Sabtu, 18 April 2020

Aktor Film Batman, Jay Benedict Meninggal Akibat Komplikasi Virus Corona

Jay Benedict, aktor film Batman 'The Dark Knight Rises' telah meninggal dunia di usia 68 tahun pada Sabtu (4/4/2020) kemarin. Ia meninggal akibat adanya komplikasi yang disebabkan oleh virus corona COVID-19.
"Dengan sangat sedih kami umumkan meninggalnya klien kami yang terkasih, Jay Benedict, yang sore ini telah kalah dalam pertempuran melawan COVID-19," ujar TSG, agensi sang aktor dalam keterangan resminya, Sabtu (4/4/2020).

Dikutip dari Sky News, aktor kelahiran California itu pindah ke Inggris ketika ia masih kanak-kanak. Benedict pun mulai dikenal ketika ia berperan sebagai ayah Newt dalam film arahan James Cameron, Aliens.

Selama berkarier lebih dari 40 tahun di dunia hiburan, Benedict telah tampil di berbagai macam acara TV favorit di Inggris seperti The Bill, Jonathan Creek, Casualty, dan Foyle's War.

Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi pengisi suara untuk berbagai proyek film dokumenter, iklan, hingga video game.

"Suara menyebalkan yang membuatmu untuk duduk dan segera mematikan ponsel, kemungkinan besar itu adalah dia," tulis situs resmi sang aktor.

Ribuan Pasien Virus Corona di New York Dirawat dengan Obat Anti-Malaria

Pejabat kesehatan Amerika Serikat mengatakan, sebanyak 4.000 pasien virus corona di negara tersebut dirawat dengan obat anti-malaria itu. Obat ini diberikan untuk merawat pasien yang kondisinya sakit parah.
Beberapa waktu lalu, Presiden Trump mengatakan bahwa hydroxychloroquine atau obat anti-malaria sangat berpotensi untuk mengatasi wabah tersebut. Padahal belum ada bukti ilmiah yang jelas bahwa obat tersebut memang bisa memerangi COVID-19.

Obat tersebut diberikan dari Departemen Kesehatan ke 56 rumah sakit yang ada di New York. Pihaknya mengatakan obat yang didistribusikan itu dirasa cukup untuk merawat 4.000 pasien hingga saat ini.

Dikutip dari New York Post, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan para petugas kesehatan setempat menggunakan obat tersebut dan dikombinasikan dengan obat lainnya. Obat anti-malaria itu dikombinasikan dengan antibiotik Zithromax atau azithromycin dalam beberapa kasus dan hasilnya menjanjikan.

Pasien diberikan obat tersebut selama 4-10 hari selama dirawat. Hal ini juga ditujukan untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit yang menjadi pandemi saat ini.

"Jika hydroxychloroquine itu memberikan perlindungan terhadap COVID-19, itu akan menjadi alat yang penting untuk memerangi pandemi ini. Tapi, kalau tidak pastinya ada risiko yang terjadi dan obat tersebut harus segera dihindari," jelas Anna Barshteyn, asisten profesor di Departemen Kesehatan Populasi di New York.

Seperti obat lainnya, hydroxychloroquine juga memiliki efek samping. Efek sampingnya, mulai dari aritmia jantung fatal, kehilangan penglihatan, telinga berdenging, muntah, perubahan suasana hati, ruam pada kulit, dan rambut rontok.

Meskipun Badan Pengawas Makanan dan Obat Federal memberikan izin pada penggunaan darurat hydroxychloroquine untuk mengobati pasien COVID-19, hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan dalam lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar