Kamis, 14 Mei 2020

3 Skenario Pandemi Corona di Masa Depan

 Pandemi Corona masih merebak dan belum diketahui bagaimana situasinya di masa depan. Para periset di University of Minnesota, Amerika Serikat, coba meriset kondisi ini sekaligus 3 skenario yang mungkin terjadi.
Dikutip detikINET dari Live Science, mereka meneliti tentang 8 pandemi flu yang pernah terjadi di masa lalu dari tahun 1700 sampai pandemi Corona yang sekarang tengah melanda.

Akademisi itu menggarisbawahi bahwa SARS-CoV-2 bukanlah tipe influenza, tapi punya kemiripan dengan pandemi virus flu. Misalnya sama-sama menyasar sistem pernapasan, populasi yang terdampak belum punya kekebalan, serta bisa menyebar tanpa gejala.

Lantaran begitu mudah COVID-19 menular, diperlukan 60-70% populasi mencapai kekebalan untuk menimbulkan herd immunity dan menghentikan pandemi. Hal itu membutuhkan waktu karena di Amerika Serikat misalnya, relatif baru sedikit populasi yang terkena.

Berikut adalah 3 skenario pandemi Corona di masa depan menurut riset dari University of Minnesota:

1. Dalam skenario ini, gelombang COVID-19 yang terjadi sekarang akan diikuti beberapa gelombang lebih kecil yang naik turun dan terjadi secara konsisten selama periode 1 sampai 2 tahun, tapi perlahan-lahan hilang pada tahun 2021.

2. Kemungkinan kedua adalah gelombang awal COVID-19 akan diikuti oleh gelombang kasus lebih besar di musim gugur atau musim dingin mendatang, seperti yang terjadi pada pandemi flu tahun 1918. Kemudian, satu atau beberapa gelombang lebih kecil akan muncul di 2021.

3. Skenario terakhir, gelombang awal COVID-18 mungkin bakal diikuti transmisi dan kasus COVID-19 yang melambat dan munculnya kasus-kasus yang tidak punya pola yang jelas.

Jika ada gelombang baru kasus, area yang terdampak perlu terus menerapkan langkah mitigasi seperti yang sudah dilakukan, seperti social distancing.

"Apapun skenarionya, kita harus mempersiapkan setidaknya 18 sampai 24 bulan aktivitas COVID-19 yang signifikan, dengan hotspot muncul secara berkala di area geografis yang berbeda-beda," pungkas mereka.

Top! BUMN Mulai Produksi Ventilator dan Alat Tes Corona

PT Len Industri (Persero) mulai memproduksi alat bantu pernapasan atau emergency ventilator. Ventilator ini menggunakan komponen lokal yang didesain BPPT dan ITB.

Len juga sedang melakukan pengembangan Controlled Ventury Base CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) yang membantu percepatan penyembuhan pasien COVID-19 stage 2 melalui proses menjaga konsistensi level oksigenasi dalam hemoglobin pasien.

Manajer Rekayasa Produk Unit Bisnis Industri, Sentot Rakhmad Abdi menjelaskan, ventilator tersebut sudah disertifikasi BPFK Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).

"Len sedang memproduksi 10 unit ventilator untuk keperluan uji klinis di rumah sakit sebelum peralatan tersebut diedarkan secara legal ke rumah sakit seluruh Indonesia. Setelah lolos uji klinis maka produksi massal peralatan ini akan segera dilakukan," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (12/5/2020).

Dia menambahkan, kapasitas produksi Len per hari mencapai 50 unit ventilator. Tapi, itu tergantung dengan ketersediaan komponennya.

"Kapasitas produksi PT Len industri per hari bisa mencapai 50 unit ventilator tergantung pada ketersediaan komponen. Target produk yang diperlukan BPPT 600 unit, produksi secara massal akan dikerjakan oleh dua industri, PT Len Industri akan melakukan produksi sebanyak 300 unit. Informasi yang diterima sementara seperti itu," paparnya.

Alat kesehatan buatan dalam negeri tersebut menggunakan material 100% kandungan lokal (local content). Adanya produksi ventilator tidak mengubah line production di Len karena pada dasarnya produksi di Len bersifat fleksibel.

"Untuk saat ini, harga kedua ventilator, baik dari BPPT maupun ITB belum secara resmi ditetapkan, karena produk yang dibuat masih ada penambahan fitur dan ventilator ITB saat ini masih ditujukan untuk keperluan donasi," ujar Sentot.

"Untuk ventilator ITB, target diselesaikan oleh Len sebanyak 300 unit dan kapasitas produksinya mencapai 50 unit per hari. Saat ini sedang kejar produksi untuk keperluan donasi. Perusahaan lain yang ikut serta dalam produksi, yaitu PT MRB dan PT DI. Beberapa komponen ventilator dibuat sendiri oleh ITB. Saat ini kegiatan assembly komponen tersebut dilakukan oleh SMK, Polman, dan Polban," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar