Rabu, 22 April 2020

Batal Liburan ke Turki, Traveler Ini Bersyukur Refund Maskapai dan Hotel Lancar

Nur Azizah Eka Wardhani, 35 tahun, seharusnya sudah dapat menceritakan kegembiraan mengudara dengan balon udara di destinasi favorit Turki, Cappadocia, saat ini. Tapi, wabah virus corona telah membuyarkan rencananya.
Bahkan, harapan untuk menjejakkan kaki di Cappadocia itu sudah dipastikan hangus setelah instansi tempatnya bekerja melarang seluruh pegawai untuk melakukan perjalanan ke luar negeri pada awal Maret.

"Padahal, waktu itu belum ada travel ban sama sekali, tapi instansi tempatku bekerja sudah melarang keluar negeri. Awal Maret itu memang sudah ada kasus virus Corona," kata Azizah dalam perbincangan dengan detikTravel.

"Saat itu masih galau, tiketnya bagaimana? Kan sayang soalnya izin bepergian ke luar negeri sudah diajukan dan sudah keluar izinnya," dia menambahkan.

Dalam prosesnya, kasus Corona di Tanah Air terus meningkat. Azizah, yang seharusnya terbang 10 April dan kembali pada 20 April, pun mau tak mau membatalkan tiket pesawat.

Beruntung bagi Azizah, maskapai penerbangan yang dipilihnya, Emirates, merespons dengan memberikan opsi reschedule (jadwal ulang) atau pembatalan dengan refund (pengembalian uang).

Azizah, yang berencana melancong ke Turki bersama seorang rekannya itu, memutuskan untuk reschedule. Dia tetap ingin singgah di destinasi wisata, mencicipi makanan, dan menyapa warga lokal Turki.

"Semua direncanakan sejak Agustus 2019. Buat ke Turki itu niat banget memilih layanan fullboard bukan yang bujet, malah batal," kata Azizah.

"Ternyata Emirates memberikan free reschedule dan diberi jangka waktu lumayan panjang untuk menentukan jadwal penerbangan baru," dia menambahkan.

Azizah juga kehilangan uang dari hotel yang telah dipesan karena operator tempatnya memesan mengembalikan dana secara penuh. Begitu pula penerbangan lokal antarkota di Turki yang sudah dipesan sejak Januari 2020.

"Kerugian material enggak seberapa, tapi sudah kayak orang gila. Sebab, Turki masuk wist list-ku banget. Capek karena proses untuk bisa liburan kan panjang. Ibaratnya, semua sudah matang, namun batal. Sekarang sih sudah bisa hahahihi. Enggak enak banget itu pas mendengar keputusan dari kantor ada larangan perjalanan ke luar negeri," Azizah membeberkan.

"Sekarang berlapang dada, toh semua juga sedang merasakan hal yang sama. Utamakan dulu keselamatan, ke Turki bisa kapan-kapan. Tiket penerbangan juga tak hilang," kata Azizah.

"Semoga wabah Corona segera selesai dan bisa traveling lagi," ujar Azizah.

12 Strategi Garuda Bertahan di Tengah Corona

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membeberkan 12 strategi untuk mengantisipasi dampak virus Corona (COVID-19) melebar kepada kinerja perusahaan. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), maskapai pelat merah tersebut membeberkan kondisi perusahaan makin terpuruk.

Apalagi, Garuda Indonesia memprediksi kondisi industri penerbangan akan semakin parah di bulan Mei-Juni mendatang akibat momen high season di mana penerbangan biasanya padat, namun masih diiringi pandemi virus Corona. Perseroan juga memprediksi tak akan ada penerbangan haji tahun 2020 ini.
Dalam menjaga keberlangsungan perusahaan, terdapat 2 aspek penting yakni keuangan dan operasional. Untuk aspek keuangan, Manajemen menyatakan cash flow merupakan hal yang paling penting untuk menjaga going concern Perusahaan.

"Garuda Indonesia mempunyai dua kategori biaya yang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran kas yaitu biaya tetap yang meliputi biaya sewa pesawat, pegawai, administrasi kantor pusat dan kantor cabang, serta biaya variabel penerbangan yang meliputi biaya bahan bakar, kestasiunan, catering, navigasi dan tunjangan terbang bagi awak pesawat," tulis Manajemen Garuda yang dikutip detikcom, Rabu (22/4/2020).

Strategi perusahaan dari aspek keuangan meliputi:

1. Melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan pembayaran sewa pesawat (lease holiday).
2. Memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per bulan
3. Mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar ataupun pinjaman lainnya.
4. Menegosiasikan kewajiban Perseroan yang akan jatuh tempo dengan pihak ketiga.
5. Melakukan program efisiesi biaya kurang lebih 15-20% dari total biaya operasional dengan tetap memprioritas keselamatan dan keamanaan penerbangan dan pegawai serta layanan.
6. Mengajukan permohonan dukungan kepada Pemerintah selaku Pemegang Saham Perseroan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar