Selasa, 07 April 2020

Penanganan Corona Terbaik Jatuh pada Taiwan (2)

Politik di Balik Pandemi

CNN melaporkan, meskipun Taiwan dinilai berhasil menangani pandemi Corona, beritanya masih kalah dengan situasi darurat Corona di Eropa dan AS. Padahal, langkah Taiwan dalam menangani Corona ini bisa ditiru negara lain lebih cepat sebelum Corona menjangkiti global mulai Maret lalu.

Banyak pengamat mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi adalah Taiwan yang tidak menjadi anggota dari World Health Organization (WHO).

Taiwan diklaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya. Beijing menghalangi Taiwan untuk berpartisipasi dalam banyak organisasi internasional kecuali jika sesuai prinsip 'satu China' atau 'one China' yang mengaburkan pemisahan pulau dari daratan China (kerap disebut Chinese Taipei di Olimpiade).

Taiwan sebenarnya memiliki status pengamat di WHO sampai 2016. Usai Presiden Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik menjabat, Taiwan tak lagi menjadi bagian dari WHO. Presiden Tsai Ing-wen sendiri berasal dari partai yang pro kemerdekaan tradisional Taiwan.

Akan tetapi WHO mengatakan bahwa tidak masuknya Taiwan sebagai anggota tidak berpengaruh pada berbagai informasi dan bimbingan kesehatan sehari-hari dan para ahli serta pekerja kesehatan masih berinteraksi dengan rekan-rekan internasional melalui organisasi.

Taiwan jadi salah satu negara yang melakukan respon terbaik dalammenangani penyebaran COVID-19. Beragam langkah responsif Taiwan itu pun mendapat pujian dunia.Foto: Getty Images/Paula Bronstein
Di sisi lain, para pejabat Taiwan mengklaim bahwa pengecualian ini telah memberikan efek negatif bagi negara tersebut baik selama epidemi SARS maupun COVID-19 ini.

Kurangnya informasi dari WHO mendorong Taiwan untuk bekerja sendiri. Kini, Taiwan juga ingin membantu negara lain namun pengecualian yang dilakukan WHO pada negara tersebut membuat mereka kesulitan melakukan upaya penuh dalam merespon dunia global.

"Kami ingin membantu untuk mengirimkan dokter terbaik, peneliti terbaik, perawat terbaik dan untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman kami dengan negara-negara yang membutuhkan," kata Wakil Presiden Chen Chien-jen.

"Kami ingin menjadi warga dunia yang baik dan melakukan kontribusi, tapi sekarang kami tak dapat melakukannya."

Terkait mengenai keanggotaan Taiwan di WHO, Asisten Direktur Jenderal WHO, Bruce Aylward mengatakan dalam sebuah siaran publik Hong Kong, mengatakan "pertanyaan mengenai keanggotaan Taiwan di WHO tergantung pada negara anggota WHO, bukan staf WHO."

Sementara itu, Juru Bicara Menteri Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan,"anggota WHO harus menjadi negara berdaulat."

"Tidak ada masalah dengan keanggotaan Taiwan di WHO dan memperoleh informasi tentang keadaan darurat kesehatan masyarakat, termasuk pandemi ini," katanya.

"Kami berharap (AS dan Taiwan) menghentikan upaya mereka untuk terlibat dalam manipulasi politik dengan dalih pandemi."

Juru bicara WHO kemudian turut angkat bicara. Ia mengatakan bahwa WHO dan Taiwan selama ini berhubungan baik.

"Setiap tahun, otoritas dan pakar WHO dan Taiwan berinteraksi tentang kesehatan masyarakat yang vital dan masalah ilmiah, sesuai dengan pengaturan yang telah ditetapkan. Selama pandemi COVID-19 saat ini, ada interaksi teratur juga," kata WHO dalam email sebagaimana diwartakan CNN.

"Kasus Taiwan relatif rendah terhadap populasi. Kami terus mengikuti perkembangan dengan cermat. WHO mengambil pelajaran dari semua bidang, termasuk otoritas kesehatan Taiwan," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar