Minggu, 22 Desember 2019

Viral 'Ular Raksasa', 'Ular Berkaki', dan Ancaman Karhutla

Topik kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih ramai dibahas. Viralnya "ular raksasa" dan "ular berkaki" harusnya bisa ikut menambah kesadaran soal ancaman karhutla.

Pada pekan lalu, media sosial geger dengan penampakan "ular raksasa" yang menjadi korban kebakaran hutan di Kalimantan. Bangkai reptil berukuran besar ini, yang kemudian diketahui berjenis ular piton alias sanca kembang, gosong terbakar.

Ya, ular piton sebesar itu memang niscaya bikin manusia ngeri. Apalagi jika sewaktu-waktu berhadapan dengannya di hutan, atau di mana pun juga. Padahal, tahukah kamu bahwa peranan ular semacam ini pun besar bagi manusia?

"Ular piton atau ular besar sangat berperan penting dalam mengendalikan hewan hama seperti babi dan kera," kata pencinta reptil (reptiler) Panji Petualang saat membahas hal tersebut.

Dengan kata lain, manusia bukan cuma secara langsung terimbas dengan kebakaran hutan. Dalam rentang waktu tertentu, karhutla yang memakan korban satwa seperti "ular raksasa" itu juga dapat mengganggu keseimbangan rantai makanan.

Ketiadaan predator besar seperti ini bukan tidak mungkin memicu pertambahan populasi hewan yang berpotensi jadi hama dalam pertanian dan perkebunan. Artinya, yang rugi dengan matinya "raja piton" ini pun manusia juga.

"Dalam seminggu, ular sanca yang berukuran 8 meter saja mampu makan 3 ekor babi dalam seminggu. Sedangkan hewan kecil seperti kera dan burung itu bisa puluhan. Jika ular tidak ada, maka populasi hewan seperti babi, kera, rusa dan kijang akan membludak," ujar Panji.

Selain "ular raksasa" di Kalimantan, kasus viral lain terkait korban kebakaran karhutla adalah temuan "ular berkaki" pada kebakaran hutan di Riau.

Ditelisik Panji Petualang berdasarkan ciri, ular yang terbakar dalam kebakaran hutan di Riau itu adalah seekor king kobra jantan. Benda yang menyerupai kaki di dekat ekornya disebutnya sebagai alat reproduksi/kelamin ular.

Baca juga: Ada 'Ular Berkaki' di Kebakaran Hutan Riau, Ini Kata Ahlinya
Secara umum, viralnya "ular raksasa" dan "ular berkaki" yang terjadi di dua pulau berbeda paling tidak bisa mengingatkan masyarakat umum mengenai topik kebakaran hutan di Tanah Air.

Seberapa besar manusia terdampak langsung? Bagaimana imbasnya ke flora dan fauna setempat, yang niscaya juga akan berimbas ke manusia di sekitar wilayah itu?

"Miris ya, sedih karena hutan sangat kita butuhkan untuk banyak hal seperti udara, fungsinya sangat vital bagi manusia," ucap Panji Petualang dalam percakapan lain dengan detikcom mengenai kebakaran hutan.

"Harapan makin banyak orang sadar melestarikan alam, toh juga untuk kita juga bukan hanya untuk hewan. Yang menderita kan nantinya juga kita," lanjut pria yang juga dikenal sebagai pencinta hewan dan seringkali berpetualang di alam.

Senada ucapannya itu, kebakaran hutan memang semestinya jadi perhatian kita semua. Apalagi hal ini juga sudah disoroti pihak asing mengingat negara-negara tetangga Indonesia pun sudah kena imbasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar