Kamis, 14 Mei 2020

4 Kemungkinan Seseorang Bisa Jadi Pedofil Menurut Psikolog

 Seorang pedofil berinisial JP alias AS (48) yang menculik dua anak berhasil ditangkap polisi. Selain menculik, ia juga melakukan tindak pencabulan terhadap tetangganya yang juga masih anak-anak.
"Motifnya ya dia senang saja sama anak-anak katanya," ujar Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadhan, dalam konferensi pers yang disiarkan di saluran Youtube Tribrata TV, Rabu (13/5/2020).

Mengutip Health Harvard, pedofilia merupakan kelainan tertarik secara seksual kepada anak-anak di bawah umur yang belum mencapai pubertas.

Psikolog dari Pro Help Center dan juga penulis buku, Nuzulia Rahma Tristinarum menjelaskan seseorang yang menjadi pedofil dapat disebabkan oleh empat faktor penting, salah satunya pola asuh yang salah dari kedua orang tua sejak masih kecil.

Berikut empat penyebab yang memungkinkan seseorang menjadi 'pedofil' menurut Rahma:

- Pola asuh dari kedua orang tua pelaku
- Kejadian traumatis yang pernah dialami pelaku (misalnya dulu saat kecil pernah ada orang lain yang melakukan hal yang sama padanya)
- Seringnya pelaku menonton video pornografi atau melihat hal yang terkait dengan kekerasan seksual pada anak
- Kerusakan pada otak

Rahma menjelaskan seorang pedofil bisa disembuhkan namun dengan proses yang panjang. Menurutnya butuh kesungguhan dari pengidap pedofil itu sendiri untuk sembuh. Selain itu perlu didukung oleh lingkungan yang mendukung kesembuhannya.

"Pedofil bisa disembuhkan, namun perlu proses dan effort yang besar. Karena itu perlu kesungguhan dari pelaku untuk mau sembuh, serta perlu dukungan atau support system yang baik dalam proses kesembuhannya," ujar Rahma saat dihubungi detikcom, Rabu (13/5/2020).

Kasus Bocah 4 Tahun Diculik Pedofil Terungkap, Ini Kata Psikolog

Polisi berhasil membongkar penculikan seorang bocah perempuan, RTH (12), yang telah dilakukan selama empat tahun. Bocah ini diculik oleh seorang pedofil berinisial JP (48). Pedofil ini juga diketahui memiliki kedekatan dengan kedua orang tua korban.
"Pelaku ini dia mengenal keluarga korban. Ada komunikasi antara pelaku dan keluarga sehingga si anak melihat kedekatan pelaku dengan orang tuanya," ujar Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadhan, dalam konferensi pers yang disiarkan di saluran Youtube Tribrata TV, Rabu (13/5/2020).

Menanggapi kasus penculikan ini, psikolog dari Pro Help Center dan juga penulis buku, Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan pelaku mengambil kesempatan karena faktor kedekatan. Pelaku lebih mudah dalam melakukan aksinya karena tidak perlu melakukan pemaksaan terhadap anak yang ingin diculiknya.

"Karena untuk mengajak anak tanpa melakukan pemaksaan butuh effort lebih. Anak perlu diyakinkan dulu. Anak-anak tidak mudah merasa aman dan nyaman dengan orang yang tidak dikenalnya. Sehingga untuk mengajak anak perlu membujuk terlebih dahulu," kata Rahma saat dihubungi detikcom Rabu (13/5/2020).

"Pelaku akan lebih mudah mengajak anak tanpa paksaan jika anak sudah merasa kenal dan dekat dengan diri si anak atau keluarganya," lanjutnya.

Rahma kemudian mengingatkan orang tua harus memberikan pemahaman sedari dini kepada anak tentang orang asing. Kemudian beritahu bagaimana batasan interaksi, sehingga anak tidak mudah percaya kepada sembarang orang walaupun ia terlihat sudah dekat dengan keluarga.

"Misalnya, jika akan pergi dengan selain orang tua (ayah dan bunda) maka harus beritahu orang tua dulu. Sekalipun dengan teman, sahabat, atau saudara tetapi jika perginya tidak bersama orang tua maka harus izin dulu dengan orang tua," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar