Belum lama ini, ungkapan 'Indonesia Terserah' sempat trending di media sosial. Hal ini disandingkan dengan komentar yang menunjukkan rasa kecewa masyarakat terhadap penanganan dan penerapan aturan untuk mencegah penyebaran virus Corona COVID-19 di Indonesia.
"Negri Seterah, Negara suka suka, Hukum Asal bapak suka #indonesiaterserah," tulis salah seorang netizen.
"Ini adalah ungkapan geram, frustasi dan kekesalan terhadap perilaku anggota masyarakat maupun kebijakan, yang dinilai tidak kooperatif dalam turut serta bahu membahu menghentikan pandemi covid-19. Geram dan kekesalan ini tampak diungkapkan dalam bentuk ungkapan sinis atau sarkastik (sarkasme)," jelas psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla saat dihubungi detikcom, Senin (18/5/2020).
Menurut Veronica, rasa geram, frustasi, dan kesal ini jika berlangsung lama pada seseorang tanpa adanya kepastian yang jelas, bisa berkembang menjadi rasa putus asa.
"Selain itu, ini juga bisa membawa seseorang pada sikap perilaku tidak peduli atas apa yang terjadi, bahkan hingga pada perilaku fatalistik," katanya.
China Diprediksi Akan Alami Gelombang Kedua Virus Corona
China sebagai salah satu negara dengan kasus virus Corona COVID-19 terbanyak di dunia diprediksi akan mengalami potensi gelombang kedua. Otoritas kesehatan China mengatakan kurangnya kekebalan tubuh masyarakatnya yang bisa menjadi penyebab gelombang kedua ini.
Meski jumlah kasus Corona di sana sempat menurun Maret 2020 lalu, penasihat medis senior pemerintah China, Zhong Nanshan, mengingatkan agar pemerintah jangan berpuas diri dulu. Menurutnya, kelompok-kelompok kasus baru mulai muncul dalam beberapa pekan terakhir, baik di Wuhan serta provinsi timur laut Heilongjiang dan Jilin.
"Mayoritas orang China saat ini masih rentan terhadap infeksi virus Corona, karena kurangnya sistem kekebalan tubuh. Kami menghadapi tantangan besar, dan kami berharap itu tidak akan terjadi pada negara-negara asing lainnya," kata Zhong, dikutip dari CNN, Senin (18/5/2020).
Zhong sendiri dikenal sebagai "Pahlawan SARS" di China, karena telah memerangi epidemi sindrom pernapasan akut yang parah pada 2003 lalu. Dan saat ini, ia tengah memimpin penanganan kasus Corona di negara tersebut.
Zhong mengatakan saat ribuan kasus Corona di seluruh dunia masih dilaporkan, para peneliti berusaha keras untuk mengembangkan vaksin. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, tiga perusahaan di Amerika Serikat sudah menguji vaksin mereka pada manusia, dalam fase uji coba 1 dan 2.
Di China sendiri, Zhong mengungkapkan juga ada tiga vaksin yang sedang diuji klinis. Tapi, kemungkinan masih butuh waktu bertahun-tahun agar vaksin bisa sempurna untuk digunakan pada manusia untuk mengatasi Corona.
"Kita harus menguji terus dengan berbagai jenis vaksin. Masih terlalu dini untuk menyimpulkan adanya vaksin yang tersedia untuk virus Corona. Saya menyarankan agar penelitian ini akan memakan waktu yang lebih lama," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar