Theo namanya. Seekor gajah di Tangkahan, Sumatera Utara yang biasa dimandikan wisatawan.
Tepat setahun yang lalu, cuaca di Tangkahan, Langkat, Sumatera Utara sedang cerah. Langit biru, daun pepohonan saling melambai seakan mengajak untuk menari bersama.
Di jalan menurun yang belum beraspal terlihat Agustin, Ardana, Yuni, Sari, Albertin, Olive berjalan beriringan menuju Sungai Tangkahan. Besar mereka hampir tak bisa ku bedakan.
Pada urutan paling belakang, aku terpukau. Theo, satu-satunya pejantan di rombongan ini terlihat sangat gagah. Ukuran tubuhnya paling besar dan sangat jelas terlihat ialah pemimpin rombongan tersebut.
Tak buang tempo, aku bergegas turun ke sungai untuk mandi bersama Theo.
Ya, di Pusat Konservasi Tangkahan memandikan gajah adalah bagian dari paket wisata. Jadwal memandikan mamalia berbelalai ini setiap pagi Pukul 07.00 WIB.
Pada akhir pekan, puluhan wisatawan asing dan lokal mengantre untuk membersihkan badan, belalai, dan telinga gajah-gajah jinak tersebut di bawah pengawasan sang pawang atau biasa disebut mahout.Â
Aku terpikat pada Theo, tak mau yang lain. Karena Theo satu-satunya gajah yang memiliki gading di Tangkahan. Ada satu pejantan lain bernama Asep, namun usianya masih bayi. Selebihnya adalah gajah betina yang ada di pusat konservasi ini.
"Betapa gagahnya jika bisa berfoto selfie bareng Theo," aku ebergumam dalam hati.
Gading putihnya yang kokoh dan ukuran badannya yang paling besar menjadi daya tarik bagi siapapun. Tak sedikit wisatawan yang memilih untuk basah-basahan bareng Theo.
Pada ritual mandi pagi ini, mahout pertama-tama akan menunjukkan atraksi kecil pada wisatawan. Gajah satu akan diminta memegang ekor gajah yang lain menggunakan belalai, bak sedang berbaris menuju sungai.
Setelah itu semua gajah akan menghadap ke arah pengunjung. Mengangkat satu kaki, bergantian kanan dan kiri. Mahout lalu meminta setiap gajah menyedot air sungai memakai belalai dan saling menyiram gajah di sebelahnya. Wisatawan pun bertepuk tangan.
Lalu, gajah diminta untuk menyodot air sungai lagi. Kali ini mahout memerintahkan 'siram'. Seluruh gajah pun serentak menyiramkan air sekencang-kencangnya ke arah wisatawan yang menonton di pinggir sungai.
Wisatawan wajib basah kuyup, namun tertawa gembira sekaligus kagum dengan ulah gajah-gajah Tangkahan ini.
Selanjunnya mahout meminta gajah-gajah untuk duduk. Dikeluarkanlah berus dari kantong mahout dan diberikan kepada wisatawan yang sudah membeli tiket untuk memandikan gajah.
Para mahout juga mengajari bagian-bagian mana saja yang harus disikat terlebih dahulu, dari badan, punggung, ekor, telinga, dan belalai adalah bagian terakhir. Gajah-gajah yang dinaiki tubuhnya oleh wisatawan seakan pasrah dan menikmati tubuhnya disikat.
Usai memandikan sesi penutup menjadi yang paling ditunggu: foto bersama gajah.
Edy selaku pimpinan Conservation Respons unit (CRU) Tangkahan, Langkat, Sumatera Utara mengatakan wisata memandikan gajah ini adalah cara mengedukasi masyarakat untuk mengenal lebih dekat tentang gajah. Dengan mandi bersama gajah, orang tahu detail bagian tubuh gajah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar