Keindahan Himalaya memang tiada duanya. Kamu yang bosan di rumah, bisa intip keindaannya di sini.
Kami pergi mendaki Annapurna dengan kendaraan roda dua menghadapi cuaca dingin yang menusuk tulang di Nepal. Kami terinspirasi oleh film petualangan Everest. Kami berencana untuk naik ke puncak ke akses motor yang paling tinggi di dunia, di Pegunungan Himalaya di Nepal.
Sebenarnya ada beberapa rute yang bisa dipilih: satu yang membentang dari Leh di Ladakh, di utara Jammu dan Kashmir, ke Khardung La, pada ketinggian 5.600 meter di atas permukaan laut. Namun, kami menganggap hal ini terlalu mudah, karena rutenya terdiri dari jalan aspal biasa.
Kami memutuskan untuk mengambil rute ke Upper Mustang di Annapurna, yang menjulang setinggi 8.091 meter di atas permukaan laut, dan merupakan gunung tertinggi kedua setelah Everest dengan ketinggian 8.848 meter.
Rute ini menawarkan dua titik tinggi yang dapat dilalui oleh sepeda motor, Muktinath pada 4.200 meter di atas permukaan laut dan Lo Manthang, pada ketinggian 5.400 meter. Kami berangkat dari Kathmandu dengan tim dua belas orang yang terdiri dari pengusaha, karyawan, profesional dan ibu rumah tangga.
Melihat tantangan yang ada di depan mata, semua bersemangat untuk memulainya. Ya perencanaan dibuat dengan matang di mana ada lima personel pendukung dalam dua mobil support.
Persiapan dilakukan dengan saksama dan anggota tim memastikan mereka siap baik fisik dan mental untuk tantangan. Latihan fisik, perangkat mendaki (seperti baju hangat long john) adalah persyaratan wajib bagi kami. Kami juga meneliti semua barang yang dibutuhkan.
Untuk menghindari risiko Altitude Mountain Sickness, Kami dipandu oleh Matt Gardner, seorang pemandu Australia yang memiliki perkumpulan sepeda motor di Nepal dan sering mengatur ekspedisi semacam ini. semua orang bersemangat untuk memulai.
Menuju Puncak Salju Kami memulainya dari Kathmandu dengan menggunakan minibus 2 unit dari Kathmandu, jarak ke Pokhara dari Kathmandu adalah 250 km jauhnya dan semua orang gembira dengan memulainya perjalanan ini. Jalannya mulus dan mudah dengan permukaan aspal yang bagus dan cuacanya sejuk dan ramah.
Sesampainya diPhokara kami menginap semalam. Malamnya kami briefing dan mencoba motor yang akan kami pakai esok harinya.
Hari pertama kami melewati Sarangkot, suatu dataran tinggi tempat bermain parasailing. Kami lanjut ke Kusma Gyadi Jembatan gantung terpannjang di Dunia, jantung kami berdegub kencang saat harus menyeberangi jembatan gantung terpanjang di Nepal.
Terbuat dari tali baja, jembatan itu berada di ketinggian 135 meter di atas lembah di bawahnya dan panjangnya 344 meter. Dengan hati-hati, kami menyeberang satu per satu di atas sepeda motor.
Setelah itu kami naik ke Baglung, sebuah kota kecil dengan populasi kurang dari 30.000 orang. Terletak di dataran tinggi yang menghadap ke ngarai Kali Gandaki tepat di selatannya tampak jajaran pegunungan Dhaulagiri Himalaya, kota ini juga dikenal sebagai kota jembatan.
Larut malam, tim disambut oleh kegelapan di Baglung. Sebagai informasi Nepal sangat bergantung pada bahan bakar untuk daya penerangan listrik dan bisa dipahami, ada pemadaman listrik setiap malam, Oleh karena itu hanya empat jam saja lampu menyala dimulai dari jam 18.00 waktu setempat.
Lelah, anggota tim bangun pagi kembali dengan energi baru mereka. Kami disuguhi hidangan lokal Nepal dal bhat, terdiri dari kaldu dan daging, nasi atau roti dan sayuran.
Sangat mengejutkan ketika padi tumbuh pada ketinggian ini, karena Nepal mengimpor sebagian besar berasnya dari Cina atau India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar