Di luar istana, terdapat pemandangan obelisk yang unik. Obelisk ini mula-mula dibangun oleh Thutmose III (1479-1425 SM) di bagian selatan dari pilon ke tujuh Kuil Besar Karnak. Kaisar Romawi, Konstantius II (337-361) memindahkannya bersama obelisk lainnya melalui sungai Nil menuju Aleksandria untuk memperingati ventennalia-nya (20 tahun tahtanya) pada tahun 357.
Obelisk Theodosius masih berada di Aleksandria sampai tahun 390, ketika Theodosius I (379-395) memindahkannya ke Konstantinopel dan menempatkannya di spina Hippodrome. Hipodrom Konstantinopel merupakan pusat sosial dan olahraga di Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantium. Saat ini, tempat ini merupakan lapangan yang dinamakan Sultan Ahmet Meydan(Lapangan Sultan Ahmet) dengan beberapa fragmen dari struktur aslinya yang masih lestari.
Destinasi yang tidak boleh dilewatkan adalah Masjid Sultan Ahmed(Sultan Ahmet Camii) dikenal juga dengan nama Masjid Biru. Pada masa lalu, interiornya memang berwarna biru. Hanya saja, cat biru tersebut dianggap bukan bagian dari dekorasi asli sehingga saat ini sudah dihilangkan.
Dirancang oleh arsitek Sedefhar Mehmet Aga dan selesai dibangun pada tahun 1616, masjid ini mempunyai 6 menara yang menjulang tinggi, dengan daya tamping sekitar 10 ribu jamaah. Pada 1985, UNESCO menetapkannya sebagai salah satu situs warisan dunia sebagai bagian dari area historis Istanbul.
Destinasi berikutnya adalah Hagia Sophia. Bangunan yang berarti kebijaksanaan suci ini dulunya merupakan gereja di masa Kekaisaran Bizantium. Usai penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih, tempat ini dialihfungsikan menjadi masjid dengan menutup berbagai ornamen peninggalan kristiani sebelumnya.
Selanjutnya, pada 1936, Kemal Ataturk mengubahnya menjadi museum. Saat kunjungan Desember tahun lalu, renovasi masih berlangsung di beberapa bagiannya.
Perjalanan hari ini ditutup dengan kunjungan ke salah satu pusat penjualan oleh-oleh di sekitar kompleks Topkapi dengan produk unggulannya teh safron dan cemilan khas Turki.
2 Desember 2018
Pada hari kedua, Panorama 1453 Tarih Muzesi menjadi tempat pertama yang kami tuju. Museum yang didedikasikan untuk mengabadikan momen penaklukan Konstatinopel ini berisi berbagai monument dan karya seni seputar peristiwa tersebut. Di bagian puncaknya, ada lukisan 360 derajat berisi ilustrasi penaklukan itu.
Konon, ratusan pelukis yang mengerjakan proyek tersebut masing-masing menggambar wajah mereka dalam lukisan tersebut. Jangan lupa menengok ke atas (bila jeli, siluet wajah sang penakluk, Muhammad Al-Fatih, dapat terlihat di antara awan-awan yang berarak.
Usai dari museum tersebut, tak lupa kami mampir menikmati beberapa kuliner ringan khas Istanbul, seperti Turk kahvesi, cay, salep, sutlu kahve, dan sicak cikolata (murah meriah, hanya sekitar 1 TL untuk masing-masingnya). Makan siang hari ini seluruhnya menu Turki di restoran Buhara 93.
Ternyata kebab turki di sini cukup berbeda rasanya dengan kebab turki yang biasa saya nikmati (hasil modifikasi alafranchisedi Indonesia lebih kaya rasa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar