Penolakan terhadap jenazah pasien virus corona COVID-19 terjadi di sejumlah tempat. Di Banyumas misalnya, makam sampai harus dipindahkan karena ditolak warga.
Kepala Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Karyoto, menjelaskan bahwa penolakan terjadi karena warga merasa dibohongi. Petugas yang memakamkan tidak menyampaikan informasi dan pemberitahuan ke desa.
"Tahu-tahu tadi malam itu listrik mati, apakah sengaja dimatikan atau tidak, kami tidak tahu yang jam 7 itu (19.00 WIB). Kemudian setelah itu datang dua ambulans dan enam mobil dinas lainnya," katanya.
Penolakan tersebut mendapat kecaman karena dinilai tidak manusiawi. Bupati Banyumas, Achmad Husein, sampai harus menyampaikan maaf soal itu.
"Saya juga mohon maaf kepada seluruh warga masyarakat Banyumas, atas kejadian pemakaman pada hari ini (Rabu, 1 April 2020)," katanya.
Sebenarnya, bagaimana sih prosedur pemakaman jenazah pasien dengan penyakit menular seperti virus corona COVID-19?
Dikutip dari laman organisasi kesehatan dunia WHO, berikut beberapa aturannya.
Pemakaman yang digunakan harus 30 m dari sumber air tanah yang digunakan untuk air minum.
Kedalaman tanah setidaknya 1,5 m di atas permukaan.
Air dari tanah kuburan tidak boleh masuk ke wilayah penduduk.
Lakukan tindakan pencegahan universal saat bersentuhan dengan darah dan cairan tubuh.
Gunakan sarung tangan sekali pakai saja dan buang.
Menggunakan kantong jenazah.
Mencuci tangan dengan sabun setelah menyentuh tubuh jenazah dan cuci tangan sebelum makan.
Menyemprotkan desinfektan pada kendaraan dan peralatan yang digunakan jenazah.
Tidak perlu untuk mendisinfeksi tubuh sebelum menguburkan mayat (kecuali dalam kasus kolera).
Stay At Home, Waktunya Jalin Komunikasi dengan Anak
Pemerintah saat ini mengimbau masyarakat untuk stay at home atau diam di rumah guna menghindari penyebaran virus corona COVID-19 yang semakin meluas. Di tengah imbauan ini, peran orang tua sangat penting untuk menjaga agar anak terhindar dari kebosanan.
Ahli perlindungan anak, Astrid Gonzaga Dionisio, dari United Nations Children's Fund (UNICEF) Indonesia menyarankan momen stay at home sebagai ajang bagi orang tua untuk menjalin komunikasi yang baik dengan anak di tengah pandemi corona. Kesibukan sehari-hari kadang membuat komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.
"Salah satu contohnya, tentu kita lihat realitas di Jakarta. Bapak Ibu yang bekerja harus berangkat pagi pulang malam, anak kita sudah tidur mungkin kita pulang, anak kita belum bangun sebelum kita berangkat. Stay home saat ini merupakan satu kesempatan untuk kita menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak kita dan dengan keluarga kita," ujar Astrid di Graha BNPB, Kamis (2/4/2020).
Banyak sisi positif dari stay at home yang dapat dimanfaatkan pada situasi saat ini. Selain mencegah penularan virus corona COVID-19, stay at home ini bisa menjalin kekompakan orang tua dan anak dengan cara melakukan kegiatan bersama.
"Mungkin ini saatnya di mana keluarga bisa ngobrol bersama tidak dibatasi oleh gadgetnya, bisa melakukan kegiatan bersama, membangun satu teamwork bersama, bisa makan bersama, dan bisa beribadah bersama," kata Astrid.
Namun Astrid menegaskan stay at home ini juga bisa jadi tantangan bagi para orang tua dalam mengurus anak. Ia juga menyarankan agar orang tua membuat situasi stay at home menyenangkan dan tidak membuat anak merasa bosan di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar