Dua anak kakak-adik di Cileungsi, Bogor, positif virus Corona COVID-19. Mereka diduga tertular Corona dari baju sang ayah.
Menanggapi hal ini, pemerintah kembali mengingatkan masyarakat agar sehabis aktivitas di luar ruangan langsung mencuci dan mengganti pakaian mereka.
"Kalau pulang segera ganti baju, dicuci, berapa kali diomongin, masa diulang lagi, diulang lagi," Kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan percepatan COVID-19, Achmad Yurianto (Yuri) saat dihubungi, Minggu (26/4/2020).
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun sudah menganjurkan agar menjaga kebersihan dengan rutin mencuci pakaian yang sudah dipakai. Sebab virus Corona bisa bertahan selama berjam-jam pada permukaan yang terbuat dari kain atau bahan, seperti pakaian.
Dirangkum detikcom, berikut ini adalah cara mencuci pakaian dengan benar agar terhindar dari virus Corona.
1. Cuci dengan air panas
Carol Winner, seorang spesialis kesehatan masyarakat menyarankan untuk mencuci pakaian dengan air panas agar dapat membunuh virus, dan sebaiknya direndam terlebih dahulu sebelum dicuci.
Sementara itu menurut ahli penyakit menular, Dr Georgine Nanos, sebaiknya jangan gunakan air panas yang bersuhu terlalu tinggi karena itu bisa merusak pakaian.
"Tolong jangan rusak semua pakaianmu dengan merebusnya. Karena itu akan menambah beban pikiran dan kecemasan yang tidak kita perlukan saat ini," ucap Nanos.
2. Pakai deterjen mengandung pemutih
Rodney E Rohde, ketua dan profesor program ilmu laboratorium klinik di Texas State University, menyarankan agar memperhatikan deterjen yang akan digunakan untuk mencuci pakaian agar terhindar dari virus Corona.
"Saya sarankan cuci pakaian dengan deterjen yang mengandung senyawa pemutih. Virus tidak akan bekerja dengan baik di lingkungan yang keras ini," kata Rohde.
3. Pakai mesin cuci
Menurut Nanos, sebenarnya mencuci pakaian dengan menggunakan tangan masih diperbolehkan, karena yang terpenting adalah menggunakan suhu air di atas 26,6 derajat celsius. Namun ia menyarankan untuk menggunakan mesin cuci, karena dinilai lebih efektif dalam membunuh kuman dan virus.
4. Pisahkan pakaian orang yang sedang sakit
Menurut seorang praktisi kesehatan yang berbasis di New York, Dr Janette Nesheiwat, dalam mencegah penyebaran penyakit, sebaiknya pisahkan pakaian orang yang sedang sakit dan tidak.
"Yang terbaik adalah selalu mencuci pakaian orang sakit secara terpisah. Pakaian bisa membawa staph, Ecoli, flu, dan lain-lain," jelas Nesheiwat.
Waspada! Bayi Lebih Rentan Terpapar Virus Saat Pandemi
Masa pandemi COVID-19 saat ini harus diwaspadai berbagai kalangan, termasuk orang tua yang memiliki bayi berusia di bawah satu tahun karena bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang tidak sekuat orang dewasa. Dilansir dari Pregnancybirthbaby, sistem kekebalan bayi memang tidak sekuat orang dewasa. Meski bayi menghasilkan antibodi sendiri, namun setiap kali mereka terpapar virus atau kuman, tetap butuh waktu bagi kekebalan tubuh bayi untuk meresponnya.
Head of Medical Kalbe Nutritionals dr Muliaman Mansyur menyebut, sistem kekebalan bawaan pada bayi biasanya didapat dari ASI, imunisasi, dan makanan serta antibodi yang didapat saat sembuh dari suatu penyakit.
"Bedanya adalah pada anak adalah sistem kekebalan yang alami belum terbentuk secara sempurna karena organ-organ seperti saluran cerna yang merupakan sistem kekebalan tubuh terbesar masih terus bertumbuh. Jadi pada anak lebih rentan dibandingkan dengan orang dewasa," ujar dr Muliaman kepada detikHealth, Senin (27/4/2020).
Kekebalan pasif yang diturunkan oleh ibu saat lahir juga tidak bertahan lama dan akan mulai berkurang dalam beberapa minggu dan bulan pertama setelah kelahiran. Bayi memang menghasilkan antibodi sendiri untuk melawan virus dan kuman namun tetap butuh waktu agar kekebalan tersebut dapat berkembang sepenuhnya.
Selain itu, bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko lebih besar terinfeksi kuman atau virus karena sistem kekebalan tubuh mereka bahkan lebih tidak matang dan mereka tidak memiliki banyak antibodi yang diberikan dari ibu ketika dilahirkan.
"Pada bayi prematur sistem kekebalan tubuhnya tidak sebaik bayi yang lahir cukup bulan karena memang pada kelahiran yg kurang 7 bulan kehamilan tentu organ tubuh belum sempurna dan juga sistem kekebalannya belum sempurna jadi mereka sangat rentan," lanjut dr Muliaman.
dr Muliaman menambahkan, untuk menjaga daya tahan tubuh bayi maka perlu memberikan ASI eksklusif karena ASI merupakan sumber antibodi untuk pertahanan tubuh. Selain itu juga dapat didukung dengan memberikan imunisasi dasar seperti hepatitis, BCG, DPT, dan campak serta dengan cara menjaga kebersihan bayi, pengasuh, dan memberikan nutrisi atau makanan seandainya bayi tidak mendapat ASI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar