Terapi plasma darah saat ini tengah diuji sejumlah negara untuk melihat seberapa efektif dalam mengobati pasien virus Corona. Beberapa di antaranya ada yang berhasil dalam melakukan terapi plasma darah ini.
Direktur Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), menyebut akan ada penelitian tentang terapi plasma darah tersebut. Soal efektivitas terapi plasma darah, nantinya dievaluasi dari hasil dari penelitian tersebut.
"Kami baru akan melakukan researchnya dulu mengumpulkan data sehingga kami akan memutuskan apakah memang bisa diberikan atau tidak, tapi belum berjalan, belum ada orangnya, belum dapat pasiennya juga," ujarnya di RSCM Kiara pada Kamis (30/4/2020).
Terapi plasma sendiri merupakan terapi yang menyuntikkan plasma dari pasien sembuh Corona ke pasien yang masih berjuang menangani Corona. AS, Inggris, dan Iran adalah beberapa negara yang melakukan terapi tersebut.
Meski begitu, terapi plasma darah tidak dapat didonorkan begitu saja. Francisco Lopez, ahli hematologi di Pusat Medis St Luke, mengatakan prosedur terapi transfusi plasma darah harus mencocokkan golongan darah pasien dengan pendonornya.
Kenali Beda Batuk Kering dan Basah, Beda Pula Obatnya
Pada masa pandemi COVID -19 ini masyarakat menjadi lebih sensitif terhadap apa yang terjadi pada tubuh mereka. Misalnya batuk sedikit saja sudah mengira terpapar COVID-19.
Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi menyebut, apapun batuknya kalau tidak segera ditangani bisa menyebabkan penyakit yang serius.
"Batuk yang terjadi saat kapanpun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," ujar dr Helmin kepada detikHealth, Kamis (30/4/2020).
Perlu diingat bahwa batuk tidak hanya terjadi karena virus Corona. Kenali dulu jenis batuknya, apakah kering atau basah. Dilansir dari Healthline, batuk kering dan batuk basah dapat terjadi karena beberapa hal berbeda.
Batuk Kering
Batuk kering adalah batuk yang tidak memunculkan dahak, biasanya membuat gatal di belakang tenggorokan yang memicu batuk tersebut. Batuk kering sering sulit ditangani dan mungkin butuh waktu penyembuhan lebih lama.
Batuk kering terjadi karena ada peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan. Bisa juga disebabkan karena adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti pilek atau flu. Batuk kering juga merupakan salah satu indikasi adanya penyakit COVID-19.
"Gejala batuk pada COVID-19 biasanya batuk kering, dan tidak terjadi hanya di malam hari," ungkap dr Helmin.
Batuk Basah
Batuk basah adalah batuk yang disebabkan karena lendir. Udara dingin dan flu sering menyebabkan batuk basah. Batuk ini juga biasanya disertai gejala lain seperti pilek dan kelelahan.
Jika batuk basah, mungkin Anda merasa ada sesuatu yang tersumbat atau menetes di bagian belakang tenggorokan atau dada. Batuk ini akan berlangsung kurang dari 3 minggu namun jika dalam kondisi kronis, biasanya lebih lama hingga 8 minggu.
Ketika batuk melanda, baik batuk kering maupun batuk basah tetap harus waspada karena bisa saja batuk bertambah parah dan menyebabkan infeksi atau penyakit lainnya.
"Batuk jenis apapun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," lanjut dr Helmin.
Beda jenis batuk, maka pilih obat batuk yang tepat, seperti obat batuk Woods' Cough Syrup Expectorant untuk batuk berdahak dan Woods' Cough Syrup Antitusive untuk batuk tidak berdahak. Tersedia pula Woods' Cough Syrup Herbal untuk membantu meredakan batuk berdahak yang dibuat dari bahan herbal.
Woods dapat meredakan batuk tanpa menyebabkan kantuk. Selain itu, Woods juga tidak mengandung alkohol serta mengandung 3DM (daun ivy, daun meniran, daun mint, dan madu) sehingga bisa menjaga daya tahan tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar