Sabtu, 29 Februari 2020

Melihat Desa Baduy Banten yang Makin Ramai Pengunjung

Berkunjung ke Suku Baduy di Banten akan memberi rasa damai dan cerita begitu banyak. Dekat dengan Ibu Kota Jakarta, kampung ini jadi wisata budaya yang selalu ramai dikunjungi oleh traveler.
Memasuki musim penghujan tidak mematahkan semangat saya untuk berkunjung dan melewatkan liburan weekend yang singkat ini. Tepatnya pada akhir bulan Januari kemarin saya mengajak teman-teman saya untuk backpakeran ke Kampung Baduy Banten. Awalnya mereka tidak mau ikutan dengan alasan jauh, musim ujan dan lain-lain, tapi saya ajak mereka dengan rayuan musim durian dan bisa makan durian sepuasnya serta bisa dibawa pulang juga. Ternyata dengan jurus andalan tersebut teman saya akhirnya luluh dan mau ikut, tidak tanggung-tanggung baru kali ini saya bisa pergi dengan jumlah peserta 50 orang, luar biasa. Desa Baduy, merupakan desa terpencil yang berada di Banten terdiri dari 2 desa atau suku, yakni Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar.

Jarak tempuh untuk mencapai Suku Baduy relatif gampang diakses dari Stasiun Rangkas Bitung, jadi bagi traveler yang arahnya dari Ibu Kota Jakarta cukup naik commuter line arah Tanah Abang-Rangkas Bitung dan dilanjutkan menggunakan mobil sejeni minibus menuju Ciboleger. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan perjalanan kaki kurang lebih 2-3 jam menuju Suku Baduy Luar. Sedangkan bagi traveler yang mau mengunjungi Suku Baduy Dalam harus menempuh perjalanan kaki selama 4-5 jam dari Ciboleger.

Dengan kata lain dari Desa Suku Baduy Luar, traveler harus melanjutkan perjalanan kembali. Pada saat berkunjung, Suku Baduy sedang dalam masa panen durian dan itu merupakan tujuan utama saya berkunjung kali ini. Musim durian di Suku Baduy terjadi dalam satu tahun sekali dan berlangsung hannya 1 (satu) bulan saja yakni pada bulan Januari, waktu itu saya berkunjung pada hari Sabtu dan titik berkumpul di Stasiun Rangkas Bitung jam 10 pagi. Setelah berkumpul kami langsung menuju Desa Cijahe (Desa Cijahe merupakan jalur alternatif untuk mengakses ke Suku Baduy Dalam).

Dari Jalur Cijahe berbeda dengan jalur dari Ciboleger, jadi traveler bisa hemat waktu perjalanan karena bisa ditempuh dalam durasi 1-2 jam perjalanan. Jangan bersenang hati dulu karna rute yang dilewati oleh mobil belum begitu bagus dan banyak lubang. Ketika berada di Suku Baduy ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan mengikuti semua peraturan yang ada seperti larangan: tidak membawa radio atau speaker musik, tidak membawa gitar atau alat musik sejenisnya, tidak membawa senapan atau senjata sejenisnya, tidak membuang sampah plastik sembarangan, tidak boleh meroko dan membuang puntung rokok sembarangan, tidak melakukan tindakan asusila, itu merupakan larangan-larangan yang umumnya.

Tapi untuk menuju Suku Baduy Dalam ada larangan-larangan tambahan seperti, dilarang membawa peralatan mandi seperti sabun, pasta gigi atau sejenisnya, tidak diperbolehkan mengambil foto maupun video. Pada umumnya Suku Baduy Dalam tidak memiliki kamar mandi dan tidak adanya penerangan seperti lampu karena semua hal yang berkaitan dengan bersifat modern seperti listrik itu tidak ada. Jadi jangan heran pada saat berkunjung tidak menemukan lampu, jalanan aspal, jam dinding, album foto bahkan peralatan makan pun disana terbuat dari kayu dan bambu. Selain dari larangan tersebut, terdapat hutan larangan di mana seluruh warga dan pengunjung dilarang memasuki kawasan hutan larangan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar