Saat seseorang terinfeksi virus Corona COVID-19, biasanya akan muncul beberapa gejala ringan seperti batuk, kelelahan, hingga demam. Tetapi ada juga yang tidak merasakan gejala sama sekali yaitu asimptomatik.
Namun, ada beberapa gejala yang mungkin terlihat ringan bahkan bisa saja diabaikan. Jangan anggap sepele, gejala ini justru bisa memprediksi kemungkinan sakit yang diidap orang tersebut semakin parah, bahkan bisa berisiko fatal hingga menyebabkan kematian.
Dikutip dari Best Life, berikut 4 gejala virus Corona yang kemungkinan besar bisa berisiko fatal hingga menyebabkan kematian.
1. Gumpalan darah di kaki
Menurut direktur NIH's Heart, Lung, and Blood Institute, Garry Gibbons, MD, penggumpalan darah yang tidak teratur bisa menjadi satu penyakit komplikasi dari infeksi COVID-19 yang paling berpengaruh ke tubuh. Salah satu gejala COVID-19 ini dianggap sebagai yang paling mematikan.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Radiology pada Juli 2020 terungkap bahwa 38 persen subjek dalam penelitian yang positif terinfeksi COVID-19, mengalami penggumpalan darah di kaki dan akhirnya meninggal.
2. Ruam di tubuh
Gejala COVID-19 yang muncul banyak jenisnya. Salah satunya yaitu munculnya ruam di tubuh. Mulai dari ruam yang bisa terjadi di kulit ataupun di mulut.
Meski termasuk gejala yang tidak terlalu berbahaya, ternyata gejala ini bisa menyebabkan masalah yang serius. Journal of American Academy of Dermatology (JAAD) menunjukkan, ruam ini hanya ditemukan pada pasien COVID-19 yang kritis.
Selain itu, kondisi ini pun dikaitkan dengan kematian pasien virus Corona sebesar 27 persen yang diteliti.
3. Gula darah tinggi
Menurut penelitian pada April 2020, yang diterbitkan di Journal of Infection, diabetes atau gula darah yang tinggi diidentifikasi sebagai faktor prediktif untuk kasus virus Corona dengan komplikasi serius. Pasien COVID-19 yang mengidap diabetes berisiko empat kali lebih mungkin meninggal, daripada pasien yang tidak memilikinya.
Namun, pada pasien yang tidak memiliki riwayat diabetes pun bisa mengalami peningkatan tekanan gula darah yang signifikan. Bahkan risiko kematiannya akan meningkat dua kali lipat dibanding pasien COVID-19 lainnya.
4. Demam tinggi
Demam merupakan salah satu gejala umum ringan yang bisa dialami oleh pasien COVID-19. Tetapi, saat suhu tubuh terus meningkat hingga melewati titik tertentu, itu bisa berakibat fatal.
Dalam studi yang dilakukan pada Juni 2020 lalu yang diterbitkan dalam Critical Care, mengungkapkan bahwa pasien COVID-19 yang tubuhnya mencapai 40 derajat Celcius, memiliki risiko kematian hingga 42 persen.
10 Negara Asia Hadapi Ancaman Gelombang Baru Corona, Indonesia Termasuk?
Negara-negara di Asia kini harus menghadapi ancaman gelombang baru virus Corona usai sebelumnya wabah Corona sempat mereda. Beberapa negara bahkan gencar memperketat pembatasan dan contact tracing usai kembali hadapi lonjakan kasus.
Salah satu yang mengalami lonjakan kasus tertinggi usai sebelumnya sempat mereda adalah China. Berikut 10 negara Asia yang hadapi ancaman gelombang baru Corona hingga gelombang kedua, dikutip dari Global News.
1. China
Dalam beberapa bulan terakhir, China melakukan pendekatan yang cukup agresif untuk menangani wabah Corona. Empat bulan sebelumnya, China mengklaim kasus Corona menurun secara signifikan.
Senin kemarin ada 61 kasus virus Corona yang dilaporkan. Sementara 57 kasus di antaranya merupakan kasus penularan lokal dan 44 kasus lainnya merupakan kasus Corona tanpa gejala.
2. Hong Kong
Hong Kong bersiap memperketat pembatasan lebih lanjut pada hari Senin. Termasuk larangan makan di restoran dan mewajibkan untuk memakai masker di luar rumah, media lokal melaporkan.
Langkah-langkah ini diharapkan mulai berlaku pada hari Rabu. Jika berhasil diterapkan, langkah ini akan menjadi pertama kalinya Hong Kong benar-benar melarang makan di restoran demi mencegah penyebaran virus Corona.
3. Jepang
Di Jepang, pemerintah mengatakan akan mendesak para pemimpin bisnis untuk meningkatkan langkah-langkah pencegahan atau penyebaran virus Corona. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat respons penerapan status 'keadaan darurat' sebelumnya.
"Pada satu titik, angka komuter turun 70 hingga 80 persen, tetapi sekarang hanya sekitar 30 persen. Kami benar-benar tidak ingin mengulang hal ini, jadi kami harus mencari cara baru untuk bekerja dan menjaga telekomunikasi tetap tinggi," kata Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura mengatakan pada hari Minggu malam.
Jepang telah menghindari infeksi massal Corona, tetapi rekor peningkatan kasus selama sepekan terakhir di Tokyo dan pusat kota lainnya, membuat para ahli khawatir Jepang menghadapi gelombang kedua Corona.
https://nonton08.com/the-way-i-love-you-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar