga yang diperuntukkan untuk filter. Beberapa menganggap melapisinya dengan tisu bisa lebih efektif untuk menyaring partikel virus atau bakteri.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam hal ini menyarankan untuk menggunakan filter kopi atau menggunakan bagian dari kantong vakum HEPA atau filter pendingin udara untuk digunakan bersamaan dengan masker kain.
Efektivitas masker kain tentu tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Tetapi menambahkan filter bisa disebut bisa menambah proteksi.
Mengutip TODAY, sebuah penelitian dari Missouri S&T yang dipimpin oleh Yang Wang, Ph.D, asisten profesor teknik lingkungan, menerangkan bahwa masker kain hanya memblokir 10-20 persen partikel. Namun tambahan beberapa lapisan filter HEPA bisa memblokir 80-90 persen partikel.
Jika tidak dapat mengakses filter HEPA, menambahkan lebih banyak lapisan kain tenun yang rapat juga dapat meningkatkan perlindungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar