Siapa sangka di Rangkasbitung, Lebak, Banten ada museum sejarah tapi modern. Museum anti-kolonial atau Museum Multatuli mudah diakses dengan naik KRL.
Akses menuju tempat wisata ini bisa ditempuh 2 jam dari ibu kota. Bupati Lebak Iti Oktavia Jayabaya mengatakan, setahun Museum Multatuli didirikan telah dikunjungi lebih dari 57 ribu wisatawan.
"Satu tahun ada pengunjung 57 ribu lebih hadir. Ini sejalan dengan konsentrasi kami pada pengembangan pariwisata," kata Iti saat perayaan setahun Museum Multatuli di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Kamis (21/2/2019).
Rata-rata pengunjung adalah wisatawan dari luar Lebak yang memanfaatkan transportasi commuter line. Bahkan, wisatawan asing banyak yang berkunjung ke museum anti-kolonial pertama di Indonesia ini karena penasaran.
Museum ini katanya jadi andalan city tour masyarakat Banten. Saat ini, sedang dikembangkan one day trip untuk wisatawan yang ingin mengenal Lebak.
One day trip ini menurutnya menawarkan museum, cagar budaya eks kantor kewadanan era kolonial, wisata air terjun, kemudian pariwisata ke masyarakat adat Baduy. Akses atau konektivitas ke jalur pariwisata tersebut ia klaim sudah mulus.
"One day trip naik KRL ke sini bisa, terus bisa ke Baduy atau ke curug-curug di Lebak," paparnya.
Museum ini jadi wadah promosi Lebak di tingkat nasional bahkan mancanegara. Selain itu, destinasi ini jadi satu-satunya museum paling unik dan terbesar yang dipunyai oleh Banten.
"Museum ini sumbangan pusat pendidikan, pusat pencerahan untuk mengangkat Lebak dan jadi museum anti-kolonialisme pertama di Indonesia," pungkasnya.
Yuk, akhir pekan besok kita main ke sana!
Yang Wajib di Pulau Lengkuas, Snorkeling
Pulau Lengkuas begitu identik dengan mercusuar dan keindahan bawah lautnya. Kalau ke sini jangan lewatkan untuk snorkeling!
Pulau Lengkuas sudah menjadi salah satu destinasi wajib jika kita berkunjung ke Belitung. Keunikan pulau ini terkenal dengan mercusuarnya dan menjadi salah satu ikon pariwisata Belitung.
Pemandangan yang sangat menakjubkan juga akan kita nikmati dengan melihat sekeliling Pulau Lengkuas dengan menaiki mercusuar hingga lantai paling atas. Inilah hal yang ingin saya lakukan saat saya memiliki kesempatan berkunjung ke sini.
Namun sayangnya saat saya berkunjung ke sini, mercusuarnya sedang dalam perbaikan sehingga saya dan pengunjung lainnya dilarang untuk masuk ke dalam bahkan naik hingga ke puncaknya untuk sementara waktu. Sebenarnya saya sedikit kecewa, tapi ternyata Yang Maha Kuasa memberikan satu kejutan yang tidak saya duga dan menjadi pengalaman paling unik di Pulau Lengkuas ini.
Saya yang berkunjung ke sini bersama teman-teman saya, sebelumnya melakukan island hopping terlebih dahulu yang dimulai dari Pantai Tanjung Kelayang kemudian ke Pulau Batu Berlayar dan dilanjutkan menuju Pulau Pasir.
Dari Pulau Pasir itulah akhirnya perahu yang saya naiki menuju Pulau Lengkuas untuk bermain di pantainya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kegiatan snorkeling di lokasi dekat Pulau Lengkuas ini. Daya tarik pantai di pulau ini hampir sama dengan pantai-pantai lainnya di Belitung, seperti pasir pantainya yang bersih, airnya yang bening hingga batu-batu granit yang banyak terdapat di sekitar pantai.
Namun batu-batu granit di sini tidak sebesar di Pantai Tanjung Tinggi dan Pulau Batu Berlayar. Saat itu saya dan teman-teman hanya bermain di tepi pantai sambil sesekali melakukan swafoto dan mengabadikan keindahan Pulau Lengkuas ini melalui kamera.
Hingga saya bertemu dengan dua orang anak perempuan yang sedang bermain pasir sambil mencari rumah kerang yang kecil. Yang menarik dari dua anak perempuan ini adalah mereka berbicara dengan bahasa Korea.
Saya dan seorang teman saya yang memang menyukai segala hal tentang Korea langsung memberanikan diri untuk menghampiri mereka. Dengan menggunakan kemampuan bahasa Korea seadanya, kami pun berhasil mengetahui namanya. Dan ternyata mereka adalah kakak dan adik yang datang ke sini bersama keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar