Hong Kong kembali melaporkan kasus baru Corona usai 23 hari bebas dari transmisi lokal. Hong Kong mengumumkan penularan terjadi melalui orang tanpa gejala.
Pemerintah mengkonfirmasi seorang wanita berusia 66 tahun yang tidak memiliki riwayat terinfeksi virus Corona COVID-19. Belum diketahui secara pasti bagaimana wanita itu tertular.
Cucu perempuan dari wanita tersebut, yang masih berusia lima tahun, juga dinyatakan terinfeksi. Sementara enam anggota keluarga lainnya dilaporkan menunjukkan gejala virus Corona dan kini tengah berada dalam ruang isolasi di rumah sakit.
Dikutip dari Straits Times, Kepala Bagian Penyakit Menular Departemen Kesehatan, Dr Chuang Shuk-kwan, mengatakan wanita yang tinggal di Tsuen Wan itu pertama kali mengalami demam pada Jumat (8/5/2020). Empat hari kemudian ia dinyatakan positif virus Corona.
Hong Kong berada di ambang kehidupan normal setelah berbulan-bulan menerapkan jarak sosial (social distancing). Munculnya penularan baru membuat pemerintah mengundurkan rencana membuka sekolah dan melonggarkan pembatasan perbatasan dengan daratan China.
Selain itu, Hong Kong juga sedang mewaspadai potensi kasus-kasus baru, karena belum ada data pasti mengenai jumlah orang yang melakukan kontak dengan wanita 66 tahun di Tsuen Wan. Saat ini pejabat kesehatan sedang melakukan tes pada semua penduduk di dua blok perumahan yang dikunjungi wanita tersebut.
Selain seorang wanita dan cucunya, terdapat pula satu kasus baru yaitu seseorang yang baru pulang dari Pakistan.
"Ini adalah tantangan menangani COVID-19, faktanya ada begitu banyak kasus yang tidak menunjukkan gejala," kata dosen Kepala Universitas Hong Kong, Nicholas Thomas.
Thomas menyatakan, 23 hari tanpa kasus bukan berarti tidak ada virus yang bersirkulasi di Hong Kong. Menurutnya hal tersebut akan menjadi masalah bagi negara-negara yang berusaha menyudahi lockdown dan memulai ekonomi kembali.
Hong Kong dipuji karena mampu bereaksi cepat terhadap penyebaran COVID-19 dengan menjaga tingkat penyebaran tetap kecil meskipun berlokasi dekat dengan daratan China.
Langkah-langkah yang diterapkan Hong Kong sejak Januari, seperti penggunaan masker dan penutupan sekolah serta kantor, diikuti negara-negara lain setelah wabah Corona meluas.
Aktor Henky Solaiman Meninggal, Kenali Gejala Kanker Usus yang Diidapnya
Salah satu aktor senior Indonesia, Henky Solaiman, dikabarkan meninggal dunia. Berdasarkan informasi yang didapatkan, Henky meninggal sore tadi, Jumat (15/5/2020) pada pukul 16.40 WIB.
Jenazah Henky disemayamkan di rumah duka, di Kedoya, Jakarta Barat. Hal ini pun disampaikan oleh sutradara kondang, Joko Anwar di media sosial Twitter.
"Selamat jalan Om Henky Solaiman. Makasih untuk semua film dan inspirasinya. Semoga Indonesia bisa punya banyak aktor hebat seperti Om. Istirahat yang tenang ya, Om," tulis sutradara Joko Anwar di Twitter.
Diketahui, sebelumnya Henky Solaiman ini mengidap kanker usus yang membuatnya harus pamit dari dunia sinetron pada Januari 2020 lalu.
Kanker usus merupakan penyakit langka yang menyerang usus. Sel-sel di dalam jaringan usus akan bermutasi, sehingga tumbuh tak terkendali dan membentuk tumor ganas.
Menurut dokter ahli pencernaan sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD- KGEH, MMB, kanker usus awalnya muncul tanpa gejala apapun, hingga sulit untuk dideteksi. Tetapi, adapun orang-orang yang berisiko, seperti berusia lebih dari 50 tahun, perokok, dan punya gaya hidup yang buruk.
"Gejala yang timbul kalau kanker usus sudah terjadi antara lain buang air besar berdarah, pola buang air besar (BAB) yang berubah baik mudah diare atau sembelit secara bergantian, sakit perut berulang, berat badan turun, pucat tanpa sebab yang jelas," kata Prof Ari dalam keterangannya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Adapun gejala lain yang bisa muncul seperti adanya benjolan di perut. Jika ini ditemui, biasanya dokter akan langsung melakukan pemeriksaan kolonoskopi dan dilanjut dengan biopsi.
Dua cara ini termasuk metode utama untuk melacak dan menemukan kanker usus tersebut. Jika sudah ditemukan, nanti akan dilanjut dengan memilih jenis metode yang tepat untuk menanganinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar