Selasa, 28 April 2020

Hasil Autopsi Korban Meninggal Virus Corona Pertama di AS Diungkap

Seorang wanita berusia 57 tahun asal San Jose, California, diyakini menjadi pasien pertama Corona di Amerika Serikat (AS). Pasalnya, wanita bernama Patricia Dowd ini sebelumnya meninggal di rumah sakit usai mengalami gejala flu pada 6 Februari lalu.
Menurut laporan berita setempat, Kamis lalu, para pejabat setempat tidak mengetahui ia mengidap Corona. Namun sebuah laporan tentang hasil autopsi menunjukkan bahwa virus Corona ditemukan di beberapa organ tubuh Dowd, seperti jantung, trakea, paru-paru, hingga usus. Hasil tersebut menunjukkan ia merupakan pasien pertama yang meninggal karena Corona di AS.

"Virus Corona terus menyerang sistem kekebalan tubuh dan merusak jantung, hingga menyebabkan jantung seperti meledak," ujar dr Judy Melinek, ahli patologi forensik yang meninjau laporan autopsi Dowd, dikutip dari The Mercury News.

Menurutnya, jantung pecah sering terjadi pada pasien Corona dengan penyakit penyerta, seperti kolesterol tinggi atau kelainan di otot jantung. Namun kondisi yang terjadi pada Dowd jarang ditemui, jantung Dowd sendiri sebelumnya dilaporkan dalam kondisi normal.

"Ada sesuatu yang abnormal tentang fakta bahwa jantung yang normal telah meledak," kata Melinek pada The San Fransisco Chronicle.

Berhasil pada Monyet, Vaksin Corona Siap Diuji Coba ke Manusia

Ilmuwan di China sebelumnya dikabarkan melakukan uji eksperimen vaksin virus Corona SARS-CoV-2 pada monyet. Hasilnya, monyet tersebut kebal dan terlindungi dari infeksi COVID-19.
Selanjutnya, penelitian vaksin ini akan berlanjut ke uji klinis pada manusia. Hal ini untuk menentukan apakah vaksin ini juga ampuh pada manusia atau tidak.

Percobaan kepada hewan yang dipublikasikan lewat jurnal pracetak bioRxiv ini belum menjadi subjek tinjauan formal. Meski demikian, terobosan vaksin Corona eksperimental ini dipuji oleh ilmuwan lain.

"Jadi ini adalah data praklinis 'serius' pertama yang saya lihat untuk kandidat vaksin Corona yang sebenarnya," ujar Florian Krammer, seorang profesor di Departemen Mikrobiologi di Icahn School of Medicine, Mount Sinai, lewat unggahan di Twitter pada 22 April.

Sebelum diuji pada manusia, vaksin virus Corona SARS-CoV-2 memang harus melewati uji praklinis pada hewan. Vaksin eksperimental ini menunjukkan hasil yang menjanjikan pada monyet rhesus sebelum diuji coba pada manusia.

Dalam tahap selanjutnya, vaksin akan diuji coba kepada 144 orang untuk menguji keamanan dan efektivitas vaksin, serta efek sampingnya. Vaksin kemudian akan memasuki tahap uji efikasi terhadap lebih dari 1.000 orang tambahan.

Menurut Meng Weining, Direktur Senior Sinovac Biotech, uji efikasi bertujuan melihat apakah vaksin memicu respons kekebalan tubuh yang memadai.

Vaksin buatan Sinovac tersebut mengandung versi tidak aktif dari SARS-CoV-2. Dengan memasukkan virus yang tidak aktif ke dalam tubuh, vaksin semestinya bisa mendorong sistem daya tahan tubuh untuk membangun antibodi yang menargetkan patogen tanpa memicu infeksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar