Kamis, 30 April 2020

Kabar Baik, WHO Sebut 6 Calon Vaksin Lagi Uji Coba Manusia

 Vaksin Corona makin mendekati kenyataan. WHO menyebutkan 6 calon vaksin sedang dalam tahap uji klinik pada manusia.

Dilihat detikINET dari situs WHO, Kamis (30/4/2020) mereka memiliki apa yang disebut R&D Blueprint. Ini adalah strategi global percepatan penelitian dan pengembangan saat terjadi epidemi. Tujuannya menyelamatkan orang sebanyak mungkin dengan obat-obatan baru yang ditemukan.

Dalam laporan 'DRAFT landscape of COVID-19 candidate vaccines', WHO mencatat bahwa per 23 April 2020, sudah ada 6 kandidat vaksin virus Corona yang sudah dalam tahap uji coba pada manusia. Calon vaksin ini ada di Amerika, China dan Inggris. Selain itu ada 77 calon vaksin lain di berbagai negara yang masih dalam pengembangan awal.

Tentunya masih butuh waktu beberapa bulan lagi sampai vaksin ini siap untuk disebarkan ke seluruh dunia. Namun, kabar uji coba manusia itu tentu menjadi harapan banyak orang.

Keenam obat tu adalah:


1. Adenovirus Type 5 Vector
Vaksin Adenovirus ini dikembangkan oleh CanSino Biological Inc dan Beijing Institute of Biotechnology dari Academy of Military Medical Sciences China. Vaksin ini sedang masuk tahap fase 2.

Vaksin diuji pada pasien di atas 18 tahun di 3 rumah sakit di Wuhan yaitu Wuhan Rest Center Chinese People's Armed Police Force, Hubei Provincial Center for Disease Control and Prevention dan Zhongnan Hospital of Wuhan University. 250 orang diberi dosis menengah, 125 orang diberi dosis rendah, dan 125 orang lagi diberi placebo. Target penelitian selesai pada 31 Januari 2021.


2. ChAdOx1
Universitas Oxford di Inggris mengembangkan vaksin bernama ChAdOx1. Vaksin ini sudah dalam fase 1 atau 2.

Uji klinik menargetkan 1.112 orang dari usia 18-55 yang terbagi dalam 4 kelompok yang diberi dosis berbeda-beda. Uji coba ini diperkirakan baru selesai pada Mei 2021.

3. INO-4800Perusahaan Inovio yang disokong dana dari Co-founder Microsoft Bill Gates juga mengembangkan vaksin dengan plasma DNA. Vaksin ini sudah masuk fase 1 uji coba manusia.

Nama vaksinnya adalah INO-4800 yang dicobakan kepada 40 orang yang dibagi dalam 2 grup yang diberi dosis berbeda-beda. Vaksin dimasukan dengan alat elektroporasi bernama Cellectra 2000 yang juga dikembangkan Inovio. Target selesai studi ini April 2021.

4. Inactivated Novel Coronavirus Pneumonia vaccine
Beijing Institute of Biological Products dan Wuhan Institute of Biological Products mengembangkan vaksin Corona dari virus yang dilemahkan. Uji coba vaksin sudah masuk tahap satu.

Vaksin diujikan di Wuzhi County Center for Disease Control and Prevention dan Wuzhi People's Hospital. Jumlah sampel ada ratusan orang yang dibagi dalam puluhan kelompok yang diberikan dosis berbeda-beda. Studi ini ditargetkan selesai 10 November 2021.


5. Inactivated SARS-CoV-2 vaccine
Sinovac Biotech sebagai perusahaan vaksin dari China, mungkin akan menjadi salah satu yang duluan selesai. Uji coba mereka ditargetkan selesai 13 Agustus 2020.

Tahap 1 uji coba pada manusia sudah dilakukan kepada 744 orang berusia 18-59 tahun. Mereka akan diberikan dosis yang berbeda-beda.


6. mRNA-1273
Perusahaan Moderna dari Amerika bersama National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) mengembankan vaksin mRNA-1273. Vaksin ini ditargetkan selesai uji coba pada 1 Juni 2021.

Ada 45 orang berusia 18-55 tahun yang menjadi kelinci percobaan. Mereka diberikan imunisasi dengan dosis berbeda-beda untuk melawan virus Corona.

Berat Badan Naik Gara-gara Kepikiran Corona, Kok Bisa?

 Seorang ahli biokimia gizi dari Amerika Serikat, Shawn Talbott, mengatakan stres karena wabah virus Corona bisa menyebabkan berat badan naik. Ia mengatakan, di saat seperti ini membuat pola makan sehat, olahraga, dan waktu istirahat pada sebagian orang akan semakin memburuk.
Lewat bukunya 'The Cortisol Connection: Why Stress Makes You Fat and Ruins Your Health and What You Can do About', ia menjelaskan stres yang dialami orang dalam masa sulit seperti ini, bisa menekan sistem kekebalan tubuh hingga menurun.

Jika itu terjadi, maka tubuh akan memberi respons buruk, seperti penyusutan otot, kulit, dan jaringan lain dalam tubuh. Tetapi, ini tidak berlaku pada lemak di perut.

"Lemak perut adalah satu-satunya jaringan yang mengembang saat kondisi stres. Kortisol saat stres hampir selalu meningkatkan nafsu makan pada makanan cepat saji, tinggi gula, lemak, dan memicu kita untuk terus makan," jelasnya.

Dikutip dari New York Post, Talbott menyebut ada tiga tips untuk mencegahnya, yaitu:

- Perhatikan apa yang akan dikonsumsi
- Luangkan waktu untuk berolahraga
- Berikan waktu istirahat yang cukup

Kabar Baik, WHO Sebut 6 Calon Vaksin Lagi Uji Coba Manusia

 Vaksin Corona makin mendekati kenyataan. WHO menyebutkan 6 calon vaksin sedang dalam tahap uji klinik pada manusia.

Dilihat detikINET dari situs WHO, Kamis (30/4/2020) mereka memiliki apa yang disebut R&D Blueprint. Ini adalah strategi global percepatan penelitian dan pengembangan saat terjadi epidemi. Tujuannya menyelamatkan orang sebanyak mungkin dengan obat-obatan baru yang ditemukan.

Dalam laporan 'DRAFT landscape of COVID-19 candidate vaccines', WHO mencatat bahwa per 23 April 2020, sudah ada 6 kandidat vaksin virus Corona yang sudah dalam tahap uji coba pada manusia. Calon vaksin ini ada di Amerika, China dan Inggris. Selain itu ada 77 calon vaksin lain di berbagai negara yang masih dalam pengembangan awal.

Tentunya masih butuh waktu beberapa bulan lagi sampai vaksin ini siap untuk disebarkan ke seluruh dunia. Namun, kabar uji coba manusia itu tentu menjadi harapan banyak orang.

Keenam obat tu adalah:


1. Adenovirus Type 5 Vector
Vaksin Adenovirus ini dikembangkan oleh CanSino Biological Inc dan Beijing Institute of Biotechnology dari Academy of Military Medical Sciences China. Vaksin ini sedang masuk tahap fase 2.

Vaksin diuji pada pasien di atas 18 tahun di 3 rumah sakit di Wuhan yaitu Wuhan Rest Center Chinese People's Armed Police Force, Hubei Provincial Center for Disease Control and Prevention dan Zhongnan Hospital of Wuhan University. 250 orang diberi dosis menengah, 125 orang diberi dosis rendah, dan 125 orang lagi diberi placebo. Target penelitian selesai pada 31 Januari 2021.


2. ChAdOx1
Universitas Oxford di Inggris mengembangkan vaksin bernama ChAdOx1. Vaksin ini sudah dalam fase 1 atau 2.

Uji klinik menargetkan 1.112 orang dari usia 18-55 yang terbagi dalam 4 kelompok yang diberi dosis berbeda-beda. Uji coba ini diperkirakan baru selesai pada Mei 2021.

Virus Corona Disebut Bisa Bertahan Berjam-jam di Toilet Umum

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa virus Corona COVID-19 bisa bertahan di udara dan di tempat umum, seperti toilet umum. Tim peneliti dari Universitas Wuhan mengambil sampel untuk studi tersebut dari 30 lokasi fasilitas umum di perkotaan.
Hasil analisisnya mengungkapkan sebagian besar area publik terdapat partikel virus. Tetapi, hasil yang didapatkan dari toilet umum justru cukup mengejutkan. Pasalnya, tingkat partikel virus di udara jauh lebih tinggi di toilet umum, dan bisa dipengaruhi banyak faktor.

"Airborne virus SARS-CoV-2 bisa saja berasal dari napas pasien. Atau bisa dari aerosol yang sarat virus, seperti dari kotoran atau urine pasien terinfeksi selama menggunakan toilet," jelas para peneliti dalam laporannya yang dikutip dari Mirror.

Selain di toilet, tingkat partikel virus yang tinggi juga ditemukan di ruangan staf medis untuk melepaskan alat pelindung diri (APD). Dari hasil survei, menunjukkan bahwa partikel virus dari masker, sarung tangan, dan APD sangat mudah mengkontaminasi udara di dalam ruangan tersebut.

Menurut Profesor Ke Lan, pemimpin dari penelitian ini, transmisi aerosol virus SARS-CoV-2 ini mungkin terjadi selama berbicara atau bernapas. Kemudian bisa berdampak pada orang di sekitarnya, dekat maupun jauh dari sumbernya.

Sebelumnya studi serupa juga telah dilakukan peneliti dari Asosiasi Jepang untuk Penyakit Menular, menggunakan kamera sensitivitas tinggi. Ini dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana tetesan cairan pernapasan seseorang saat berbicara dan bersin.

Terungkap bahwa tetesan cairan pernapasan yang besar keluar dan dengan cepat jatuh ke tanah saat orang tersebut bersin. Tapi, partikel kecil dari tetesan cairan pernapasannya bisa bertahan lama di udara.

"Partikel yang bisa bertahan di udara ukurannya lebih kecil dari 10 mikrometer atau hanya berdiameter sebesar 1/100 milimeter," kata peneliti tersebut.

Hingga saat ini, organisasi kesehatan dunia (WHO) memastikan virus Corona ditularkan melalui droplet atau bercak dahak. Risiko penularan lewat udara atau airborne hanya diwaspadai pada kondisi khusus seperti pada pasien di rumah sakit.

Berat Badan Naik Gara-gara Kepikiran Corona, Kok Bisa?

 Seorang ahli biokimia gizi dari Amerika Serikat, Shawn Talbott, mengatakan stres karena wabah virus Corona bisa menyebabkan berat badan naik. Ia mengatakan, di saat seperti ini membuat pola makan sehat, olahraga, dan waktu istirahat pada sebagian orang akan semakin memburuk.
Lewat bukunya 'The Cortisol Connection: Why Stress Makes You Fat and Ruins Your Health and What You Can do About', ia menjelaskan stres yang dialami orang dalam masa sulit seperti ini, bisa menekan sistem kekebalan tubuh hingga menurun.

Jika itu terjadi, maka tubuh akan memberi respons buruk, seperti penyusutan otot, kulit, dan jaringan lain dalam tubuh. Tetapi, ini tidak berlaku pada lemak di perut.

"Lemak perut adalah satu-satunya jaringan yang mengembang saat kondisi stres. Kortisol saat stres hampir selalu meningkatkan nafsu makan pada makanan cepat saji, tinggi gula, lemak, dan memicu kita untuk terus makan," jelasnya.

Dikutip dari New York Post, Talbott menyebut ada tiga tips untuk mencegahnya, yaitu:

- Perhatikan apa yang akan dikonsumsi
- Luangkan waktu untuk berolahraga
- Berikan waktu istirahat yang cukup

Berjemur 10 Menit Bisa Kurangi Risiko Virus Corona, Ini Faktanya

Seorang peneliti di QIMR Berghofer Medical Research Institute, di Brisbane, mengklaim dengan berjemur selama 10 menit di bawah sinar matahari bisa mengurangi risiko terkena virus, salah satunya virus Corona COVID-19.
Peneliti bernama Dr Rachel Neale mengatakan, saat tubuh terkena sinar matahari kadar vitamin D dalam tubuh akan meningkat. Inilah faktor yang bisa mencegah tubuh terinfeksi virus Corona.

"Masuk akal jika kekurangan vitamin D akan meningkatkan risiko gejala COVID-19 dan berpotensi menjadi lebih buruk. Karena vitamin D memiliki efek yang penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh," jelasnya yang dikutip dari Mirror.

Dalam penelitiannya, ia menguji 78.000 peserta, dan menemukan orang yang memiliki kadar vitamin D yang rendah hampir dua kali lebih mungkin mengalami infeksi pernapasan akut (ISPA). Selain itu, mereka juga cenderung akan sakit dalam waktu yang lebih lama.

Oleh karena itu, Dr Neale menyarankan hanya dengan berjemur di bawah sinar matahari selama 10 menit, bisa meningkatkan dosis harian vitamin D untuk imunitas tubuh. Selain itu, bisa mencegah risiko terinfeksi virus Corona.

Selain dari sinar matahari, vitamin D juga bisa didapatkan dari sejumlah makanan. Misalnya, kuning telur, daging merah, dan minyak ikan.

"Memang ada beberapa laporan tentang vitamin D yang bisa mengurangi risiko terpapar virus Corona. Namun, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang bisa menguatkannya," jelas NHS.

Virus Corona Disebut Bisa Bertahan Berjam-jam di Toilet Umum

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa virus Corona COVID-19 bisa bertahan di udara dan di tempat umum, seperti toilet umum. Tim peneliti dari Universitas Wuhan mengambil sampel untuk studi tersebut dari 30 lokasi fasilitas umum di perkotaan.
Hasil analisisnya mengungkapkan sebagian besar area publik terdapat partikel virus. Tetapi, hasil yang didapatkan dari toilet umum justru cukup mengejutkan. Pasalnya, tingkat partikel virus di udara jauh lebih tinggi di toilet umum, dan bisa dipengaruhi banyak faktor.

"Airborne virus SARS-CoV-2 bisa saja berasal dari napas pasien. Atau bisa dari aerosol yang sarat virus, seperti dari kotoran atau urine pasien terinfeksi selama menggunakan toilet," jelas para peneliti dalam laporannya yang dikutip dari Mirror.

Selain di toilet, tingkat partikel virus yang tinggi juga ditemukan di ruangan staf medis untuk melepaskan alat pelindung diri (APD). Dari hasil survei, menunjukkan bahwa partikel virus dari masker, sarung tangan, dan APD sangat mudah mengkontaminasi udara di dalam ruangan tersebut.

Menurut Profesor Ke Lan, pemimpin dari penelitian ini, transmisi aerosol virus SARS-CoV-2 ini mungkin terjadi selama berbicara atau bernapas. Kemudian bisa berdampak pada orang di sekitarnya, dekat maupun jauh dari sumbernya.

Sebelumnya studi serupa juga telah dilakukan peneliti dari Asosiasi Jepang untuk Penyakit Menular, menggunakan kamera sensitivitas tinggi. Ini dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana tetesan cairan pernapasan seseorang saat berbicara dan bersin.

Terungkap bahwa tetesan cairan pernapasan yang besar keluar dan dengan cepat jatuh ke tanah saat orang tersebut bersin. Tapi, partikel kecil dari tetesan cairan pernapasannya bisa bertahan lama di udara.

"Partikel yang bisa bertahan di udara ukurannya lebih kecil dari 10 mikrometer atau hanya berdiameter sebesar 1/100 milimeter," kata peneliti tersebut.

Hingga saat ini, organisasi kesehatan dunia (WHO) memastikan virus Corona ditularkan melalui droplet atau bercak dahak. Risiko penularan lewat udara atau airborne hanya diwaspadai pada kondisi khusus seperti pada pasien di rumah sakit.

Risiko Stroke pada Pasien Corona Usia Muda dan Bergejala Ringan

Virus Corona tampaknya menyebabkan stroke mendadak pada pasien muda di usia 30-an dan 40-an meski tidak mengalami gejala parah dari COVID-19. Ada bukti bahwa infeksi COVID-19 dapat menyebabkan darah menggumpal yang menyebabkan stroke.
Thomas Oxley, ahli bedah saraf di RS Mount Sinai, New York, dan rekannya memberikan rincian mengenai kondisi pasien yang mereka rawat dan mengidap stroke. Semuanya berusia di bawah 50 tahun dengan gejala infeksi COVID-19 ringan bahkan tidak memiliki gejala sama sekali. Hasil temuan mereka diterbitkan dalam New England Journal of Medicine.

"Virus itu nampaknya menyebabkan peningkatan pembekuan darah di arteri yang menyebabkan stroke parah," kata Oxley kepada CNN International.

"Laporan kami menunjukkan peningkatan tujuh kali lipat stroke mendadak pada pasien muda selama dua pekan terakhir. Sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat penyakit di masa lalu dan berada di rumah karena mengalami gejala ringan atau pada dua kasus, tidak bergejala," tambahnya.

Sangat tidak umum bagi kaum muda mengalami stroke, terutama yang berkaitan dengan penyumbatan pembuluh darah di otak. Stroke pada pembuluh darah besar di otak menyebabkan kerusakan parah jika tidak segera ditangani.

"Setidaknya satu pasien telah meninggal, dan yang lainnya di fasilitas rehabilitasi, perawatan intensif atau di unit stroke. Hanya satu yang pulang tetapi akan membutuhkan perawatan yang intensif," tutur Oxley.

Rata-rata orang yang mengalami stroke di pembuluh darah otak mengalami kondisi serius. Sel otak menjadi mati ketika aliran darah terhenti dan semakin lama tersumbat maka semakin luas kerusakan di otak.

Lebih mengejutkan lagi, dokter tak hanya melihat pembekuan darah d otak. Beberapa pasien juga mengalami pembekuan darah di jantung, paru-paru, dan ginjal.

Sebuah studi dari Belanda yang diterbitkan pada awal April mengamati 184 pasien yang diperiksa ke unit perawatan intensif untuk pneumonia COVID-19. Hampir sepertiga dari pasien tersebut menderita komplikasi trombotik, lebih dikenal sebagai pembekuan darah.

Berjemur 10 Menit Bisa Kurangi Risiko Virus Corona, Ini Faktanya

Seorang peneliti di QIMR Berghofer Medical Research Institute, di Brisbane, mengklaim dengan berjemur selama 10 menit di bawah sinar matahari bisa mengurangi risiko terkena virus, salah satunya virus Corona COVID-19.
Peneliti bernama Dr Rachel Neale mengatakan, saat tubuh terkena sinar matahari kadar vitamin D dalam tubuh akan meningkat. Inilah faktor yang bisa mencegah tubuh terinfeksi virus Corona.

"Masuk akal jika kekurangan vitamin D akan meningkatkan risiko gejala COVID-19 dan berpotensi menjadi lebih buruk. Karena vitamin D memiliki efek yang penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh," jelasnya yang dikutip dari Mirror.

Dalam penelitiannya, ia menguji 78.000 peserta, dan menemukan orang yang memiliki kadar vitamin D yang rendah hampir dua kali lebih mungkin mengalami infeksi pernapasan akut (ISPA). Selain itu, mereka juga cenderung akan sakit dalam waktu yang lebih lama.

Oleh karena itu, Dr Neale menyarankan hanya dengan berjemur di bawah sinar matahari selama 10 menit, bisa meningkatkan dosis harian vitamin D untuk imunitas tubuh. Selain itu, bisa mencegah risiko terinfeksi virus Corona.

Selain dari sinar matahari, vitamin D juga bisa didapatkan dari sejumlah makanan. Misalnya, kuning telur, daging merah, dan minyak ikan.

"Memang ada beberapa laporan tentang vitamin D yang bisa mengurangi risiko terpapar virus Corona. Namun, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang bisa menguatkannya," jelas NHS.

Kenali Beda Batuk Kering dan Basah, Beda Pula Obatnya

Pada masa pandemi COVID -19 ini masyarakat menjadi lebih sensitif terhadap apa yang terjadi pada tubuh mereka. Misalnya batuk sedikit saja sudah mengira terpapar COVID-19.
Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi menyebut, apapun batuknya kalau tidak segera ditangani bisa menyebabkan penyakit yang serius.

"Batuk yang terjadi saat kapanpun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," ujar dr Helmin kepada detikHealth, Kamis (30/4/2020).

Perlu diingat bahwa batuk tidak hanya terjadi karena virus Corona. Kenali dulu jenis batuknya, apakah kering atau basah. Dilansir dari Healthline, batuk kering dan batuk basah dapat terjadi karena beberapa hal berbeda.

Batuk Kering

Batuk kering adalah batuk yang tidak memunculkan dahak, biasanya membuat gatal di belakang tenggorokan yang memicu batuk tersebut. Batuk kering sering sulit ditangani dan mungkin butuh waktu penyembuhan lebih lama.

Batuk kering terjadi karena ada peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan. Bisa juga disebabkan karena adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti pilek atau flu. Batuk kering juga merupakan salah satu indikasi adanya penyakit COVID-19.

"Gejala batuk pada COVID-19 biasanya batuk kering, dan tidak terjadi hanya di malam hari," ungkap dr Helmin.

Batuk Basah

Batuk basah adalah batuk yang disebabkan karena lendir. Udara dingin dan flu sering menyebabkan batuk basah. Batuk ini juga biasanya disertai gejala lain seperti pilek dan kelelahan.

Jika batuk basah, mungkin Anda merasa ada sesuatu yang tersumbat atau menetes di bagian belakang tenggorokan atau dada. Batuk ini akan berlangsung kurang dari 3 minggu namun jika dalam kondisi kronis, biasanya lebih lama hingga 8 minggu.

Ketika batuk melanda, baik batuk kering maupun batuk basah tetap harus waspada karena bisa saja batuk bertambah parah dan menyebabkan infeksi atau penyakit lainnya.

"Batuk jenis apapun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," lanjut dr Helmin.

Beda jenis batuk, maka pilih obat batuk yang tepat, seperti obat batuk Woods' Cough Syrup Expectorant untuk batuk berdahak dan Woods' Cough Syrup Antitusive untuk batuk tidak berdahak. Tersedia pula Woods' Cough Syrup Herbal untuk membantu meredakan batuk berdahak yang dibuat dari bahan herbal.

Woods dapat meredakan batuk tanpa menyebabkan kantuk. Selain itu, Woods juga tidak mengandung alkohol serta mengandung 3DM (daun ivy, daun meniran, daun mint, dan madu) sehingga bisa menjaga daya tahan tubuh.

Risiko Stroke pada Pasien Corona Usia Muda dan Bergejala Ringan

Virus Corona tampaknya menyebabkan stroke mendadak pada pasien muda di usia 30-an dan 40-an meski tidak mengalami gejala parah dari COVID-19. Ada bukti bahwa infeksi COVID-19 dapat menyebabkan darah menggumpal yang menyebabkan stroke.
Thomas Oxley, ahli bedah saraf di RS Mount Sinai, New York, dan rekannya memberikan rincian mengenai kondisi pasien yang mereka rawat dan mengidap stroke. Semuanya berusia di bawah 50 tahun dengan gejala infeksi COVID-19 ringan bahkan tidak memiliki gejala sama sekali. Hasil temuan mereka diterbitkan dalam New England Journal of Medicine.

"Virus itu nampaknya menyebabkan peningkatan pembekuan darah di arteri yang menyebabkan stroke parah," kata Oxley kepada CNN International.

"Laporan kami menunjukkan peningkatan tujuh kali lipat stroke mendadak pada pasien muda selama dua pekan terakhir. Sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat penyakit di masa lalu dan berada di rumah karena mengalami gejala ringan atau pada dua kasus, tidak bergejala," tambahnya.

Sangat tidak umum bagi kaum muda mengalami stroke, terutama yang berkaitan dengan penyumbatan pembuluh darah di otak. Stroke pada pembuluh darah besar di otak menyebabkan kerusakan parah jika tidak segera ditangani.

"Setidaknya satu pasien telah meninggal, dan yang lainnya di fasilitas rehabilitasi, perawatan intensif atau di unit stroke. Hanya satu yang pulang tetapi akan membutuhkan perawatan yang intensif," tutur Oxley.

Rata-rata orang yang mengalami stroke di pembuluh darah otak mengalami kondisi serius. Sel otak menjadi mati ketika aliran darah terhenti dan semakin lama tersumbat maka semakin luas kerusakan di otak.

Lebih mengejutkan lagi, dokter tak hanya melihat pembekuan darah d otak. Beberapa pasien juga mengalami pembekuan darah di jantung, paru-paru, dan ginjal.

Sebuah studi dari Belanda yang diterbitkan pada awal April mengamati 184 pasien yang diperiksa ke unit perawatan intensif untuk pneumonia COVID-19. Hampir sepertiga dari pasien tersebut menderita komplikasi trombotik, lebih dikenal sebagai pembekuan darah.

Efektifkah Terapi Plasma Darah untuk Corona? Riset RSCM Akan Mengungkapnya

Terapi plasma darah saat ini tengah diuji sejumlah negara untuk melihat seberapa efektif dalam mengobati pasien virus Corona. Beberapa di antaranya ada yang berhasil dalam melakukan terapi plasma darah ini.
Direktur Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), menyebut akan ada penelitian tentang terapi plasma darah tersebut. Soal efektivitas terapi plasma darah, nantinya dievaluasi dari hasil dari penelitian tersebut.

"Kami baru akan melakukan researchnya dulu mengumpulkan data sehingga kami akan memutuskan apakah memang bisa diberikan atau tidak, tapi belum berjalan, belum ada orangnya, belum dapat pasiennya juga," ujarnya di RSCM Kiara pada Kamis (30/4/2020).

Terapi plasma sendiri merupakan terapi yang menyuntikkan plasma dari pasien sembuh Corona ke pasien yang masih berjuang menangani Corona. AS, Inggris, dan Iran adalah beberapa negara yang melakukan terapi tersebut.

Meski begitu, terapi plasma darah tidak dapat didonorkan begitu saja. Francisco Lopez, ahli hematologi di Pusat Medis St Luke, mengatakan prosedur terapi transfusi plasma darah harus mencocokkan golongan darah pasien dengan pendonornya.

Kenali Beda Batuk Kering dan Basah, Beda Pula Obatnya

Pada masa pandemi COVID -19 ini masyarakat menjadi lebih sensitif terhadap apa yang terjadi pada tubuh mereka. Misalnya batuk sedikit saja sudah mengira terpapar COVID-19.
Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi menyebut, apapun batuknya kalau tidak segera ditangani bisa menyebabkan penyakit yang serius.

"Batuk yang terjadi saat kapanpun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," ujar dr Helmin kepada detikHealth, Kamis (30/4/2020).

Perlu diingat bahwa batuk tidak hanya terjadi karena virus Corona. Kenali dulu jenis batuknya, apakah kering atau basah. Dilansir dari Healthline, batuk kering dan batuk basah dapat terjadi karena beberapa hal berbeda.

Batuk Kering

Batuk kering adalah batuk yang tidak memunculkan dahak, biasanya membuat gatal di belakang tenggorokan yang memicu batuk tersebut. Batuk kering sering sulit ditangani dan mungkin butuh waktu penyembuhan lebih lama.

Batuk kering terjadi karena ada peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan. Bisa juga disebabkan karena adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti pilek atau flu. Batuk kering juga merupakan salah satu indikasi adanya penyakit COVID-19.

"Gejala batuk pada COVID-19 biasanya batuk kering, dan tidak terjadi hanya di malam hari," ungkap dr Helmin.

Batuk Basah

Batuk basah adalah batuk yang disebabkan karena lendir. Udara dingin dan flu sering menyebabkan batuk basah. Batuk ini juga biasanya disertai gejala lain seperti pilek dan kelelahan.

Jika batuk basah, mungkin Anda merasa ada sesuatu yang tersumbat atau menetes di bagian belakang tenggorokan atau dada. Batuk ini akan berlangsung kurang dari 3 minggu namun jika dalam kondisi kronis, biasanya lebih lama hingga 8 minggu.

Ketika batuk melanda, baik batuk kering maupun batuk basah tetap harus waspada karena bisa saja batuk bertambah parah dan menyebabkan infeksi atau penyakit lainnya.

"Batuk jenis apapun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," lanjut dr Helmin.

Beda jenis batuk, maka pilih obat batuk yang tepat, seperti obat batuk Woods' Cough Syrup Expectorant untuk batuk berdahak dan Woods' Cough Syrup Antitusive untuk batuk tidak berdahak. Tersedia pula Woods' Cough Syrup Herbal untuk membantu meredakan batuk berdahak yang dibuat dari bahan herbal.

Woods dapat meredakan batuk tanpa menyebabkan kantuk. Selain itu, Woods juga tidak mengandung alkohol serta mengandung 3DM (daun ivy, daun meniran, daun mint, dan madu) sehingga bisa menjaga daya tahan tubuh.

Usia 5 Hari Sudah Positif Corona, Seberapa Besar Risiko Bayi Terinfeksi?

 Tak hanya dewasa, beberapa bayi juga dilaporkan positif virus Corona. Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusomo (RSCM) Kiara sendiri menemukan bayi yang pertama kali terdeteksi di hari ke-5.
Dijelaskan dr Nina Dwi Putri, SpA(K), dokter spesialis kesehatan anak, bayi yang dirujuk ke RSCM biasanya dalam kondisi berat. Seperti mengidap gejala pneumonia yaitu sesak napas.

"Rujukan dari luar itu saat ini usianya mungkin hampir 2 minggu, dia pertama kali terdeteksi itu di 5 hari, itu bayi-bayi yang kecil, rata-rata datang dengan gejala pneumonia," ungkapnya saat ditemui detikcom di RSCM Kiara, Jakarta Pusat, Kamis, (30/4/2020).

Lalu sebenarnya seberapa berisiko bayi terkena Corona?

"Jadi sebenarnya risiko untuk tertular itu sama dengan dewasa, namun dari di luar itu kita bisa liat, gejala anak yang berat itu sedikit, mungkin karena tidak terlaporkan karena biasanya gejala anak itu ringan, sehingga tidak diperiksa," ungkapnya.

"Jadi nggak ketangkep dalam surveilans, tapi secara umum memang anak lebih rendah proporsinya, dan biasanya lebih ringan dibandingkan dengan dewasa, kecuali yang ada komorbid-nya," lanjutnya.

Efektifkah Terapi Plasma Darah untuk Corona? Riset RSCM Akan Mengungkapnya

Terapi plasma darah saat ini tengah diuji sejumlah negara untuk melihat seberapa efektif dalam mengobati pasien virus Corona. Beberapa di antaranya ada yang berhasil dalam melakukan terapi plasma darah ini.
Direktur Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), menyebut akan ada penelitian tentang terapi plasma darah tersebut. Soal efektivitas terapi plasma darah, nantinya dievaluasi dari hasil dari penelitian tersebut.

"Kami baru akan melakukan researchnya dulu mengumpulkan data sehingga kami akan memutuskan apakah memang bisa diberikan atau tidak, tapi belum berjalan, belum ada orangnya, belum dapat pasiennya juga," ujarnya di RSCM Kiara pada Kamis (30/4/2020).

Terapi plasma sendiri merupakan terapi yang menyuntikkan plasma dari pasien sembuh Corona ke pasien yang masih berjuang menangani Corona. AS, Inggris, dan Iran adalah beberapa negara yang melakukan terapi tersebut.

Meski begitu, terapi plasma darah tidak dapat didonorkan begitu saja. Francisco Lopez, ahli hematologi di Pusat Medis St Luke, mengatakan prosedur terapi transfusi plasma darah harus mencocokkan golongan darah pasien dengan pendonornya.

Kenali Beda Batuk Kering dan Basah, Beda Pula Obatnya

Pada masa pandemi COVID -19 ini masyarakat menjadi lebih sensitif terhadap apa yang terjadi pada tubuh mereka. Misalnya batuk sedikit saja sudah mengira terpapar COVID-19.
Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi menyebut, apapun batuknya kalau tidak segera ditangani bisa menyebabkan penyakit yang serius.

"Batuk yang terjadi saat kapanpun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," ujar dr Helmin kepada detikHealth, Kamis (30/4/2020).

Perlu diingat bahwa batuk tidak hanya terjadi karena virus Corona. Kenali dulu jenis batuknya, apakah kering atau basah. Dilansir dari Healthline, batuk kering dan batuk basah dapat terjadi karena beberapa hal berbeda.

Batuk Kering

Batuk kering adalah batuk yang tidak memunculkan dahak, biasanya membuat gatal di belakang tenggorokan yang memicu batuk tersebut. Batuk kering sering sulit ditangani dan mungkin butuh waktu penyembuhan lebih lama.

Batuk kering terjadi karena ada peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan. Bisa juga disebabkan karena adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti pilek atau flu. Batuk kering juga merupakan salah satu indikasi adanya penyakit COVID-19.

"Gejala batuk pada COVID-19 biasanya batuk kering, dan tidak terjadi hanya di malam hari," ungkap dr Helmin.

Butuh Relawan! RSCM Sedang Teliti Plasma Darah untuk Sembuhkan Corona

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, membenarkan tim peneliti Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) akan menguji 'terapi plasma darah' untuk pasien Corona. Namun ia menegaskan terapi tersebut ditujukan untuk pasien Corona dengan gejala berat atau kritis dan merupakan terapi alternatif.
"Jadi ini sebenarnya terapi alternatif pada kasus-kasus yang berat, kasus-kasus yang membutuhkan ventilator, kan dalam perjalanannya tuh kan pasien tuh dia oke ada yang ringan, sedang, dan berat, kan," tegasnya saat dihubungi detikcom, Kamis (30/4/2020).

"Umumnya kan pasien tuh gejalanya ringan sekitar 80 persen, 70 persen, kemudian ada yang sedang dan berat. Nah yang berat ini lah perlu artinya terapi alternatif lah, tetapi bukan juga mengada-ngada, karena di luar juga ada beberapa kasus (Corona) yang berat ini juga sudah mulai dikerjakan (terapi plasma darah). Ini sebenarnya diambil dari orang yang sudah terbentuk antibodi, diharapkan antibodi yang sudah membentuk di pasien sembuh ini lah yang memperkuat si tubuh orang yang dalam keadaan sakit berat itu," ungkapnya.

Prof Ari pun menegaskan teknik seperti terapi plasma darah ini bukan sesuatu hal yang baru. Pada beberapa pasien yang mengalami gangguan dengan antibodi sebelumnya juga dilakukan terapi yang serupa.

"Tetapi teknik ini tuh bukan teknik yang baru, itu sudah biasa dilakukan di kita, misalnya ada pasien dengan kelainan antibodi. Tetapi komponennya beda, ada berapa komponen yang diambil, nah ini justru plasma darahnya itu antibodinya gitu lho, jadi ini tuh sesuatu yang sudah rutin dikerjakan," kata prof Ari.

Disinggung terkait berapa lama proses uji klinis terapi plasma darah, prof Ari mengaku akan dilakukan dan diselesaikan secepatnya. Mengingat uji klinis tersebut sudah mengantongi izin komite etik.

"Iya ini lagi mencari sampel, lagi pasien yang bersedia, pasien-pasien yang sudah berat sih sudah ada," ujarnya.

"Iya secepatnya karena izin komite etiknya sudah keluar, pokoknya kalau sudah ada sampel diambil plasmanya, bisa diberikan ke pasien, ya tapi kan ini uji klinis ini nanti kalau setelah beberapa sampel baru bisa dipublish, kalau 1 atau 2 belum bisa," katanya mengakhiri pembicaraan.

Usia 5 Hari Sudah Positif Corona, Seberapa Besar Risiko Bayi Terinfeksi?

 Tak hanya dewasa, beberapa bayi juga dilaporkan positif virus Corona. Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusomo (RSCM) Kiara sendiri menemukan bayi yang pertama kali terdeteksi di hari ke-5.
Dijelaskan dr Nina Dwi Putri, SpA(K), dokter spesialis kesehatan anak, bayi yang dirujuk ke RSCM biasanya dalam kondisi berat. Seperti mengidap gejala pneumonia yaitu sesak napas.

"Rujukan dari luar itu saat ini usianya mungkin hampir 2 minggu, dia pertama kali terdeteksi itu di 5 hari, itu bayi-bayi yang kecil, rata-rata datang dengan gejala pneumonia," ungkapnya saat ditemui detikcom di RSCM Kiara, Jakarta Pusat, Kamis, (30/4/2020).

Lalu sebenarnya seberapa berisiko bayi terkena Corona?

"Jadi sebenarnya risiko untuk tertular itu sama dengan dewasa, namun dari di luar itu kita bisa liat, gejala anak yang berat itu sedikit, mungkin karena tidak terlaporkan karena biasanya gejala anak itu ringan, sehingga tidak diperiksa," ungkapnya.

"Jadi nggak ketangkep dalam surveilans, tapi secara umum memang anak lebih rendah proporsinya, dan biasanya lebih ringan dibandingkan dengan dewasa, kecuali yang ada komorbid-nya," lanjutnya.

Waspada, Maag Berkelanjutan Bisa Sebabkan 5 Penyakit Berbahaya Ini

Salah satu permasalahan yang kerap muncul pada bulan Ramadhan adalah sakit maag. Anda tidak boleh mengabaikan sakit maag karena jika sakit maag dibiarkan terus menerus, maka akan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
Menurut Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi, penyakit fatal bisa terjadi jika maag tidak ditangani dengan baik. Sebab gejala maag dapat juga merupakan gejala dari suatu penyakit yang serius.

"Untuk sakit maag organik, harus konsultasi dengan dokter dulu sebelum puasa, untuk memastikan kondisi lambung dan kesehatan secara keseluruhan, apakah dia bisa atau tidak, karena jika dipaksakan akibatnya bisa lebih parah," ujar dr Helmin kepada detikHealth, Kamis (30/4/2020).

Jika Anda menderita maag, segera hubungi dokter agar Anda dapat mendiskusikan gejala dan pilihan perawatan Anda. Hal ini sangat penting mengingat maag tanpa pengobatan dapat menyebabkan hal-hal berikut seperti dikutip dari Healthline:

Pendarahan

Maag berkepanjangan yang tak segera diobati bisa menyebabkan pendarahan pada ulkus lambung. Hal ini tidak hanya berbahaya, melainkan bahkan bisa mengancam jiwa.

Penetrasi

Apabila tidak segera diobati, maag yang berkepanjangan bisa saja membuat ulkus menembus dinding saluran pencernaan dan masuk ke organ lain, salah satunya seperti pankreas.

Perforasi

Maag yang tidak segera ditangani juga bisa menyebabkan lubang pada dinding saluran pencernaan. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan dan bahkan menyebabkan gejala pada organ tubuh lain.

Obstruksi

Maag yang tidak segera ditangani juga bisa saja menyebabkan obstruksi atau penyumbatan pada saluran pencernaan. Biasanya hal ini disebabkan karena pembengkakan jaringan yang meradang.

Kanker Lambung

Infeksi bakteri H. pylori dari gejala maag merupakan penyebab utama kanker lambung. Risiko lain yang menyebabkan risiko kanker lambung menjadi lebih tinggi antara lain usia tua, jenis kelamin laki-laki, diet tinggi makanan asin, merokok, serta anemia.

Bagi penderita maag yang berpuasa selama Ramadhan, dr Helmin menganjurkan untuk makan sebanyak 30% dari kebutuhan makan sehat. Terdiri dari sumber karbohidrat kompleks, protein, dan lemak pada saat sahur.

"Ikan, ayam tanpa kulit, tahu dan tempe serta sayur mayur. 10-15 menit sebelum imsak makan lebih kurang 10% dari kebutuhan kalori yang terdiri dari buah-buahan (3-5 porsi buah) dimakan dengan kulitnya atau diblender," ujar dr Helmin.

Lalu pada saat berbuka, dr Helmin menganjurkan makan sebanyak 50% dari kebutuhan makan sehari. Tidak lupa setelah salat maghrib, dan setelah salat tarawih dengan makanan yang juga tinggi karbohidrat kompleks, protein, serta lemak.

Jika Anda mengalami sakit maag, lakukan pertolongan awal segera salah satunya dengan mengonsumsi Promag yang dapat membantu mempercepat nyeri pada lambung. Namun bila nyeri lambung tidak kunjung sembuh, segeralah periksakan diri ke dokter.

Rabu, 29 April 2020

Belum Tentu Mereda, Ini Arti Sebenarnya Kasus Corona DKI Dikatakan 'Flat'

 Kasus positif Corona di DKI Jakarta dilaporkan sudah flat. Perkembangan baik dalam upaya menekan laju penyebaran virus Corona di DKI Jakarta ini disampaikan Kepala Gugus Tugas, Doni Monardo.
"Kami jelaskan juga khusus DKI, perkembangan yang terakhir kasus positif telah mengalami perlambatan yang sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat," ujarnya, pada Senin (27/4/2020).

Menanggapi hal ini, Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI), Prof dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, mengatakan bahwa arti dari 'flat' ini tidak bisa dikatakan mereda.

"Bukan mereda, artinya kita nggak naik lagi, tapi tetap tinggi, masih banyak kasusnya yang menularkan satu sama lain, cuma tidak nambah. Kenapa nggak nambah? Karena banyak juga yang sembuh, misalnya yang nambah 100 yang sembuh 100, ya datar terus," ungkapnya saat dihubungi detikcom pada Selasa (27/4/2020).

"Artinya kita sudah sampai puncak cuma nggak naik lagi, mendatar. Artinya, transmisi penularan masih bisa terjadi dari jumlah itu. Nah kalau menurun itu beda, mulai turun tapi kan nggak bisa langsung selesai juga, turunnya landai," lanjutnya.

Menurutnya kasus bisa dikatakan menurun atau mereda jika jumlahnya melebihi angka positif yang dilaporkan. Maka dari itu penting untuk fokus pada penyembuhan pasien Corona.

"Tiap hari kan dapat kasus baru nih misalnya 100, tapi kita sembuh 500, ya turun kita, menyembuhkan ini yang penting, oleh karena itu kita intensif di penyembuhan, itu di tingkat awal," pungkasnya.

Tinggi rendahnya jumlah kasus di DKI juga bisa dimaknai lain. Epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, mengatakan jumlah pemeriksaan juga berpengaruh pada temuan kasus positif.

"Bisa saja angkanya landai atau menurun karena jumlah yang dites terbatas. Jadi kalau jumlah yang ditesting jumlahnya sama atau meningkat baru kita yakin gitu, bahwa ini terjadi penurunan. Tapi selama itu belum diketahui, jangan senang-senang dulu," jelas Pandu.

Maag Ternyata Bisa Diatasi dengan Cara Sederhana Ini

 Masalah yang kerap muncul pada saat Ramadhan adalah maag pada lambung. Maag biasanya disebabkan oleh bakteri helicobacter pylori. Penyebab umum lainnya antara lain stres, merokok, serta menggunakan obat anti-inflamasi seperti aspirin dan ibuprofen.
Menurut Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi mengatakan, bagi penderita maag sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter apakah boleh atau tidak berpuasa karena jika dipaksakan, akibatnya bisa lebih parah.

"Penyakit fatal dapat terjadi jika sakit maag tidak ditata laksana dengan baik, karena gejala sakit maag dapat juga merupakan gejala dari suatu penyakit yang serius," ujar dr Helmin kepada detikHealth, Selasa (28/4/2020).

Bagi yang tidak mengalami maag, diperbolehkan puasa asal tetap menjaga kesehatan. Melansir dari Healthline, ada beberapa makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk menghindari maag. Makanan dan minuman yang baik ini dapat dikonsumsi pada saat sahur dan berbuka, antara lain:

1. Jus kubis

Kubis merupakan obat maag alami yang populer. Antioksidan yang ada di dalam kandungan kubis terbukti membantu mencegah dan mengobati infeksi H. pylori. Biar lebih segar selama berpuasa, kubis dapat dijadikan jus yang menyegarkan.

2. Madu

Madu juga merupakan makanan yang kaya antioksidan dan dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan, salah satunya adalah dapat membantu meredakan penyakit maag dengan sifat anti bakteri yang terdapat pada madu.

3. Bawang Putih

Bawang putih memiliki sifat antimikroba dan antibakteri yang dapat membantu secara signifikan mengurangi aktivitas bakteri di lapisan perut pasien yang menderita H. pylori.

4 Gadis Bunuh Driver Taksi Online di Bandung, Kenapa Remaja Bisa Sekeji Itu?

 Empat pelaku pembunuhan Samiyo Basuki Riyanto (60), seorang pensiunan PNS yang bekerja sebagai driver taksi online, ditangkap oleh kepolisian. Keempat pelaku itu diduga merencanakan pembunuhan karena tidak sanggup bayar ongkos perjalanan dari Jakarta ke Pangalengan.
Korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dengan bekas luka robek dan lebam di sekujur tubuh, di tepi jurang sisi Jalan Raya Banjaran-Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Senin (30/3/2020).

Polisi kemudian melakukan penyelidikan, hingga akhirnya IK (15), RM (18), RK (20), dan SL (19) ditangkap dua minggu setelah kejadian. Mereka ditangkap di lokasi berbeda.

"Kita berhasil mengungkap dan menangkap pelakunya sebanyak empat orang, keempatnya berjenis kelamin perempuan," ungkap Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan, Senin (27/4/2020).

Apa kemungkinan faktor penyebab empat wanita berusia remaja melakukan tindakan kriminal hingga membunuh driver taksi online?

Menurut psikolog klinis dari MS Wellbeing, Mario Carl Joseph, MPsi, ada beberapa kemungkinan faktor penyebab mereka melakukan hal tersebut, salah satunya adalah kurangnya kemampuan dalam mengatasi masalah.

"Yang pasti mereka kurang memiliki cara penyelesaian yang baik dan tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah," kata Mario kepada detikcom, Selasa (28/4/2020).

"Cuma saya agak aneh juga tahu nggak punya uang, tapi tetap mau pergi," lanjutnya.

Mario juga menjelaskan kemungkinan faktor penyebab kedua adalah adanya contoh yang kurang baik, yang mereka lihat dan pelajari sehingga nekat melakukan perbuatan keji tersebut.

"Kemudian kedua perilaku-perilaku kekerasan itu dilakukan karena bisa saja ada contohnya, baik itu mereka mencontoh melalui film atau melalui internet atau memang di dalam keluarganya sudah terjadi perilaku-perilaku kekerasan seperti itu," pungkasnya.

Belum Tentu Mereda, Ini Arti Sebenarnya Kasus Corona DKI Dikatakan 'Flat'

 Kasus positif Corona di DKI Jakarta dilaporkan sudah flat. Perkembangan baik dalam upaya menekan laju penyebaran virus Corona di DKI Jakarta ini disampaikan Kepala Gugus Tugas, Doni Monardo.
"Kami jelaskan juga khusus DKI, perkembangan yang terakhir kasus positif telah mengalami perlambatan yang sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat," ujarnya, pada Senin (27/4/2020).

Menanggapi hal ini, Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI), Prof dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, mengatakan bahwa arti dari 'flat' ini tidak bisa dikatakan mereda.

"Bukan mereda, artinya kita nggak naik lagi, tapi tetap tinggi, masih banyak kasusnya yang menularkan satu sama lain, cuma tidak nambah. Kenapa nggak nambah? Karena banyak juga yang sembuh, misalnya yang nambah 100 yang sembuh 100, ya datar terus," ungkapnya saat dihubungi detikcom pada Selasa (27/4/2020).

"Artinya kita sudah sampai puncak cuma nggak naik lagi, mendatar. Artinya, transmisi penularan masih bisa terjadi dari jumlah itu. Nah kalau menurun itu beda, mulai turun tapi kan nggak bisa langsung selesai juga, turunnya landai," lanjutnya.

Menurutnya kasus bisa dikatakan menurun atau mereda jika jumlahnya melebihi angka positif yang dilaporkan. Maka dari itu penting untuk fokus pada penyembuhan pasien Corona.

"Tiap hari kan dapat kasus baru nih misalnya 100, tapi kita sembuh 500, ya turun kita, menyembuhkan ini yang penting, oleh karena itu kita intensif di penyembuhan, itu di tingkat awal," pungkasnya.

Tinggi rendahnya jumlah kasus di DKI juga bisa dimaknai lain. Epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, mengatakan jumlah pemeriksaan juga berpengaruh pada temuan kasus positif.

"Bisa saja angkanya landai atau menurun karena jumlah yang dites terbatas. Jadi kalau jumlah yang ditesting jumlahnya sama atau meningkat baru kita yakin gitu, bahwa ini terjadi penurunan. Tapi selama itu belum diketahui, jangan senang-senang dulu," jelas Pandu.

Bertambah Lagi, Dokter 28 Tahun Meninggal Dunia Positif Corona

 Kabar duka kembali disampaikan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Salah satu dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soewandi, Surabaya, dr Berkatnu Indrawan Janguk meninggal dunia.
Dokter yang sehari-harinya bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Soewandi ini meninggal pada Senin (27/4/2020), pukul 17.46 di rumah sakit tempatnya bekerja.

Terkait kabar ini, humas PB IDI dr Halik Malik pun membenarkan kabar tersebut. dr Halik mengatakan bahwa dr Indra, sapaan akrabnya, meninggal dengan status positif terinfeksi COVID-19 setelah dilakukan tes swab.

"Iya sudah dirawat cukup lama, dan dari tes swabnya terkonfirmasi positif COVID-19," kata dr Halik saat dihubungi detikcom, Selasa (28/4/2020).

Namun, dr Halik mengatakan sampai saat ini belum mengetahui kronologi sakitnya sampai meninggalnya dokter yang baru berusia 28 tahun ini. Tetapi, hal itu akan ditelusuri oleh tim audit untuk menggali lebih dalam terkait kronologinya.

"Itu kan baru sore meninggal, malam dikabarkan. Untuk kronologinya kita tidak mengetahui. Yang kita ketahui, dr Indra ini sudah dirawat sekitar seminggu di RSUD Soewandi yang juga merawat pasien-pasien COVID-19," jelasnya.

Sampai saat ini, jumlah dokter yang meninggal di sepanjang wabah virus Corona ini sudah mencapai 25 orang.

4 Gadis Bunuh Driver Taksi Online di Bandung, Kenapa Remaja Bisa Sekeji Itu?

 Empat pelaku pembunuhan Samiyo Basuki Riyanto (60), seorang pensiunan PNS yang bekerja sebagai driver taksi online, ditangkap oleh kepolisian. Keempat pelaku itu diduga merencanakan pembunuhan karena tidak sanggup bayar ongkos perjalanan dari Jakarta ke Pangalengan.
Korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dengan bekas luka robek dan lebam di sekujur tubuh, di tepi jurang sisi Jalan Raya Banjaran-Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Senin (30/3/2020).

Polisi kemudian melakukan penyelidikan, hingga akhirnya IK (15), RM (18), RK (20), dan SL (19) ditangkap dua minggu setelah kejadian. Mereka ditangkap di lokasi berbeda.

"Kita berhasil mengungkap dan menangkap pelakunya sebanyak empat orang, keempatnya berjenis kelamin perempuan," ungkap Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan, Senin (27/4/2020).

Apa kemungkinan faktor penyebab empat wanita berusia remaja melakukan tindakan kriminal hingga membunuh driver taksi online?

Menurut psikolog klinis dari MS Wellbeing, Mario Carl Joseph, MPsi, ada beberapa kemungkinan faktor penyebab mereka melakukan hal tersebut, salah satunya adalah kurangnya kemampuan dalam mengatasi masalah.

"Yang pasti mereka kurang memiliki cara penyelesaian yang baik dan tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah," kata Mario kepada detikcom, Selasa (28/4/2020).

"Cuma saya agak aneh juga tahu nggak punya uang, tapi tetap mau pergi," lanjutnya.

Mario juga menjelaskan kemungkinan faktor penyebab kedua adalah adanya contoh yang kurang baik, yang mereka lihat dan pelajari sehingga nekat melakukan perbuatan keji tersebut.

"Kemudian kedua perilaku-perilaku kekerasan itu dilakukan karena bisa saja ada contohnya, baik itu mereka mencontoh melalui film atau melalui internet atau memang di dalam keluarganya sudah terjadi perilaku-perilaku kekerasan seperti itu," pungkasnya.

Trump Sebut Tahu Kondisi Kesehatan Kim Jong Un yang Dirumorkan Meninggal

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut dirinya tahu persis mengenai kondisi kesehatan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Trump juga mengatakan tak lama lagi, orang-orang juga bisa mengetahui kondisi Kim.
Trump ditanyai saat melakukan pengarahan di Gedung Putih pada Senin (27/4/2020) dan apakah ia memiliki informasi terbaru mengenai kondisi kesehatan Kim yang telah menjadi bahan spekulasi terlebih setelah dirumorkan meninggal dunia.

"Saya tidak bisa memberitahumu, tepatnya. Saya tahu pasti tapi tidak bisa mengatakannya sekarang. Saya hanya berharap dia baik-baik saja," kata Trump dikutip dari New York Post.

"Saya tahu bagaimana keadaannya, kalian mungkin akan mendengar (informasinya) tak lama lagi," sambungnya.

Sebelumnya, media pemerintah Korea Utara pada Senin (27/4) menerbitkan surat yang mengaku dari Kim Jong Un dalam upaya menghilangkan rumor tentang kondisi kesehatannya. Kim belum terlihat di depan umum sejak 11 April dan melewatkan peringatan ulang tahun kakeknya, Kim Il Sung, pada 15 April yang menambah spekulasi tentang kematian dirinya.

Berbagai spekulasi terkait kondisi kesehatan Kim Jong Un muncul seiring dengan ketidakmunculannya di depan umum selama 2 minggu sejak 11 April lalu. Wartawan China, Shijian Xingzou, mengatakan kabar meninggalnya Kim Jong Un berasal dari 'sumber yang valid'.

Sementara itu, jelas bahwa Korea Selatan tetap sangat skeptis tentang laporan terkait dengan kesehatan Kim yang memburuk, bersikeras informasi seperti ini sangat rahasia dan bahkan tidak akan dibagikan dengan sekutu Korea Utara seperti China.

Bertambah Lagi, Dokter 28 Tahun Meninggal Dunia Positif Corona

 Kabar duka kembali disampaikan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Salah satu dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soewandi, Surabaya, dr Berkatnu Indrawan Janguk meninggal dunia.
Dokter yang sehari-harinya bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Soewandi ini meninggal pada Senin (27/4/2020), pukul 17.46 di rumah sakit tempatnya bekerja.

Terkait kabar ini, humas PB IDI dr Halik Malik pun membenarkan kabar tersebut. dr Halik mengatakan bahwa dr Indra, sapaan akrabnya, meninggal dengan status positif terinfeksi COVID-19 setelah dilakukan tes swab.

"Iya sudah dirawat cukup lama, dan dari tes swabnya terkonfirmasi positif COVID-19," kata dr Halik saat dihubungi detikcom, Selasa (28/4/2020).

Namun, dr Halik mengatakan sampai saat ini belum mengetahui kronologi sakitnya sampai meninggalnya dokter yang baru berusia 28 tahun ini. Tetapi, hal itu akan ditelusuri oleh tim audit untuk menggali lebih dalam terkait kronologinya.

"Itu kan baru sore meninggal, malam dikabarkan. Untuk kronologinya kita tidak mengetahui. Yang kita ketahui, dr Indra ini sudah dirawat sekitar seminggu di RSUD Soewandi yang juga merawat pasien-pasien COVID-19," jelasnya.

Sampai saat ini, jumlah dokter yang meninggal di sepanjang wabah virus Corona ini sudah mencapai 25 orang.

Jerinx Tantang Disuntik Virus Corona, Ini Komentar Dokter

 Jerinx jadi perbincangan di media sosial karena menganggap virus Corona COVID-19 merupakan konspirasi. Drummer Superman is Dead tersebut mengaku berani disuntik virus Corona bila ada yang menantangnya.
"Selamat pagi. Jika ada yg menantang saya ke RS untuk berinteraksi dgn pengidap covid, atau menantang saya disuntik virus covid, saya akan terima tantangannya dengan syarat: Jika saya selamat, seluruh dokter di Indonesia, seluruh awak media/seleb/SJW/musisi/influencer/selebgram yg terbukti masih menyuarakan lockdown. WAJIB SUKARELA KE KANTOR POLISI MINTA DIBUI karena sudah menyampaikan solusi yg salah dan merugikan seluruh warga Indonesia. #matikanTV #unfollowIGpenakut #kemBALInormal," tulis Jerinx di akun instagramnya pada Selasa (28/4/2020).

Unggahan Jerinx menuai komentar netizen. Ada yang mendukungnya ada juga yang menganggapnya berlebihan.

Menanggapi hal tersebut, spesialis jantung yang juga aktif sebagai influencer kesehatan dr Vito A. Damay, SpJP(K), MKes, berkomentar apa yang diucapkan Jerinx berpotensi memicu perpecahan. Dampaknya upaya pemutusan rantai penularan virus Corona selama ini bisa gagal.

"Boleh-boleh saja mengatakan ini adalah konspirasi, itu hak masing-masing orang. Bagi kami yang melihat pasien COVID-19 di RS, melihat bagaimana paru parunya rusak, bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi tiba tiba banyak dalam satu waktu, its a real thing untuk kami tenaga medis," kata dr Vito pada detikcom.

"Ya nantang disuntik virus Corona sih mungkin saja beliau berani karena justru dia cerdas. Dia tau kami dokter tidak mungkin melakukannya karena sumpah dokter kami," lanjutnya.

dr Vito berharap masyarakat memahami keadaan yang terjadi di garis depan penanganan virus corona. Harapannya semua bisa saling membantu agar wabah bisa cepat teratasi dan tidak ada lagi korban jiwa yang berjatuhan.

"Kalaupun ini konspirasi, kalaupun benar konspirasi, fokus kami tenaga medis adalah menyelamatkan dan menolong teman-teman kami, bapak dari anak-anak, ibu dari penerus bangsa, anak-anak muda penerus bangsa yang terancam tertular penyakit yang bisa mematikan ini. Kami tidak harap dipuji-puji. Kami harap dukungan semua pihak agar wabah ini berakhir," pungkasnya.

Trump Sebut Tahu Kondisi Kesehatan Kim Jong Un yang Dirumorkan Meninggal

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut dirinya tahu persis mengenai kondisi kesehatan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Trump juga mengatakan tak lama lagi, orang-orang juga bisa mengetahui kondisi Kim.
Trump ditanyai saat melakukan pengarahan di Gedung Putih pada Senin (27/4/2020) dan apakah ia memiliki informasi terbaru mengenai kondisi kesehatan Kim yang telah menjadi bahan spekulasi terlebih setelah dirumorkan meninggal dunia.

"Saya tidak bisa memberitahumu, tepatnya. Saya tahu pasti tapi tidak bisa mengatakannya sekarang. Saya hanya berharap dia baik-baik saja," kata Trump dikutip dari New York Post.

"Saya tahu bagaimana keadaannya, kalian mungkin akan mendengar (informasinya) tak lama lagi," sambungnya.

Sebelumnya, media pemerintah Korea Utara pada Senin (27/4) menerbitkan surat yang mengaku dari Kim Jong Un dalam upaya menghilangkan rumor tentang kondisi kesehatannya. Kim belum terlihat di depan umum sejak 11 April dan melewatkan peringatan ulang tahun kakeknya, Kim Il Sung, pada 15 April yang menambah spekulasi tentang kematian dirinya.

Berbagai spekulasi terkait kondisi kesehatan Kim Jong Un muncul seiring dengan ketidakmunculannya di depan umum selama 2 minggu sejak 11 April lalu. Wartawan China, Shijian Xingzou, mengatakan kabar meninggalnya Kim Jong Un berasal dari 'sumber yang valid'.

Sementara itu, jelas bahwa Korea Selatan tetap sangat skeptis tentang laporan terkait dengan kesehatan Kim yang memburuk, bersikeras informasi seperti ini sangat rahasia dan bahkan tidak akan dibagikan dengan sekutu Korea Utara seperti China.

10 Gejala Terbanyak Pasien Corona di Indonesia dan Penyakit Penyertanya

Berdasarkan laporan data resmi yang dimuat dalam laman covid.19.go.id, sebanyak 50,36 persen pasien positif virus Corona COVID-19 tak memiliki gejala. Namun pasien Corona paling banyak dilaporkan dengan gejala batuk dan demam, menyusul sesak napas dan pilek. Selain itu ditemukan pula gejala lain dengan persentase lebih kecil yaitu sakit perut dan diare.
Sementara itu, pasien Corona dengan komorbid atau penyakit penyerta ditemukan terbanyak mengidap hipertensi. Adapula laporan penyakit penyerta gangguan imun dengan angka persentase yang lebih rendah.

Berikut data gejala pasien virus Corona di Indonesia beserta persentasenya pada Selasa (28/4/2020).

Batuk: 18,73 persen
Demam: 12,5 persen
Riwayat Demam: 12,56 persen
Sesak napas: 10,2 persen
Pilek: 8,11 persen
Lemas: 8,02 persen
Sakit tenggorokan: 7,97 persen
Sakit kepala: 5,86 persen
Mual: 4,88 persen
Keram Otot: 4,23 persen
Menggigil: 2,63 persen
Diare: 2,03 persen
Sakit Perut: 2 persen
Lain-lain: 0,2 persen
Sementara data persentase pasien Corona yang memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid adalah seperti berikut.

Hipertensi: 35,36 persen
Diabetes Melitus: 23,93 persen
Penyakit Jantung: 13,57 persen
Penyakit Paru Obstruktif Kronis: 4,64 persen
Penyakit Ginjal: 3,75 persen
Gangguan Napas Lain: 4,64 persen
Penyakit Ginjal: 3,75 persen
Asma: 2,68 persen
Kanker: 1,07 persen
Penyakit Hati: 0,89 persen
TB (tuberkulosis): 0,89 persen
Gangguan Imun 0,71 persen

Jerinx Tantang Disuntik Virus Corona, Ini Komentar Dokter

 Jerinx jadi perbincangan di media sosial karena menganggap virus Corona COVID-19 merupakan konspirasi. Drummer Superman is Dead tersebut mengaku berani disuntik virus Corona bila ada yang menantangnya.
"Selamat pagi. Jika ada yg menantang saya ke RS untuk berinteraksi dgn pengidap covid, atau menantang saya disuntik virus covid, saya akan terima tantangannya dengan syarat: Jika saya selamat, seluruh dokter di Indonesia, seluruh awak media/seleb/SJW/musisi/influencer/selebgram yg terbukti masih menyuarakan lockdown. WAJIB SUKARELA KE KANTOR POLISI MINTA DIBUI karena sudah menyampaikan solusi yg salah dan merugikan seluruh warga Indonesia. #matikanTV #unfollowIGpenakut #kemBALInormal," tulis Jerinx di akun instagramnya pada Selasa (28/4/2020).

Unggahan Jerinx menuai komentar netizen. Ada yang mendukungnya ada juga yang menganggapnya berlebihan.

Menanggapi hal tersebut, spesialis jantung yang juga aktif sebagai influencer kesehatan dr Vito A. Damay, SpJP(K), MKes, berkomentar apa yang diucapkan Jerinx berpotensi memicu perpecahan. Dampaknya upaya pemutusan rantai penularan virus Corona selama ini bisa gagal.

"Boleh-boleh saja mengatakan ini adalah konspirasi, itu hak masing-masing orang. Bagi kami yang melihat pasien COVID-19 di RS, melihat bagaimana paru parunya rusak, bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi tiba tiba banyak dalam satu waktu, its a real thing untuk kami tenaga medis," kata dr Vito pada detikcom.

"Ya nantang disuntik virus Corona sih mungkin saja beliau berani karena justru dia cerdas. Dia tau kami dokter tidak mungkin melakukannya karena sumpah dokter kami," lanjutnya.

dr Vito berharap masyarakat memahami keadaan yang terjadi di garis depan penanganan virus corona. Harapannya semua bisa saling membantu agar wabah bisa cepat teratasi dan tidak ada lagi korban jiwa yang berjatuhan.

"Kalaupun ini konspirasi, kalaupun benar konspirasi, fokus kami tenaga medis adalah menyelamatkan dan menolong teman-teman kami, bapak dari anak-anak, ibu dari penerus bangsa, anak-anak muda penerus bangsa yang terancam tertular penyakit yang bisa mematikan ini. Kami tidak harap dipuji-puji. Kami harap dukungan semua pihak agar wabah ini berakhir," pungkasnya.

Indonesia Masih Puncaki Daftar Kematian Virus Corona Terbanyak di ASEAN

Angka infeksi kasus virus Corona di Indonesia terus meningkat setiap hari. Penambahan harian diperkirakan berada di kisaran 200-400 kasus. Hingga hari ini tercatat terdapat penambahan 415 kasus baru sehingga total infeksi COVID-19 di Indonesia pada Selasa (28/4/2020) menjadi 9.096 orang.
Disebutkan oleh Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Ede Surya Darmawan, SKM, MDM, melihat peningkatan kasus dari awal April ke akhir April, setiap 7 hari terjadi kenaikan kasus baru sebanyak 4 kali lipat. Sebagai perbandingan, di wilayah ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua kasus terbanyak virus Corona.

"Di ASEAN, data Indonesia di bawah Singapura tapi lihat angka kematiannya. Singapura itu yang meninggal hanya 14 dari 14 ribu artinya 0,01. Kemampuan testing kita hanya 275 dari 1 juta penduduk, Singapura jauh lebih banyak. Negara lain, Vietnam saja testing-nya jauh, yang lebih miskin lagi misalnya Kamboja, tes 701 per 1 juta penduduk," jelasnya dalam webinar yang diselenggarakan pada Selasa (28/4/2020).

Berikut jumlah kasus virus Corona di beberapa negara ASEAN per Selasa (28/4/2020):

Singapura 14.423 kasus, sembuh 1.095, meninggal 14

Indonesia 9.511 kasus, sembuh 1.254, meninggal 773

Filipina 7.777 kasus, sembuh 932, meninggal 511

Malaysia 5.820 kasus, sembuh 3.957, meninggal 99

Thailand 2.931 kasus, sembuh 2.609, meninggal 52

Vietnam 270 kasus, sembuh 225, meninggal 0

Brunei Darussalam 138 kasus, sembuh 124, meninggal 1

Kamboja 122 kasus, sembuh 119, meninggal 0

Myanmar 146 kasus, sembuh 16, meninggal 5

Laos 19 kasus, sembuh 7, meninggal 0

Timor Leste 24 kasus, sembuh 2, meninggal 0

"Ini berarti bahwa sistem kesehatan kita tidak kuat-kuat amat untuk menerima pasien COVID-19. Maka dari itu segala cara harus kita lakukan untuk memutus penularan," sebutnya.

Salah satu faktor risiko yang memperbesar risiko tertular virus Corona adalah kebiasaan merokok. Di Indonesia dengan jumlah perokok aktif mencapai 70 juta jiwa, tanpa pengendalian rokok yang masif, maka angka kasus COVID-19 ke depannya akan lebih banyak. Selain itu dijelaskan pula bahwa pasien yang merokok memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi dan meninggal karena COVID-19.

"Penelitian menunjukkan merokok meningkatkan risiko COVID-19 dan ada penularan lewat tangan. Risikonya 14 kali lebih tinggi dibanding yang tidak merokok. Karena itulah IAKMI menyeru pengendalian rokok harus dimasukkan ke dalam pencegahan COVID-19," pungkasnya.

10 Gejala Terbanyak Pasien Corona di Indonesia dan Penyakit Penyertanya

Berdasarkan laporan data resmi yang dimuat dalam laman covid.19.go.id, sebanyak 50,36 persen pasien positif virus Corona COVID-19 tak memiliki gejala. Namun pasien Corona paling banyak dilaporkan dengan gejala batuk dan demam, menyusul sesak napas dan pilek. Selain itu ditemukan pula gejala lain dengan persentase lebih kecil yaitu sakit perut dan diare.
Sementara itu, pasien Corona dengan komorbid atau penyakit penyerta ditemukan terbanyak mengidap hipertensi. Adapula laporan penyakit penyerta gangguan imun dengan angka persentase yang lebih rendah.

Berikut data gejala pasien virus Corona di Indonesia beserta persentasenya pada Selasa (28/4/2020).

Batuk: 18,73 persen
Demam: 12,5 persen
Riwayat Demam: 12,56 persen
Sesak napas: 10,2 persen
Pilek: 8,11 persen
Lemas: 8,02 persen
Sakit tenggorokan: 7,97 persen
Sakit kepala: 5,86 persen
Mual: 4,88 persen
Keram Otot: 4,23 persen
Menggigil: 2,63 persen
Diare: 2,03 persen
Sakit Perut: 2 persen
Lain-lain: 0,2 persen
Sementara data persentase pasien Corona yang memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid adalah seperti berikut.

Hipertensi: 35,36 persen
Diabetes Melitus: 23,93 persen
Penyakit Jantung: 13,57 persen
Penyakit Paru Obstruktif Kronis: 4,64 persen
Penyakit Ginjal: 3,75 persen
Gangguan Napas Lain: 4,64 persen
Penyakit Ginjal: 3,75 persen
Asma: 2,68 persen
Kanker: 1,07 persen
Penyakit Hati: 0,89 persen
TB (tuberkulosis): 0,89 persen
Gangguan Imun 0,71 persen

Kata Psikolog Soal Hubungan 'Spesial' 4 Gadis Pembunuh Driver Taksi Online

Empat gadis remaja membunuh driver taksi online di Bandung. Mayat korban dibuang di pinggir Jurang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan, menyebut belum lama saling kenal. Keempatnya bertemu di aplikasi kencan, lalu berkomunikasi dan menjalin hubungan.

"Mereka punya hubungan 'khusus'," kata Hendra.

Apakah ada kaitannya dengan perilaku sadis yang mereka lakukan?

Soal perilaku sadis yang dilakukan, Veronica Adesla, psikolog dari Personal Growth, lebih menyoroti hubungan antara pelaku dengan korban. Kemungkinan pemicu perbuatan sadis bisa dipengaruhi oleh hal tersebut.

"Kalau (saling) kenal ada kemungkinan dendam, atau bisa juga ada riwayat hubungan kemudian terpicu menjadi sumbu pendek lalu 'habisin' gitu saja. Tapi nggak semua orang yang punya sejarah kaya gitu terus terpicu marah dan ngabisin orang, tentu tidak," kata Veronica kepada detikcom, Selasa (28/4/2020).

"Tentu ada karakter pada orang ini, kenapa sampai bisa melakukan tindakan antisosial seperti itu, mungkin ada perilaku riwayat-riwayat dia juga yang melanggar hukum," lanjutnya.

Sementara itu, Veronica mengatakan jika yang terjadi adalah tidak adanya hubungan antara pelaku dan korban, kemungkinan yang terjadi yaitu orang tersebut hanya mementingkan dirinya sendiri.

"Kalau misalnya dia nggak kenal, ada kemungkinan dia mencari keuntungan atau menghindari kerugian pada diri dia, yang kemungkinan karena emang dasarnya orangnya tempramen kemudian terpicu dengan sesuatu hal yang merasa mengancam eksistensi atau egonya yang kemudian jadi reaktif gitu," pungkasnya.

Indonesia Masih Puncaki Daftar Kematian Virus Corona Terbanyak di ASEAN

Angka infeksi kasus virus Corona di Indonesia terus meningkat setiap hari. Penambahan harian diperkirakan berada di kisaran 200-400 kasus. Hingga hari ini tercatat terdapat penambahan 415 kasus baru sehingga total infeksi COVID-19 di Indonesia pada Selasa (28/4/2020) menjadi 9.096 orang.
Disebutkan oleh Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Ede Surya Darmawan, SKM, MDM, melihat peningkatan kasus dari awal April ke akhir April, setiap 7 hari terjadi kenaikan kasus baru sebanyak 4 kali lipat. Sebagai perbandingan, di wilayah ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua kasus terbanyak virus Corona.

"Di ASEAN, data Indonesia di bawah Singapura tapi lihat angka kematiannya. Singapura itu yang meninggal hanya 14 dari 14 ribu artinya 0,01. Kemampuan testing kita hanya 275 dari 1 juta penduduk, Singapura jauh lebih banyak. Negara lain, Vietnam saja testing-nya jauh, yang lebih miskin lagi misalnya Kamboja, tes 701 per 1 juta penduduk," jelasnya dalam webinar yang diselenggarakan pada Selasa (28/4/2020).

Berikut jumlah kasus virus Corona di beberapa negara ASEAN per Selasa (28/4/2020):

Singapura 14.423 kasus, sembuh 1.095, meninggal 14

Indonesia 9.511 kasus, sembuh 1.254, meninggal 773

Filipina 7.777 kasus, sembuh 932, meninggal 511

Malaysia 5.820 kasus, sembuh 3.957, meninggal 99

Thailand 2.931 kasus, sembuh 2.609, meninggal 52

Vietnam 270 kasus, sembuh 225, meninggal 0

Brunei Darussalam 138 kasus, sembuh 124, meninggal 1

Kamboja 122 kasus, sembuh 119, meninggal 0

Myanmar 146 kasus, sembuh 16, meninggal 5

Laos 19 kasus, sembuh 7, meninggal 0

Timor Leste 24 kasus, sembuh 2, meninggal 0

Minum Air Hangat Vs Dingin, Mana yang Lebih Baik untuk Buka Puasa?

Di bulan Ramadhan, sebagian muslim yang menjalankan ibadah puasa mungkin ada yang lebih senang berbuka dengan air hangat atau air dingin. Kira-kira apakah perbedaan suhu ini ada pengaruhnya untuk kesehatan?
Ahli penyakit dalam dr Tengku Bahdar Johan, SpPD, dari RS Premier Bintaro pernah menjelaskan bahwa sebaiknya buka puasa dengan minum air hangat. Ini karena air hangat dapat membantu saluran cerna bekerja lebih baik dengan menjaga aliran di pembuluh darah tetap lancar.

Sementara itu air es yang dingin meski terasa menyegarkan dapat membuat pembuluh darah jadi menciut. Dampaknya gerakan peristaltik bisa jadi terpengaruh.

Gerakan peristaltik adalah gerakan yang terjadi pada otot-otot di saluran pencernaan. Gerakan inilah yang mendorong makanan di dalam tubuh.

"Minum es dapat menciutkan pembuluh darah, akibatnya gerakan peristaltik menjadi terganggu. Itu sebabnya ada orang yang habis minum es perutnya langsung terasa tidak enak karena pembuluh darahnya menciut," kata dr Bahdar.

dr Bahdar juga menyarankan sebaiknya saat berbuka jangan terlalu banyak makan makanan manis, terutama untuk orang yang diabetes. Bila ingin yang manis, pilihlah rasa manis dari buah seperti kurma.

Kata Psikolog Soal Hubungan 'Spesial' 4 Gadis Pembunuh Driver Taksi Online

Empat gadis remaja membunuh driver taksi online di Bandung. Mayat korban dibuang di pinggir Jurang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan, menyebut belum lama saling kenal. Keempatnya bertemu di aplikasi kencan, lalu berkomunikasi dan menjalin hubungan.

"Mereka punya hubungan 'khusus'," kata Hendra.

Apakah ada kaitannya dengan perilaku sadis yang mereka lakukan?

Soal perilaku sadis yang dilakukan, Veronica Adesla, psikolog dari Personal Growth, lebih menyoroti hubungan antara pelaku dengan korban. Kemungkinan pemicu perbuatan sadis bisa dipengaruhi oleh hal tersebut.

"Kalau (saling) kenal ada kemungkinan dendam, atau bisa juga ada riwayat hubungan kemudian terpicu menjadi sumbu pendek lalu 'habisin' gitu saja. Tapi nggak semua orang yang punya sejarah kaya gitu terus terpicu marah dan ngabisin orang, tentu tidak," kata Veronica kepada detikcom, Selasa (28/4/2020).

"Tentu ada karakter pada orang ini, kenapa sampai bisa melakukan tindakan antisosial seperti itu, mungkin ada perilaku riwayat-riwayat dia juga yang melanggar hukum," lanjutnya.

Sementara itu, Veronica mengatakan jika yang terjadi adalah tidak adanya hubungan antara pelaku dan korban, kemungkinan yang terjadi yaitu orang tersebut hanya mementingkan dirinya sendiri.

"Kalau misalnya dia nggak kenal, ada kemungkinan dia mencari keuntungan atau menghindari kerugian pada diri dia, yang kemungkinan karena emang dasarnya orangnya tempramen kemudian terpicu dengan sesuatu hal yang merasa mengancam eksistensi atau egonya yang kemudian jadi reaktif gitu," pungkasnya.

Indonesia Masih Puncaki Daftar Kematian Virus Corona Terbanyak di ASEAN

Angka infeksi kasus virus Corona di Indonesia terus meningkat setiap hari. Penambahan harian diperkirakan berada di kisaran 200-400 kasus. Hingga hari ini tercatat terdapat penambahan 415 kasus baru sehingga total infeksi COVID-19 di Indonesia pada Selasa (28/4/2020) menjadi 9.096 orang.
Disebutkan oleh Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Ede Surya Darmawan, SKM, MDM, melihat peningkatan kasus dari awal April ke akhir April, setiap 7 hari terjadi kenaikan kasus baru sebanyak 4 kali lipat. Sebagai perbandingan, di wilayah ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua kasus terbanyak virus Corona.

"Di ASEAN, data Indonesia di bawah Singapura tapi lihat angka kematiannya. Singapura itu yang meninggal hanya 14 dari 14 ribu artinya 0,01. Kemampuan testing kita hanya 275 dari 1 juta penduduk, Singapura jauh lebih banyak. Negara lain, Vietnam saja testing-nya jauh, yang lebih miskin lagi misalnya Kamboja, tes 701 per 1 juta penduduk," jelasnya dalam webinar yang diselenggarakan pada Selasa (28/4/2020).

Berikut jumlah kasus virus Corona di beberapa negara ASEAN per Selasa (28/4/2020):

Singapura 14.423 kasus, sembuh 1.095, meninggal 14

Indonesia 9.511 kasus, sembuh 1.254, meninggal 773

Filipina 7.777 kasus, sembuh 932, meninggal 511

Malaysia 5.820 kasus, sembuh 3.957, meninggal 99

Thailand 2.931 kasus, sembuh 2.609, meninggal 52

Vietnam 270 kasus, sembuh 225, meninggal 0

Brunei Darussalam 138 kasus, sembuh 124, meninggal 1

Kamboja 122 kasus, sembuh 119, meninggal 0

Myanmar 146 kasus, sembuh 16, meninggal 5

Laos 19 kasus, sembuh 7, meninggal 0

Timor Leste 24 kasus, sembuh 2, meninggal 0