Jumlah kasus virus Corona COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Hingga Minggu (31/5/2020), akumulasi kasus positif telah mencapai 26.473 orang.
Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh telah mencapai 7.308 dan yang meninggal menjadi 1.613.
Berikut ini detail perkembangan kasus virus Corona COVID-19 pada Minggu (31/5/2020):
1. Jumlah kasus positif bertambah 700 menjadi 26.473.
2. Jumlah pasien sembuh bertambah 293 menjadi 7.308.
3. Jumlah pasien meninggal dunia bertambah 40 menjadi 1.613.
Data tersebut merupakan akumulasi yang tercatat hingga pukul 12.00 WIB hari ini.
Sebelumnya pada Sabtu (30/5/2020), jumlah akumulatif kasus positif berada di angka 25.773, dengan 7.015 di antaranya sembuh (27,2 persen dari kasus terkonfirmasi) dan 1.573 meninggal (6,1 persen dari kasus terkonfirmasi).
Taiwan Setuju Gunakan Remdesivir untuk Obati Pasien Corona
Pemerintah Taiwan pada Sabtu (30/5/2020) mengatakan pihaknya menyetujui penggunaan remdesivir produksi Gilead Sciences untuk mengobati pasien virus Corona COVID-19.
Saat ini pemerintah berbagai negara sedang berlomba meningkatkan pasokan remdesivir, yang mengantongi persetujuan regulator AS bulan ini untuk penggunaan darurat untuk pengobatan pasien Corona.
Gilead yang berbasis di California, mengatakan akan menyumbangkan 1,5 juta dosis remdesivir yang cukup untuk mengobati sedikitnya 140.000 pasien dalam memerangi pandemi global COVID-19.
Pusat Komando Epidemi Taiwan (CECC), menyebutkan Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Taiwan mempertimbangkan fakta bahwa keamanan remdesivir telah didukung oleh bukti awal dan penggunaannya disetujui oleh sejumlah negara lain.
Atas dasar itu, CECC berpendapat bahwa persyaratan telah terpenuhi bagi persetujuan penggunaan remdesivir pada pasien infeksi COVID-19 yang dalam kondisi parah.
Taiwan sukses mencegah penyebaran virus Corona berkat deteksi dini dan upaya pencegahan serta sistem kesehatan masyarakat tingkat pertama. Hingga kini, Taiwan mencatat 442 kasus COVID-19 dengan tujuh kematian. Sebagian besar pasien telah sembuh dan hanya tersisa 14 kasus aktif.
Untuk saat ini, belum ada obat atau vaksin yang disetujui untuk COVID-19, namun, negara-negara Uni Eropa telah memberikan remdesivir pada pasien berdasarkan aturan penggunaan. Jepang dan Inggris, keduanya mengizinkan penggunaan obat tersebut dan mulai memberikannya pada pasien COVID-19.
Amerika Serikat, pasar farmasi terbesar di dunia, bulan ini memberikan izin penggunaan darurat remdesivir untuk COVID-19, namun belum menyetujui penggunaannya secara luas.
Meninggal Keracunan CO2 Saat Gowes Pakai Masker Kemungkinannya Kecil
Pakai masker saat berolahraga memang tidak nyaman karena menghalangi pernapasan. Dilematis, karena banyak juga yang menganjurkan untuk pakai masker saat beraktivitas di luar rumah.
Di sisi lain, pembatasan sosial selama berbulan-bulan membuat banyak orang merasa jenuh. Berolahraga sendiri di dalam rumah lama-lama terasa membosankan sehingga butuh variasi sembari mencari udara segar di tengah ancaman penularan virus Corona COVID-19.
Informasi viral yang beredar tentang pesepeda yang meninggal saat latihan di sekitar Monas, Jakarta Pusat, membuat situasi makin dilematis. Dikabarkan, pesepeda tersebut mengalami keracunan karbondioksida atau CO2 gara-gara pakai masker saat bersepeda.
Dokter jantung dari Siloam Hospital, dr Vito A Damay, SpJP, mengatakan penggunaan masker sedikit banyak memang menghalangi pertukaran udara. Namun risiko penumpukan karbondioksida juga dipengaruhi jenis masker dan seberapa rapat masker tersebut menutup wajah.
"Harusnya pemakaian masker kain dan masker bedah tidak semudah itu membuat orang meninggal. Kecuali, masker yang digunakan sangat rapat sampai tidak ada celah dan rongga sedikitpun," kata dr Vito kepada detikcom.
Kematian mendadak saat berolahraga, terlebih di usia muda, menurut dr Vito lebih sering dikaitkan dengan masalah jantung. Namun tentu saja butuh pemeriksaan dan autopsi untuk memastikannya.
Meski demikian, dr Vito menyarankan untuk berhati-hati terutama bila seseorang punya kondisi kesehatan tertentu seperti penyakit paru kronik, perokok, atau punya penyakit jantung. Juga ketika menggunakan masker khusus untuk meningkatkan kapasitas fisik seperti sering dipakai para atlet profesional.
"Tidak dianjurkan untuk digunakan tanpa pengawasan dan tujuan yang terukur (dalam latihan)," pesan dr Vito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar