Selasa, 21 April 2020

42 Ribu Perawat di New York Gugat Pemerintah karena Gagal Lindungi Tenaga Medis

 Asosiasi Perawat Negara Bagian New York (NYSNA) mengajukan gugatan terhadap pemerintah dan sistem rumah sakit yang menempatkan pekerja kesehatan atau tenaga medis dalam risiko besar. Serikat pekerja yang mewakili 42 ribu perawat di seluruh New York menuduh Departemen Kesehatan New York gagal memberikan pelindung memadai bagi petugas kesehatan sehingga banyak dari mereka terinfeksi COVID-19.
Gugatan yang diajukan di Mahkamah Agung County New York tersebut merupakan salah satu tindakan hukum kolektif pertama yang diambil oleh petugas kesehatan atas penanganan wabah virus Corona.

"Tujuh dari 10 perawat kami melaporkan paparan COVID-19 dan sebagian besar dari mereka belum mendapat hasil tes. Tuntutan hukum ini diajukan untuk melindungi perawat kami, pasien kami dan komunitas kami dari perlindungan yang sangat tidak memadai dan lalai, "kata Direktur Eksekutif NYSNA Pat Kane dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC International.

Serikat pekerja juga mengajukan gugatan terhadap sistem Montefiore Medical Center di pengadilan federal Manhattan atas nama 3.000 perawat terdaftar. NYSNA juga menggugat Westchester Medical Center di Mahkamah Agung County Westchester atas nama 1.600 anggotanya yang dipekerjakan oleh sistem.

Kedua keluhan tersebut menggambarkan kondisi rumah sakit sebagai 'zona perang', menambahkan bahwa petugas kesehatan perperang tanpa alat perang yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan dan menjaga diri tetap aman. Gugatan menyatakan bahwa sistem rumah sakit tidak siap untuk mengatasi wabah Covid-19, menempatkan petugas kesehatan di lingkungan yang berbahaya.

"Saya mulai mengalami gejala-gejala yang konsisten dengan COVID-19, termasuk batuk dan demam. Saya melaporkan gejala saya ke Montefiore dan meminta pengujian. Saya diberi tahu bahwa Montefiore tidak akan menguji saya sehingga akhirnya saya menguji sendiri dan positif COVID-19," kata perawat Montefiore, Pamela Brown-Richardson dalam pernyataan tertulis.

Negara bagian New York sedang bergulat dengan wabah terburuk di AS. Gubernur Andrew Cuomo mengatakan sebelumnya bahwa beberapa proyeksi wabah menunjukkan penurunan, tetapi kematian Covid-19 setiap hari di New York tetap sangat tinggi.

Sembuh dari Virus Corona, Kulit Dua Dokter Ini Menghitam

Pandemi virus Corona COVID-19 sampai saat ini masih menghantui berbagai negara di dunia. Berbagai macam gejala pun muncul, mulai dari demam, gatal, hingga kram otot.
Pasca sembuh pun pasien bisa mengalami efek jangka panjang yang terjadi pada sistem pernapasan dan beberapa organ tubuh lainnya. Tetapi, kasus yang dialami dua dokter asal China ini sangat berbeda.

Dr Yi Fan dan Dr Hu Weifah, keduanya berusia 42 tahun dan didiagnosis positif virus Corona pada hari yang sama yaitu 18 Januari lalu. Dikutip dari Daily Star, karena kondisi yang kritis membuat keduanya harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu.

Namun, setelah keadaannya membaik kulit mereka berubah menghitam. Menurut Dr Li Shusheng, dokter yang merawat mereka, kemungkinan perubahan warna kulit ini akibat dari efek beberapa obat yang digunakan untuk merawat mereka.

Ia pun masih belum bisa memastikan obat mana yang memberikan efek seperti itu. Tetapi, Dr Li berharap kulit mereka bisa kembali seperti semula setelah fungsi hati keduanya membaik.

Dr Yi merupakan ahli jantung yang pulih dari virus Corona dengan bantuan ventilator selama 39 hari. Meski sudah pulih, ia belum bisa berjalan jika tidak dibantu.

Sementara rekannya, Dr Hu mengalami perjuangan yang lebih sulit. Kesehatan mentalnya terganggu saat berjuang melawan virus tersebut, sehingga membutuhkan konseling untuk pemulihannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar