Masih menjadi polemik menarik mengenai diperbolehkan atau tidaknya mencukur rambut di bagian genital (kemaluan). Ada yang berkata boleh, namun ada yang berkata tidak.
Ditemui di gedung Transmedia, Jl Kapten Tendean, Jakarta Selatan, dokter spesialis kulit dari RS Mayapada, dr Armansjah Dara Sjahrudin, SpKK, MKes mengatakan bahwa mencukur rambut kemaluan diperbolehkan.
"Boleh, asal bagaimana caranya. Kan sekarang sudah banyak ya caranya, ada plucking, waxing, shaving," ujar dokter yang disapa dr Dara ini kepada detikHealth, Rabu (23/8/2017).
Dengan beberapa macam teknik mencukur yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dr Dara sendiri lebih menganjurkan untuk menggunakan teknik laser.
"Laser kelebihannya itu yang paling bagus, tapi cost-nya lebih mahal," imbuhnya.
dr Dara juga menganjurkan untuk lebih memerhatikan kebersihan dari rambut kemaluan tersebut agar tidak menimbulkan masalah atau gangguan kesehatan.
"Secara higienis kalau dirawatnya dengan baik harusnya tidak jadi masalah untuk kesehatan," kata dr Dara.
dr Dara juga mengingatkan bahwa mencukur rambut kemaluan ini harus sangat hati-hati agar tidak menimbulkan infeksi atau permasalahan lainnya seperti jerawat di kulit bagian genital.
"Kalau orang habis removing pubic hair harus menjaga, misalnya diberi krim antibiotik. Krim antibiotik di mana gunanya kalau habis cukur biasanya ada folikel kulit rambut yang terbuka, biasanya akan timbul-timbul jerawat," jelasnya.
Cedera Saat Mencukur Rambut Kemaluan Tak Sekonyol yang Diduga
Sebagian mungkin menganggap cedera saat mencukur rambut kemaluan sebagai hal yang konyol. Kenyataannya, penelitian membuktikan kecelakaan seperti ini cukup sering terjadi.
Sebuah penelitian di JAMA Dermatology mengungkap cedera semacam itu dialami oleh 25,6 persen orang yang mencukur rambut kemaluan. Lecet paling sering dilaporkan yakni sebanyak 61,2 persen, luka bakar 23 persen dan ruam 12,2 persen.
Area yang paling sering mengalami cedera saat mencukur rambut kemaluan juga diungkap dalam penelitian ini. Pada laki-laki, cedera paling sering terjadi pada scrotum atau kantong buah zakar yakni 67,2 persen, penis 34,8 persen, dan area pubis 28,9 persen.
Pada perempuan, cedera paling sering terjadi pada area pubis yakni 51,3 persen, paha dalam 44,9 persen, vagina 42,5 persen, dan perineum atau area sempit di antara organ intim dengan anus, yakni 13,2 persen. Demikian dikutip dari Jamanetwork.
Metode dan cara mencukur rambut kemaluan juga berhubungan dengan risiko mengalami cedera. Pada laki-laki, mencukur dalam posisi berdiri paling sering memicu cedera, sedangkan dalam posisi berbaring terjadi peningkatan risiko cedera yang membutuhkan penanganan medis.
Demi Alasan Kesehatan, Bolehkah Cukur Rambut Miss V dengan Waxing?
Banyak alasan mengapa wanita memilih mencukur habis rambut kemaluan dengan cara waxing. Salah satunya agar merasa lebih percaya diri saat bercinta dengan pasangan. Namun demi alasan kesehatan, bolehkah waxing dilakukan?
"Waxing boleh dilakukan, nggak ada masalah. Itu kebutuhan masing-masing ya. Tapi saya rasa cukup sehat, cukup baik," kata dr Ni Komang Yeni DS, SpOG atau yang akrab disapa dr Yeni, wakil ketua Perkumpulan Menopause Indonesia Cabang Jakarta Raya (PERMI RAYA).
Lagipula menurut dr Yeni, apabila pubic hair atau rambut kemaluan terlalu tebal, ini juga akan mempengaruhi kelembaban sekitar area vagina.
"Karena biasanya justru kalau rambut vaginanya terlalu tebal kita habis cuci misalnya, terus kita mau pakai celana, walaupun sudah kita wipe pakai handuk, itu kan masih basah," ujar dr Yeni.
"Nah setelah itu pakai celana, abis itu pakai jeans seharian, nah itu masih lembab biasanya jamur akan dengan mudah tumbuh," sambungnya.
Dikatakan dr Yeni, mencukur rambut kemaluan dengan gunting pun boleh. Akan tetapi tidak disarankan menggunakan pisau cukur karena rambut kemaluan nantinya akan tumbuh menjadi kasar dan tidak sesuai arah.
"Apalagi pas dicukurnya nggak sesuai arah, itu yang menimbulkan folikulitis, jerawat-jerawat di area vulva, di area bibir kemaluan," pungkas dr Yeni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar