Senin, 17 Februari 2020

Pasca Nyepi, Wisatawan Mulai Datang ke Bromo

 Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka jatuh pada kemarin, Kamis (7/3/2019). Termasuk hari libur ekstra, wisatawan mulai datang ke kawasan Gunung Bromo.

Sejumlah titik di objek wisata Gunung Bromo, mulai dipadati pengunjung pasca Pelaksanaan Nyepi, yang berlangsung sejak Kamis hingga Jum'at 8 Maret pukul 05.00 WIB.

Para pengunjung terlihat di beberapa titik objek wisata setempat. Antara lain, rest area Cemoro Lawang, Bukit Mentigen dan Puncak Seruni Point.

Umumnya pengunjung datang ke Bromo, untuk mengisi akhir pekan baik bersama pasangan, kerabat ataupun keluarga.

Salah satunya Niko, Pengunjung Bromo asal Surabaya. Ia mengaku sengaja datang, untuk mengisi liburan bersama teman-teman kerjanya.

"Sengaja ke Bromo pak buat ngisi liburan, pingin liat juga suasana masyarakat Tengger pasca Nyepi,"ungkapnya, Jum'at (08/03/2019)

Mulai normalnya aktivitas wisatawan, dibenarkan oleh Camat Sukapura, Yulius Christian. Ia mengatakan, jika animo wisatawan yang berkunjung ke Bromo mulai berdatangan.

Hal itu terlihat, dari kondisi jalur ke Bromo yang sempat lengang sejak Kamis hingga Jum'at, dan lepas pukul 05.00 WIB pagi tadi sudah ada lalu lalu lalang angkutan wisatawan.

"Sejak dibukanya jalur tadi, aktivitas wisata sudah mulai normal. Sudah kendaraan pribadi dan angkutan wisata yang melintas,"kata Yulius.

Diprediksi naiknya kunjungan wisatawan, akan terjadi hingga hari Minggu mendatang. Hal ini juga diikuti dengan nuansa long weekend yang dimanfaatkan untuk berlibur. 

Seperti Baduy, Orang-orang India Ini Tidak Pakai Alas Kaki

Siapa yang tak kenal suku Baduy dari Banten, yang terkenal tidak menggenakan alas kaki. Ternyata, hal serupa juga ada di India.

Dilansir detikTravel dari BBC Travel, Jumat (8/3/2019) orang-orang India yang menolak pakai alas kaki itu menempati Desa Andaman. Suatu desa yang berjarak 450 km dari Chennai, ibukota negara bagian Tamil Nadu di India bagian selatan.

130-an Penduduk desanya tidak menggenakan alas kaki, baik dari anak-anak sampai orang tua. Mereka menyeker ke mana-mana, seperti pergi ke sekolah atau pergi berladang.

Tak hanya itu, peraturan tidak memakai alas kaki juga harus dipatuhi oleh para tamu yang datang ke Desa Andaman. Siapa saja yang datang, harus melepas alas kakinya.

Mengapa mereka tidak memakai alas kaki?

Jawabannya adalah mereka mengikuti ajaran leluhur. Para leluhur percaya, desanya dilindungi oleh Dewi Muthyalamma, salah satu dewi yang dipercayai umat Hindu. Dengan tidak memakai alas kaki, mereka berarti menghormati dewinya.

Selain itu, juga ada cerita lain. Di zaman dulu, ada seseorang yang memakai alas kaki melintasi patung Dewi Muthyalamma. Lantas, tak lama orang tersebut jatuh sakit seperti demam yang tak kunjung sembuh.

"Ini adalah hal yang sakral dari leluhur yang kami hormati hingga kini," kata Subramaniam Piramban, salah seorang penduduk desa.

Namun jika keluar desa, penduduknya diizinkan menggenakan alas kaki seperti sandal atau sepatu. Hanya ya itu, jika kembali ke desa harus kembali menyopotnya.

Jika diperhatikan, apa yang dilakukan penduduk Desa Andaman sama seperti yang dilakukan suku Baduy di Banten. Suku Baduy terkenal tidak menggenakan alas kaki yang juga sudah tradisi leluhurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar