Selat Lembeh sangat terkenal di kalangan para penyelam. Setidaknya butuh lebih dari 20 tahun untuk bisa menyelami semua keindahan Lembeh.
Nama Selat Lembeh di Kota Bitung, Sulawesi Utara sudah demikian masyhur di antara kalangan traveler pehobi diving. Itu karena di bawah laut Lembeh tersimpan keindaham misterius yang jarang dilihat orang awam, yaitu makhluk-makhluk laut cantik dengan ukuran yang sangat mungil.
Di sepanjang Selat Lembeh sendiri, ada kurang lebih 95 spot diving yang bisa diselami traveler. Masing-masing spot punya keunikannya tersendiri. Ada yang berbentuk goa, ada yang taman, bahkan ada juga gunung bawah laut.
Jika 1 spot diving butuh 5-10 kali turun penyelaman, maka butuh waktu lebih dari 20 tahun untuk seorang traveler bisa mengeksplorasi semua diving spot itu.
"Saya pernah bertemu diver yang sudah 20 tahun menyelam di sini. Katanya, dia tidak akan bisa mengeksplorasi semua keindahan Lembeh. 20-30 Tahun nggak akan habis," ucap Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bitung, Audy RR Pangemanan, memulai pembicaraan dengan detikTravel di Bitung Creative Hub, Senin (18/2/2019) malam.
Karakteristik panorama bawah laut Lembeh sangat berbeda dengan saudaranya, yaitu Bunaken. Apalagi soal karakteristik penghuni lautnya, Lembeh disebut-sebut memiliki keanekaragaman yang lebih baik dibanding Bunaken.
"Bunaken itu kayak di taman laut yang sangat indah. Kayak di akuarium. Tapi itu sudah mainstream. Di Lembeh, kita akan mud diving untuk mengamati critters. Hewan-hewan laut endemik, yang aneh-aneh seperti Pygmy Seahorse cuma ada di Selat Lembeh," imbuh Audy.
Untuk bisa melihat makhluk-makhluk laut ajaib di Lembeh, traveler butuh kesabaran dan kejelian. Dibutuhkan juga skill dan pengalaman diving di atas rata-rata, karena traveler akan lebih banyak diam melakukan pengamatan daripada mengeksplorasi sekeliling.
Banyak penyelam pun menyebut Lembeh sebagai Best Diving Spot in The World. Tidak berlebihan memang. Jika tidak percaya silakan buktikan sendiri ke Bitung di Sulawesi Utara untuk menikmati eksotisnya Selat Lembeh beserta penghuni alam bawah lautnya.
Cap Go Meh, Cara Merawat Kerukunan di Cirebon
Ribuan masyarakat Kota Cirebon dan sekitarnya berbondong-bondong menyaksikan perayaan Cap Go Meh di Vihara Dewi Welas Asih. Inilah bentuk kerukunan di Cirebon.
Menurut Pembina Vihara Dewi Welas Asih, Yan Siskarteja, kirab Cap Go Meh diramaikan sebanyak 15 joli, kereta Keraton Singhapura Cirebon, Pedati Nyai Pasindangan, barongsai, liong dan lainnya. Tak lupa, rombongan Sun Go Kong hingga Tom Sam Cong mengikuti kirab Cap Go Meh di Kota Cirebon.
"Ada 15 joli, 9 di antaranya berasal dari vihara yang ada di Indramayu, Cirebon, dan sekitarnya. Dari kami ada 6 joli," kata Yan saat berbincang dengan detikTravel di sela-sela kirab Cap Go Meh, Selasa (19/2/2019).
Lebih lanjut, Yan mengatakan Cap Go Meh merupakan agenda tahunan. Menurut Yan, perayaan Cap Go Meh setiap tahunnya terus mengalami peningkatan, baik dari jumlah pengunjung maupun manajemen pelaksanaannya.
Yan menyebutkan, kirab budaya Cap Go Meh melewati sejumlah jalan di Kota Cirebon, yakni Pasuketan, Pekiringan, Parujakan, Sukalila, Kanoman, Winaon dan Pasar Talang. Wisatawan pun banyak ramai yang menonton.
"Tahun ini merupakan tahun babi tanah, semoga bangsa ini, khususnya Cirebon tambah makmur, sejahtera, dan damai," ucap Yan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar