Pada Hari Bumi yang jatuh Senin ini, KLHK kembali menyuarakan pentingnya kewajiban menjaga Bumi. Dari KLHK, mereka punya 9 jurus untuk menjaga Bumi Indonesia.
Sebagai salah satu kementerian yang diberi mandat untuk menjaga lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia atau biasa disingkat KLHK tak pernah kenal lelah untuk menjaga tumbuhan dan fauna di tanah yang kita pijak.
Mumpung momen Hari Bumi, mungkin di antara traveler ada yang penasaran dengan kegiatan KLHK terkait lingkungan. Berdasarkan press release yang diterima detikcom dari Kabiro Humas KLHK, Djati Witjaksono, Senin (22/4/2019) pihak KLHK akan terus melanjutkan upaya menjaga lingkungan.
"Tanggal 22 April 2019 Kementerian LHK, terus melanjutkan langkah-langkah koreksi dalam pengelolaan LH dan Kehutanan," ujar Djati.
Dijelaskan Djati, upaya itu pun dibagi ke dalam 9 langkah. Antara lain:
1. Mengendalikan kebakaran hutan & lahan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca.
2. Mengembalikan kawasan ekologis gambut.
3. Menghemat penggunaan energi listrik.
4. Mengurangi penggunaan kertas.
5. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan menggunakan transportasi umum.
6. Mengurangi timbunan sampah dan memilah sampah.
7. Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
8. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan revitalisasi danau.
9. Pemanfaatan jasa lingkungan.
Di antara kesembilan langkah yang telah dan akan terus dilakukan KLHK, tentu ada beberapa yang juga bisa kita terapkan dalam keseharian. Di mana hal itu bisa berdampak baik bagi lingkungan.
Mulai dari mengurangi pemakaian kendaraan pribadi yang menimbulkan polusi, tak membuang sampah sembarangan, mengurangi pemakaian plastik hingga meminimalisir penggunaan listrik yang mayoritas masih berasal dari pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Mungkin terdengar simpel, tapi efeknya akan terasa besar apabila dilakukan bersama. Hal kecil pun akan berdampak baik apabila dilakukan, sekali pun dalam lingkup kecil.
Intinya, Hari Bumi adalah pengingat saja. Di mana pesan itu tak akan bermakna jika tak disertai dengan aksi nyata kita bersama sebagai penghuni Bumi.
"Pada intinya, Hari Bumi dapat digunakan sebagai sarana edukasi untuk mendorong partisipasi semua elemen masyarakat dalam upaya bersama-sama dengan pemerintah untuk menjaga lingkungan," tutup Djati.
Melihat Sisa Peralatan Perang hingga Budaya Desa Tablanusu di Papua
Tidak akan ada habisnya mengeksplorasi pariwisata Papua. Setiap jengkal tanahnya punya kekhasan alam dan budaya, begitu juga Desa Tablanusu dengan keunggulannya yaitu wisata sejarah, religi, hingga petualangan.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Muh. Ricky Fauziyani mengatakan wisatawan bisa mengeksplorasi Desa Tablanusu lewat Festival Crossborder Skouw.
"Kami merekomendasikan untuk datang ke Desa Tablanusu saat Festival Crossborder Skouw, karena wisatawan akan mendapatkan eksotisnya alam dan budaya khas Papua yang sangat unik," ungkap Ricky dalam keterangan tertulis, Senin (22/4/2019).
Tablanusu berasal dari Tepara dan Onusu, yang mana Tepara mengacu suku asli kawasan itu, lalu Onusu diartikan sebagai matahari terbenam (sunset). Komposisi hutan dan pantai yang eksotis, ditambah keramahan masyarakatnya, membuat Tablanusu selalu menjadi favorit wisatawan.
Tablanusu memiliki luas sekitar 230 hektare. Hampir semua wilayah desa ini ditutupi oleh batuan alam dengan ukuran kecil berwarna hitam pekat. Menariknya, bila berjalan di atasnya selalu menimbulkan suara khas. Hutan pun menjadi spot terbaik untuk dikunjungi karena terdapat banyak fauna dan flora endemik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar