Kamis, 26 Desember 2019

Istanbul yang Eksotis (3)

Tak lupa, kami mengikuti tur singkat menyusuri Selat Bosporus. Selat ini memisahkan Turki ke dua benua yang berbeda: Asia di sebelah timur dan Eropa di sebelah barat. Bosphorus juga menghubungkan Laut Marmara di sebelah selatan dengan Laut Hitam di utara. Selat kecil ini membentang sejauh 30 km (dengan lebar maksimum 3,7 km di bagian utara dan minimum hanya 750 m di antara dua benteng Utsmani: Anadolu Hisari dan Rumeli Hisari).

Pada 1453 lalu, selat ini menjadi saksi tumbangnya benteng legendaris Konstantinopel milik Imperium Romawi Byzantium. Di salah satu bagiannya (di area yang dikenal sebagai Golden Hornatau Semenanjung Tanduk Emas) pernah dipasangi bentangan rantai yang amat kuat yang menghalangi masuknya kapal tak berizin.

Armada Al-Fatih kala itu juga tidak mampu menembusnya; sampai akhirnya Sultan Penakluk itu mengambil sebuah strategi gemilang yang melegenda: menaikkan puluhan kapalnya melintasi jalur darat dalam semalam, alih-alih menerobos rantai di Golden Horn.

Setelah puas menikmati senja di Selat Bosporus, kami menuju ke Masjid Raya Sulaiman (Suleymaniye Camii), masjid terbesar kedua di Istanbul. Masjid ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Turki Utsmani, yang dibangun pada masa Sultan Sulaiman al-Qanuni (Suleyman The Magnificent) dengan Mimar Sinan sebagai arsiteknya (dibangun sejak 1550 hingga 1558). Mimar Sinan merupakan arsitektur terkemuka diTurki.

Kami juga mampir di Masjid Abu Ayyub Al-Anshari, sahabat Nabi Muhammad SAW yang wafat di Turki. Konon, sebelum wafatnya, dia pernah berpesankepada Yazid bin Muawiyah, penguasa Bani Umayyah saat ini, untuk dimakamkan di Konstantinopel.

"Aku mendengar baginda Rasulullah SAW mengatakan bahwa seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik pemimpin yang memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda." ujarnya.

Kelak, ratusan tahun kemudian, derapan tapak kaki kuda pemimpin dan pasukan terbaik itu benar-benar datang menaklukkan Konstantinopel.

3 Desember 2018

Sebelum kembali ke tanah air, kami berkunjung ke Kapalçar, (bazar tertutup) diIstanbul. Ini merupakan salah satu pasar tertutup yang terbesar dan tertua di dunia. Konstruksinya dimulai di masa Muhammad Al-Fatih (MehmedII) pada 1455.

Terdapat lebih dari 3000 toko di kompleks ini. Sayangnya, saya cukup terganggu dengan ungkapan salah satu warga lokal "barang di sini mahal-mahal tetapi banyak yang palsu". Berhubung kepagian datangnya, jadilah kami menunggu hingga pintunya terbuka pukul 10.00 pagi. Usai berbelanja beberapa buah tangan, kami pun menuju bandara. Kendati hanya beberapa hari, pengalaman yang diperoleh sungguh berkesan.

Trip ke berbagai tempat yang eksotik amat baik bagi kesehatan fisik dan mental. Berinteraksi dengan berbagai budaya yang beragam akan membuat kita semakin menghargai dan menghayati indahnya kebhinekaan. Berbincang dengan penduduk dunia dengan bahasa yang berbeda sungguh merupakan pengalaman yang berharga, tak ternilai; bahkan sekadar saling tersenyum saja sudah amat berarti. Senyum, tentu saja, merupakan bahasa universal yang bisa kita pahami bersama, bukan?

Dan Dubai di Uni Emirat Arab, negeri gurun pasir antah-berantah yang terkenal dengan aneka keunikannya: arsitektur menakjubkan, gedung pencakar langit tertinggi, proyek reklamasi dan pulau-pulau buatannya yang sukses, armada kepolisian dengansupercar(cepat dan mewah), lapangan golf yang membutuhkan jutaan galon air setiap harinya agar tetap hijau, taman bunga terbesar di dunia, tingkat kriminalitas yang konon mencapai 0%, dan masih banyak lagi, semoga menjadi destinasi berikutnya, insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar