Minggu, 05 April 2020

Ada Corona, Warga New York Lebih Suka ke Pemakaman Daripada Taman

Saat ada pandemi Corona seperti sekarang, warga New York tidak lagi suka jalan-jalan ke taman. Mereka lebih memilih datang ke pemakaman.

Warga kota New York kini tak lagi menjadikan taman Central Park sebagai destinasi favorit mereka untuk berjalan-jalan dan menghirup udara segar. Sebabnya, sedang ada pandemi Corona yang tengah mewabah di Amerika.

Penyebab lainnya karena kawasan Central Park sudah terlalu banyak dipadati orang. Daripada berisiko ketularan Corona, akhirnya mereka menemukan destinasi baru untuk dikunjungi dan tidak terlau banyak orang: Pemakaman Umum.

Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Minggu (5/4/2020), salah satu contoh warga New York yang lebih suka ke pemakaman adalah Molly Cusick (31) dan suaminya. Molly kini lebih suka pergi ke Green Wood Cemetery di Brooklyn dibandingkan ke Central Park.

"Dengan adanya virus ini, kami ingin pergi ke suatu tempat yang tenang dan tidak bikin stress. Pemakaman jelas lebih baik dibandingkan taman. Kamu tidak perlu khawatir tentang orang lain yang lewat dan harus menjaga jarak dengan mereka. Ini sungguh bikin rileks," kata Molly seperti dikutip dari New York Post.

Sementara itu, ada juga yang tidak sependapat dengan Molly. Banyak traveler yang merasa pergi ke pemakaman di saat pandemi Corona seperti sekarang, sungguh bikin depresi dan bikin ingat akan kematian.

"Banyak teman saya yang bilang ini aneh. Tapi saya justru merasakan kedamaian dan membuat saya kembali muda," imbuh Molly yang bekerja sebagai editor buku ini.

Selain Green Wood Cemetery, pemakaman lain di New York yang sering dikunjungi oleh wisatawan yaitu Moravian Cemetery. Di New York sendiri, pemakaman umum memang jadi salah satu tempat publik yang tetap buka meski sedang ada pandemi Corona.

Lihat Pagoda Myanmar tapi di Malang

Di ruas jalur utama Malang-Batu terdapat sebuah vihara yang bisa dijadikan destinasi wisata. Vihara ini bernama Vihara Dhammadipa Arama atau dikenal juga dengan nama Padepokan Dhammadipa Arama.

Keunikan yang membuat vihara ini cukup dikenal adalah bentuk bangunannya yang menyerupai pagoda Patirupaka Swhedagon di Myanmar. Ketika memasuki gerbang utama memang tidak terlihat bangunan megah. Setelah berjalan bebepara meter tampaklah bangunan pagoda megah berwarna emas. Bangunan inilah yang merupakan replika pagoda di Myanmar.

Untuk mengelilingi tempat ini, pengunjung harus lapor dulu kemudian seorang bikhu muda akan memandu ke semua tempat. Bikhu muda ini adalah siswa yang sedang belajar ilmu agama Budha. Dengan sabar dan lembut mereka siap menjawab semua pertanyaan dan menjelaskan tentang detail bangunan, ruangan-ruangan, ajaran agama Budha serta sejarahnya.

Dimulai dari bangunan pagoda yang berisi patung Budha serta beberapa lukisan yang menggambarkan perjalanan Budha. Kaca jendela disekilingnya dipatri dengan gambar Budha. Disamping bangunan ini terdapat ruang untuk meditasi. Ruang meditasi ini terbuka untuk umum.

Setelah itu pengunjung akan dibawa ke museum. Satu hal yang sangat menarik terdapat nama-nama 28 Budha dan penjelasannya. Kemudian pengunjung akan diajak melihat perpustakaan. Jika beruntung, penjaga museum akan memberikan 1 buah buku untuk dibawa pulang.

Disisi lain terdapat taman dimana sebuah patung Budha yang sedang meditasi dengan berbaring. Sebagian besar orang mengenalnya dengan nama Budha tidur. Di dekat taman terdapat beberapa bangunan untuk penginapan. Penginapan ini bisa digunakan bagi yang ingin bermeditasi dan untuk umum.

Vihara ini bisa menjadi salah satu bucketlist Anda bila berkunjung ke Batu atau Malang. Menambah pengetahuan dan belajar tentang toleransi beragama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar