Saat ini, tingkat infeksi virus corona di negara asalnya yaitu China terus menurun. Namun, ini malah meluap di negara lain salah satunya Korea Selatan.
Belum lama, di kota Daegu ada 73 kasus baru virus corona COVID-19 dilaporkan oleh pemerintah Korea Selatan. Sebanyak 42 di antaranya langsung terhubung dengan Gereja Shincheonji di Daegu, yaitu sebuah gereja dari sekte yang didirikan Lee Man-hee.
Bahkan pusat pencegahan dan pengendalian penyakit (CDC) setempat menyebutnya sebagai peristiwa super-spread. Ini biasanya digunakan dalam situasi wabah dengan penularan yang banyak hanya dari satu pasien yang pertama tertular.
Dampaknya, kota Daegu yang semula ramai mendadak seperti kota mati. Sekitar 2,5 juta penduduknya memilih berdiam diri, tidak seperti biasanya yang berjalan-jalan dan sangat sibuk.
Dikutip dari Washington Times, pemerintah Korea Selatan juga telah membatasi personel militernya beroperasi dan menyarankan mereka untuk cuti. Ini dilakukan karena mereka khawatir virus tersebut akan menyebar ke pasukan bersenjata.
Ada yang Hamil dan Keguguran, Hak-hak Perawat 'COVID-19' Jadi Sorotan
Feminis di China memberikan respons negatif terhadap pemerintahnya terkait pemberitaan perawat yang menangani pasien COVID-19. Di dalam beberapa pemberitaan, disebutkan adanya perawat yang tengah hamil besar dan yang baru saja keguguran tetap bekerja menangani pasien virus.
Perawat bernama Zhao Yu tersebut digambarkan sebagai 'seorang ibu dan malaikat yang hebat dengan gaun putih' yang terus bekerja di ruang gawat darurat rumah sakit militer di Wuhan. Ia dijadwalkan akan melahirkan dalam waktu 20 hari, saat laporan itu disiarkan.
Dikutip dari South China Morning Post, perawat lainnya yaitu Huang Shan (27) yang bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan yang baru saja keguguran juga diberitakan sudah kembali bekerja. Ia hanya beristirahat selama 10 hari, yang harusnya 28 hari.
Menanggapi hal ini, seorang penulis feminis di Guangzhou Hou Hongbin mengatakan pemberitaan itu sangat tidak manusiawi untuk membiarkan kedua perawat itu tetap bekerja.
"Rumah sakit seharusnya tidak mengizinkan perawat yang hamil sembilan bulan atau yang mengalami keguguran untuk bekerja. Saat itu sistem kekebalan tubuhnya lemah dan sangat mungkin terinfeksi virus itu," jelas Hou.
Hou mengatakan, keadaan perawat yang seperti itu bukannya mendapat pandangan positif, tapi malah sebaliknya. Begitu juga para perawat yang memotong habis rambutnya, terkesan berkorban tapi sangat tidak manusiawi.
Menurut Hou, pemberitaan itu hanya propaganda dan mengintimidasi perawat wanita. Bahkan itu mempermalukan para perawat juga, yang seolah-olah berkorban demi pasien COVID-19.
Selain itu, ada juga pemberitaan tentang perawat wanita yang tidak bisa mengganti pembalut hingga harus menelan pil KB untuk mencegah menstruasi.
"Ini adalah fenomena yang besar, di mana hak wanita diabaikan. Bahkan kebutuhan biologis mereka dipandang remeh," katanya.
https://nonton08.com/charlies-angels/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar