Kyoto dikenal sebagai salah satu tempat wisata di Jepang yang wajib dikunjungi. Akibatnya, warga Jepang malah enggan liburan ke Kyoto.
Hal itu pun dibuktikan dengan turunnya jumlah wisatawan domestik ke Kyoto. Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Rabu (6/3/2019), pihak Kyoto City Tourism Association dan Kyoto Convention Bureau mengungkapkannya lewat data kunjungan tahun lalu.
Pada bulan Desember 2018, diketahui kalau jumlah turis Jepang yang tinggal di hotel Kyoto menurun 12,2% dibandingkan bulan yang sama tahun 2017. Di bulan November 2018, penurunan sebanyak 10,&% terjadi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya seperti diberitakan media Sora News 24.
Usut punya usut, pihak hotel mengatakan kalau sebabnya adalah karena faktor keramaian yang kian menjadi. Penurunan jumlah turis domestik berbanding terbalik dengan turis asing yang meningkat 5,3% di tahun 2018.
Bagi para first-timer yang baru liburan ke Negeri Matahari Terbit, Kyoto kerap menjadi tempat wiata di Jepang yang wajib dikunjungi. Jadi tak heran kalau Kyoto kian dipadati turis asing, dan dijauhi traveler domestik Jepang.
Di satu sisi, pihak Asosiasi Pariwisata Kyoto tidak mengeluarkan keluhan atas fakta tersebut. Namun, salah satu juru bicaranya berujar kalau keseimbangan di antara keduanya lebih diharapkan.
Kurangi Emisi, Ini Maskapai Paling Ramah Lingkungan di Bumi
Maskapai manakah yang terbaik untuk mengurangi emisi karbon? Ada satu maskapai dari Inggris yang mencapainya.
Melansir BBC, Rabu (6/3/2019), adalah easyJet maskapainya. Perusahaan ini yang berusaha mengurangi emisi karbon untuk mengatasi perubahan iklim dan telah berada di puncak.
Sebuah laporan menunjukkan bahwa pada tahun 2020 emisi per kilometernya berkurang setengah dari beberapa saingan. Fokus kerja perusahaan kini lebih ke armada modern yang lebih efisien serta tak memaksa mengisi setiap kursinya.
Perusahaan yang disebut memiliki rencana terlemah untuk mengurangi emisi karbon adalah Air China China Southern, Korean Air, Singapore Airlines dan Turkish Airlines. Pesawat easyJet diperkirakan hanya mengeluarkan 75 g CO2 per penumpang km pada tahun 2020, dibandingkan Korean Air sebanyak 172 g.
International Airlines Group (IAG), termasuk British Airways sebagai anggotanya, diperkirakan mengeluarkan 112g. Industri penerbangan secara sukarela membekukan emisi keseluruhannya pada tahun 2020 dan mengurangi separuh emisi pada tahun 2050.
Ini adalah target yang lebih murah daripada yang diberikan kepada sektor industri lainnya, tetapi laporan itu mengatakan hanya EasyJet yang memenuhi target penerbangan sejauh ini. Laporan siapakah itu?
Adalah laporan dari London School of Economics (LSE) yang didukung oleh sekelompok investor institusi, Environment Agency Pension Fund (Dana Pensiun Badan Lingkungan). Dana mereka hanya ditujukan untuk mendukung perusahaan yang berkomitmen untuk mengurangi emisi.
"Investor memiliki pesan yang jelas untuk sektor penerbangan. Untuk kerja mengurangi emisi karbon, itu harus untuk jangka panjang," kata salah satu perwakilan Faith Ward.
"Itu berarti penetapan target pengurangan emisi hingga 2030 dan seterusnya. Jelas ini bukan masalahnya," imbuh dia.
Para investor juga mengeluh bahwa maskapai penerbangan berusaha untuk mencapai target mereka sendiri. Dan, mereka mengimbanginya dengan hal yang kontroversial, di mana perusahaan itu menanam pohon untuk mengkompensasi emisi CO2 mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar