Sebuah video di atas gunung viral di medsos. Disebutkan sebagai Negeri di Atas Awan Banten, tetapi ada pula yang menyebutnya sebagai Bukit Wolobobo Flores.
Indahnya Negeri Atas Awan Gunung Luhur di Banten memang sedang naik daun. Gardu pandang ini memberikan pemandangan magis selimut awam sejauh mata menandang.
Nah, yang menarik adalah sebuah video viral terkait pemandangan indah tersebut, dengan judul Negeri Atas Awan Gunung Luhur, karena yang menduga penyebutan lokasi yang salah. Kenapa? Salah satu argumentasinya adalah karena dalam video tersebut merekam keindahan selimut awan dengan pemandangan gunung di sebelah kiri. Diduga, tempatnya justru di Bukit Wolobobo, Flores.
detikcom pernah berkunjung ke Bukit Wolobobo beberapa waktu lalu. Negeri atas awan ini berada di Desa Turekisa, Kecamatan Gelowa Barat, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Cuma 30 menit dari Kota Bajawa.
Kalau Negeri atas awan Gunung Luhur punya sunrise, Bukit Wolobobo menjagokan sunsetnya yang sangat cantik. Untuk menikmati keindahannya, pengelola juga sudah menyediakan beberapa menara pandang. Kamu tinggal memilih saja mau pemandangan yang mana.
Di area yang berlawanan, ada pemandangan ke Kota Bajawa. Perbukitan hijau nan segar menjadi tempat sapi-sapi mencari makan. Sungguh asri! Selain awan yang bergulung, suguhan paling mencolok adalah pemandangan Gunung Inerie. Dari menara pandang, siluet Gunung Inerie tampang syahdu dan teduh.
Bukan cuma menara pandang, Bukit Wolobobo juga punya ayunan yang mengarah langsung ke gulungan awan. Hati-hati karena tak ada pengaman di bangku ayunan.
Tak cuma berwajah cantik, Bukit Wolobobo juga berudara sejuk. Karena berada di ketinggian, traveler bisa menyiapkan jaket demi menghadapi terpaan angin. Akses ke Bukit Wolobobo juga cukup baik. Jalan beraspal dan paving block sudah rapi sampai puncak bukit. Untuk bisa menikmati keindahan Bukit Wolobobo, traveler akan dikenakan biaya tiket sebesar Rp 5.000 per orang.
Ya, boleh saja saat ini ada perdebatan apa video viral mengenai negeri di atas awan berlokasi di Gunung Luhur, Banten atau di Bukit Wolobobo, Flores. Tapi yang tak dapat diperdebatkan adalah kedua versi negeri atas awan di Indonesia ini sama-sama indah.
Terima Kasih Sudah Menjaga Titik Paling Selatan Indonesia
'Sejengkal tanah Indonesia akan kita jaga'. Begitulah misi dari Satgas Pengamanan Pulau Terluar di Pulau Ndana, di titik paling selatan Indonesia.
20-26 Agustus 2019, tim Tapal Batas detikcom bersama Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjelajahi Kabupaten Rote Ndao di NTT. Kabupatennya berupa kepulauan dengan total 96 pulau. Namun, hanya 7 pulau yang berpenghuni dengan Pulau Rote sebagai yang paling besar.
Terdapat 10 kecamatan di Rote Ndao. Tiap kecamatan punya potensi dan tempat wisata yang beragam.
Salah satu destinasi yang kami kunjungi adalah Pulau Ndana. Usut punya usut, inilah pulau paling ujung selatan Indonesia!
Namun harus kamu ketahui, Pulau Ndana ini tidak dihuni penduduk. Satu-satunya penghuni di sana adalah Satgas (Satuan Tugas) Pengamanan Pulau Terluar dari kesatuan TNI.
Meski begitu, wisatawan tetap diperbolehkan mengunjungi Pulau Ndana. Caranya adalah menuju Pantai Oeseli di Kecamatan Rote Barat Daya, kemudian melapor ke pos Satgas Pengamanan Pulau Terluar.
Setelah itu, barulah menyewa perahu nelayan. Perjalanan dari Pantai Oeseli ke Pulau Ndana sekitar 1 jam dengan ombak yang sangat menantang!
Bayangkan, perahu kami melaju di atas gelombang tinggi. Naik-turun mengguncang badan, rasanya badan terhempas. Menurut masyarakat setempat, hanya masyarakat asli di Pantai Oeseli yang bisa mengarungi ganasnya ombak dan gelombang menuju Pulau Ndana.
Tapi begitu tiba di Pulau Ndana, rasa was-was menjadi suka cita. Hamparan pasir putih dengan perairan bergeradasi memanjakan mata.
Kapten Marinir Komandan Satgas Pulau Terluar Pulau Ndana, Agus Dwi Wibowo menyambut kedatangan kami. Dia menjelaskan profil tentang Pulau Ndana.
"Luas pulau ini 13 km persegi, yang di dalamnya terdapat hutan lindung, satwa liar dan danau. Penghuni Pulau Ndana adalah kami para Satgas yang terdiri dari 34 personil, yakni 24 dari Yonif 3 Marinir Surabaya TNI AL dan 10 Yonif 734/PSY TNI AD," papar Agus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar