Jumat, 03 April 2020

Hand Sanitizer dari Arak Bali Siap Edar

 Hand sanitizer dari bahan arak Bali hasil kerja sama Polda Bali dan Fakultas Farmasi Universitas Udayana (Unud) selesai diproduksi. Hand sanitizer akan diserahkan kepada masyarakat.
Hand sanitizer sedang dibutuhkan di tengah wabah virus Corona. Polda Bali dan Unud mengolah arak Bali menjadi 12 ribu liter hand sanitizer. Polda Bali menyediakan arak sedangkan Unud sebagai menyuling dan mengawasi agar hasilnya sesuai standar.

"Kandungan disinfektan dan hand sanitizer yang dihasilkan sudah memenuhi standar dan siap dipergunakan untuk kepentingan masyarakat. Hari ini tim siap untuk proses pengemasan dan pemberian label," kata Dansat Brimob Polda Bali Kombes Pol Ardiansyah Daulay kepada wartawan, Kamis (2/4/2020).

Hand sanitizer itu bakal dibagikan kepada masyarakat secara cuma-cuma. Sebanyak 500 Liter hand sanitizer siap diedarkan kepada masyarakat secara gratis.

"Bertempat di Laboratorium Farmasi Unud, Jimbaran kegiatan serah terima hand sanitizer dengan menggunakan minuman tradisional arak Bali (redestilasi untuk membuat alkohol 96 persen) sesuai standar WHO (World Health Organization) Rektor Unud yang diwakili Dekan Fakultas MIPA," ujar Ardiansyah.

Polda Bali juga meminta masyarakat tetap tenang dan tidak panik serta lebih meningkatkan kewaspadaan di lingkungan masing-masing. Masyarakat juga diminta selalu mengikuti informasi dan imbauan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Kabar Gembira, 3 Spesies Baru Dinosaurus Terbang Ditemukan di Maroko

Di tengah wabah virus Corona, ada kabar gembira dari dunia arkeologis. Tiga spesies baru dinosaurus terbang ditemukan dari sebuah penggalian di Maroko.

Tim arkeolog dari Universitas Portsmouth, Inggris berhasil menemukan tiga spesies baru reptil terbang dari sebuah situs penggalian di Gurun Sahara, Maroko. Diperkirakan mereka hidup di kawasan itu sekitar 100 juta tahun yang lalu.

Dirangkum detikTravel, Jumat (3/4/2020), fosil tersebut pertama kali ditemukan oleh Profesor David Martill, seorang Paleontologist dari Universitas Portsmouth, Inggris. David pun sudah melakukan publikasi atas temuannya ini di jurnal ilmiah Cretaceous Research Journal.

"Penemuan baru ini menunjukkan Pterosaurus dari Afrika ini mirip dengan fosil yang ditemukan di benua lainnya," kata David seperti dikutip dari media The Guardian.

Tiga spesies baru Pterosaurus itu merupakan jenis reptil bersayap yang memakan ikan di daerah Gurun Sahara. Jutaan tahun silam, Gurun Sahara merupakan lautan sebelum jadi gurun seperti yang kita tahu sekarang.

"Reptil terbang ini mengudara di atas langit dunia yang dikuasai oleh para predator, termasuk dinosaurus yang seperti buaya. Menariknya, hewan herbivora seperti sauropods dan dinosaurus terbang (ornithiscian) termasuk langka di zaman itu," David menambahkan.

"Kebanyakan predator, termasuk Pterosaurus memangsa ikan yang jumlahnya melimpah di zaman itu. Kami sedang berada di zaman emas untuk menemukan Pterodactly. Tahun ini saja, kami sudah menemukan 3 spesies," dia menjelaskan.

Dinosaurus terbang seperti Pterosaurus memiliki rentang sayap hingga sepanjang 3,6 meter dengan rahang penuh gigi taring yang panjang dan tajam. Penampakannya zaman sekarang mungkin lebih mirip burung Albatros atau burung Bangkai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar