Rabu, 26 Februari 2020

Bedanya Gaya Traveler Milenial Asia dan Timur Tengah

Generasi milenial sangat suka traveling. Namun ternyata traveler milenial di Asia dan Timur Tengah beda gayanya lho.

Hal ini dibahas dalam diskusi 'Engage Millenial Travellers in South East Asia' oleh Wego dan tiket.com di Hote Morrissey, Jakarta, Selasa (19/2/2019). Tren traveler milenial meningkat namun gaya jalan-jalannya berbeda antara Asia Pasifik dan Timur Tengah.

"Di Timur Tengah, terutama yang perempuannya, mereka lebih introvert. Kalau traveling mereka inginnya keluar dari kawasan Timur Tengah, seperti ke Eropa," kata James Huang, Head APAC & Marketing Technology Wego.

Menurut James, salah satu gaya traveler milenial adalah free independent traveling (FIT). Dia berharap gaya FIT itu juga berkembang di Timur Tengah.

Hal senada diamini oleh VP Performance Marketing tiket.com, Dyah Wulandari. Menurut Dyah, faktor budaya Timur Tengah yang lebih ketat mempengaruhi para traveler milenialnya dari pada yang di Asia Pasifik.

"Budaya memang beda banget. Kalau milenial yang di Asia kan terbuka banget. Beberapa traveler perempuan di Timur Tengah sudah mulai menjadi teladan," kata Dyah.

Dyah menilai, traveler milenial di Timur Tengah sangat aktif di media sosial. Karena, itu tempat mereka mengekspresikan diri di balik ketatnya aturan norma sosial di sana. Dyah berharap gaya FIT traveler milenial di Timur Tengah bisa terus tumbuh dan berkembang.

"Harapannya FIT masih bisa tumbuh, terutama harapannya untuk traveler perempuan," tutupnya. 

Aktivitas Merapi Meningkat, Bagaimana Jip Lava Tour di Sana?

Akhir-akhir ini, aktivitas Gunung Merapi meningkat. Meski begitu, jip lava tour di sana masih berjalan normal dan selalu waspada.

Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) masih melayani wisatawan yang ingin berwisata lava tour Gunung Merapi. Operasional tetap berjalan normal meski aktivitas Merapi akhir-akhir ini meningkat.

"Belum terpengaruh, aktivitas masih normal, jumlah wisatawan juga normal," kata Ketua AJWLM Sisi Barat, Dardiri saat dihubungi wartawan, Selasa (19/2/2019).

Dardiri mengaku rute lava tour juga tidak mengalami perubahan karena berada di luar radius bahaya 3 kilometer dari puncak Merapi.

Meski demikian, pihak operator dan pemandu telah diingatkan agar meningkatkan kewaspadaan ketika mengantar wisatawan berkeliling lava tour.

"Seandainya ada guguran lava pijar, semua pemandu wisata sudah diberi arahan, langsung ditarik ke bawah menjauh dari Kali Gendol khususnya," jelasnya.

"Prinsip wisatawan dan pemandu jaraknya harus berdekatan. Seandainya terjadi sesuatu karena faktor alam kita tidak bisa memprediksi, kita sudah koordinasi dengan BPPTKG untuk mengupdate informasi, pemandu bawa alat komunikasi HT, dari pos induk nanti disampaikan informasi update seperti apa," lanjutnya.

Dardiri menambahkan, rute lava tour yang paling dekat dengan puncak Merapi berjarak lebih dari 5 kilometer. Yakni di kawasan Batu Alien dan Bunker Kaliadem.

"Di wilayah Kali Gendol dipakai rute itu di Batu Alien dan bunker sekitar 5 kilometer lebih dari puncak, radius bahaya 3 kilometer, jadi masih tergolong radius aman rute lava tour," terangnya.

AJWLM Sisi Barat dan Sisi Timur total memiliki sekitar 900 armada. Dari jumlah tersebut, armada yang standby sekitar 700 unit. Kondisi seluruh armada telah memenuhi standar prosedur (SOP). Jika tidak laik jalan maka armada dilarang dioperasionalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar