Rabu, 04 Desember 2019

Bisakah Orang Meninggal Karena 'Dimakan' Oleh Kutu?

Seorang lansia berumur 93 tahun di Georgia, Amerika Serikat, dilaporkan meninggal pada tahun 2015 lalu. Laporan otopsi menyebut ia meninggal karena infeksi parah (sepsis) dari luka kudis yang ditimbulkan oleh parasit kutu.

Menurut CDC kutu mikroskopis dari jenis Sarcoptes scabiei var. hominis tersebut menginfeksi manusia dengan menggali ke dalam kulit dan bertelur. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya rasa gatal dan ruam.

Pada kasus sang wanita, dr Amesh Adalja dari Johns Hopkins University mengatakan bahwa ini adalah kejadian langka. Kutu kudisnya tidak membunuh sang wanita secara langsung namun bertanggung jawab karena menyebabkan banyak luka di kulit.

"Dengan kerusakan di kulit, semua bakteri yang ada jadi lebih mudah untuk masuk ke aliran darah," kata dr Amesh seperti dikutip dari Live Science, Rabu (2/5/2018).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menulis bahwa luka kudis terutama berisiko terinfeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Awalnya mungkin infeksi ringan tapi lama-lama luka bisa jadi semakin dalam hingga akhirnya menjadi sepsis.

Terlebih pada lansia dan anak-anak, imun tubuh yang lemah membuat mereka jadi lebih rentan untuk terkena infeksi. Kudis sendiri sebelum menimbulkan komplikasi bisa sembuh dengan krim kulit khusus untuk membunuh kutu.

Hati-hati Terkena Kudis Jika Rambut Kemaluan Tak Terawat

Merawat rambut kemaluan tidak kalah pentingnya dengan merawat rambut kepala. Mulai dari menjaga kebersihan dengan mencukur dan mengganti pakaian dalam secara rutin.

Jika rambut kemaluan tidak terawat dengan baik, ada beberapa gangguan kesehatan yang dapat timbul. Salah satunya menyebabkan skabies atau yang biasa disebut kudis.

Ditemui di gedung Transmedia, Jl Kapten Tendean, Jakarta Selatan, dokter spesialis kulit dari RS Mayapada, dr Armansjah Dara Sjahrudin, SpKK, MKes mengatakan bahwa skabies bukan merupakan penyakit yang disebabkan oleh suatu infeksi melainkan disebabkan oleh serangan kutu. Penyakit ini biasa menyerang daerah bagian tangan, kepala, dan bagian genital (kemaluan).

"Tapi tidak selalu ke arah rambut kemaluannya, tapi ke seluruh bagian genitalnya," ujar dokter yang disapa Dara ini kepada detikHealth, Rabu (23/8/2017).

Kutu-kutu penyebab terjadinya skabies disebut dr Dara bisa ditularkan oleh orang yang telah terkontaminasi sebelumnya.

"Biasanya kalau ada orang yang terjangkit, orang yang tinggal di asrama dia bisa menular. Atau dari binatang akhirnya terkontaminasi," imbuh dr Dara.

Penularan kutu-kutu ini melalui kontak langsung, seperti pemakaian handuk bersama ataupun melalui hubungan seksual dengan orang yang telah terjangkit.

Semakin tidak terawat rambut kemaluan, maka risiko muncul kutu-kutu penyebab penyakit skabies akan lebih besar datang. Jadi, jangan sepelekan masalah perawatan rambut kemaluan mulai dari sekarang.

Jangan Hanya Rambut Kepala yang Dirawat, Rambut Kemaluan juga Perlu

Biasanya orang hanya melakukan perawatan untuk rambut kepala saja dengan rutin mencucinya agar tetap sehat dan bersih. Namun bukan hanya rambut kepala saja yang perlu dirawat, rambut kemaluan pun juga perlu dirawat dengan baik.

Cara merawatnya mudah. Menurut dokter spesialis kulit dari RS Mayapada, dr Armansjah Dara Sjahrudin, SpKK, MKes, merawat rambut kemaluan berarti merawat kebersihannya.

Ditemui di gedung Transmedia, Jl Kapten Tendean, Jakarta Selatan, dokter yang disapa dr Dara ini menjelaskan bahwa di bagian genital (kemaluan) terdapat kelenjar minyak untuk mengeluarkan keringat. Nah ada beberapa orang yang memiliki kelebihan kelenjar minyak yang dapat menimbulkan kelembapan berlebih pada rambut kemaluan.

"Masalah kesehatan memang ya ada hubungannya dengan orang yang kelebihan kelenjar keringat, memang terjadi di ketiak atau di genital. Itu salah satunya ada penanganan untuk tidak terjadi kelebihan kelenjar minyak, ya kita harus removing pubic hair," ujarnya kepada detikHealth, Rabu (23/8/2017).

Dengan mencukur rambut kemaluan bisa mengurangi risiko terjadi kelembapan yang nantinya akan menjadi sarang jamur, bahkan bisa terjadi infeksi jika kebersihan benar-benar tidak terjaga.

"Pasti orang yang memang metabolisme keringatnya banyak, otomatis dia harus merawatnya lebih baik. Tidak tergantung pada wanita atau pria," jelas dr Dara.

Selain itu, dr Dara menganjurkan untuk rutin mengganti pakaian dalam. "Yang penting lebih ke arah pakaian dalamnya harus diganti, kalau habis olahraga mungkin bisa diganti 2-3 kali," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar