Sabtu, 18 April 2020

Ribuan Pasien Virus Corona di New York Dirawat dengan Obat Anti-Malaria

Pejabat kesehatan Amerika Serikat mengatakan, sebanyak 4.000 pasien virus corona di negara tersebut dirawat dengan obat anti-malaria itu. Obat ini diberikan untuk merawat pasien yang kondisinya sakit parah.
Beberapa waktu lalu, Presiden Trump mengatakan bahwa hydroxychloroquine atau obat anti-malaria sangat berpotensi untuk mengatasi wabah tersebut. Padahal belum ada bukti ilmiah yang jelas bahwa obat tersebut memang bisa memerangi COVID-19.

Obat tersebut diberikan dari Departemen Kesehatan ke 56 rumah sakit yang ada di New York. Pihaknya mengatakan obat yang didistribusikan itu dirasa cukup untuk merawat 4.000 pasien hingga saat ini.

Dikutip dari New York Post, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan para petugas kesehatan setempat menggunakan obat tersebut dan dikombinasikan dengan obat lainnya. Obat anti-malaria itu dikombinasikan dengan antibiotik Zithromax atau azithromycin dalam beberapa kasus dan hasilnya menjanjikan.

Pasien diberikan obat tersebut selama 4-10 hari selama dirawat. Hal ini juga ditujukan untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit yang menjadi pandemi saat ini.

"Jika hydroxychloroquine itu memberikan perlindungan terhadap COVID-19, itu akan menjadi alat yang penting untuk memerangi pandemi ini. Tapi, kalau tidak pastinya ada risiko yang terjadi dan obat tersebut harus segera dihindari," jelas Anna Barshteyn, asisten profesor di Departemen Kesehatan Populasi di New York.

Seperti obat lainnya, hydroxychloroquine juga memiliki efek samping. Efek sampingnya, mulai dari aritmia jantung fatal, kehilangan penglihatan, telinga berdenging, muntah, perubahan suasana hati, ruam pada kulit, dan rambut rontok.

Meskipun Badan Pengawas Makanan dan Obat Federal memberikan izin pada penggunaan darurat hydroxychloroquine untuk mengobati pasien COVID-19, hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan dalam lagi.

10 Penyakit Ini Tak Kalah Mematikan dari Virus Corona

Virus corona COVID-19 saat ini menjadi salah satu penyakit yang sangat ditakuti di seluruh belahan dunia. Penyakit akibat virus ini bahkan sudah menewaskan sekitar 70.000 orang di dunia. Gejala yang muncul karena penyakit ini juga semakin beragam dan penyebarannya tidak terduga.
Namun, ternyata COVID-19 ini bukan termasuk penyakit yang paling mematikan di dunia di setiap tahunnya. Masih ada penyakit-penyakit yang tidak kalah mematikan. Jika ditangani dan didiagnosa dengan tepat, risiko kematian bisa dikurangi.

Mengutip dari The Star, berikut ini 10 penyakit paling mematikan yang ada di dunia.

Baca juga: Kenali 'OTG', Tak Bergejala Tapi Bisa Tularkan Corona
1. Arteri koroner
Arteri koroner dikenal juga sebagai penyakit jantung iskemik. Penyakit atau kerusakan ini disebabkan karena terjadinya penyempitan pembuluh darah di jantung, dan berisiko terkena serangan jantung. Penyakit ini masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia.

Penyakit ini bisa muncul tanpa gejala, nyeri dada, hingga gagal jantung. Faktor risikonya terdiri dari, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, hingga obesitas.

2. Stroke
Stroke merupakan penyakit yang terjadi saat arteri di otak tersumbat atau bocor. Otak akan mengalami kekurangan oksigen, setelah itu sel-sel otak akan mati dalam beberapa menit.

Jika stroke ditangani dengan cepat dan tepat, kemungkinan bisa pulih kembali. Tapi, jika terlambat bisa menyebabkan kecacatan dalam jangka panjang. Gejala yang muncul, terdiri dari mati rasa di seluruh atau sebagian tubuh, sulit berjalan atau melihat, dan kebingungan.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), 93 persen orang yang stroke gejala utamanya adalah mati rasa di seluruh tubuh. Dan penyakit ini masih menjadi penyebab utama kecacatan jangka panjang. Faktor risiko yang bisa menyebabkan stroke, meliputi hipertensi, merokok, diabetes, usia, hingga keturunan.

3. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan juga menjadi salah satu penyakit mematikan di dunia. Penyakit ini meliputi flu, bronkitis, tuberkulosis (TBC), dan pneumonia. Penyebabnya bisa karena virus atau bakteri yang masuk ke dalam saluran pernapasan.

Gejala yang muncul saat mengalami infeksi, di antaranya batuk, sesak napas, nyeri di dada, dan mengi. Jika tidak segera diobati, infeksi ini bisa menyebabkan kematian dan menular ke banyak orang.

Untuk mencegahnya, bisa rutin melakukan vaksinasi, sering cuci tangan terutama sebelum makan dan menyentuh area wajah. Jika sudah terlanjur terinfeksi, segera obati dan memisahkan diri sementara sampai infeksi membaik agar tidak menulari orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar