Jepang mulai menimbang untuk mencabut status darurat seiring kian menurunnya angka kasus virus Corona. Rencananya, tiga kota segera dibuka.
"Kami mencabut status darurat untuk prefektur Osaka, Kyoto dan Hyogo," ujar Perdana Menteri Abe Shinzo seperti dikutip WSJ.
"Osaka, Kyoto dan Hyogo memenuhi kriteria yang ditetapkan pemerintah untuk pencabutan deklarasi darurat," kata dia.
Status darurat sebuah kota di Jepang akan dicabut andai kasus baru kurang dari 0,5 per 100.000 orang selama sepekan terakhir. Selain itu, prefektur tersebut juga harus memiliki persediaan medis dan sistem pemantauan yang memadai.
Dengan syarat itu, Jepang dan Hokkaido belum bisa melepas status darurat. Kedua kota itu masih menunjukkan adanya kasus COVID-19.
Tokyo baru saja melaporkan 11 kasus Corona terbaru. Evaluasi untuk dua kota itu dilakukan minggu depan.
"Kita perli sedikit usaha lagi agar dapat mencapai standar ini," ujar Gubernur Tokyo, Koike Yuriko.
Gubernur Tokyo juga meminta warganya untuk tetap menahan diri agar tidak melakukan perjalanan yang tidak penting. Status darurat itu akan berakhir pada akhir bulan Mei.
Sebenarnya, 39 prefektur lain sudah mencabut status daruratnya. Tapi, para pejabat mendesak warga agar mengurangi kontak untuk mencegah infeksi gelombang kedua.
Hingga kini sudah lebih dari 16.500 orang yang positif terkena Corona di Jepang. Pemerintah bekerja keras untuk terus menekan angka kasus baru karena perekonomiannya terjun bebas. Begitu pula dengan pariwisata yang turun hingga 100 persen.
Venezuela Gigit Jari, Inggris Tolak Cairkan Emas Rp 14 T
Bank sentral Venezuela tengah berseteru dengan bank sentral Inggris Bank of England (BoE). BoE menolak memberikan akses kepada Venezuela untuk mencairkan cadangan emas milik negara itu.
Padahal Venezuela tengah membutuhkan cadangan emas milik mereka yang disimpan di BoE. Mereka butuh uang untuk mengatasi pandemi virus Corona.
Melansir CNN, Jumat (22/5/2020), Bank of England telah menolak untuk mengkonfirmasi bahwa tuntutan itu akan membuat mereka memberikan akses Venezuela kepada cadangan emas senilai 930 juta euro atau US$ 1 miliar atau setara Rp 14,6 triliun (kurs Rp 14.600) yang disimpan atas namanya.
Venezuela telah meminta Bank of England melikuidasi cadangan emas tersebut dan mengirimkan dananya ke United Nations Development Programme atau program pembangunan PBB sehingga mereka bisa membeli berbagai peralatan kesehatan, obat-obatan dan bahan pangan untuk menghadapi pandemi. Hal itu tercatat dalam dokumen firma hukum London Zaiwalla & Co.
"Tidak ada, atau tidak ada dasar, untuk penolakan semacam itu. Perilaku BoE salah," kata dokumen pengadilan itu.
Bank of England mengatakan kepada CNN bahwa mereka tidak akan memberikan komentar terhadap hubungan dengan individu.
PBB sendiri telah memasukkan Venezuela ke dalam daftar 135 negara yang membutuhkan pasokan peralatan medis utama sebagai bagian dari rencana menghadapi pandemi COVID-19. Infrastruktur kesehatan Venezuela rapuh, dan negara itu tengah berada di bawah tekanan karena sanksi ketat yang diberikan AS sejak 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar