Jumat, 24 Juli 2020

Sempat Kritis Akibat Corona, Pria Ini Sembuh Berkat Transplantasi Paru

Berita baik datang dari pasien COVID-19 yang berusia 65 tahun. Pria yang bernama Cui Zhiqiang menjalani operasi transplantasi paru-paru di Rumah Sakit Renmin China di Universitas Wuhan sebagai upaya untuk menyembuhkannya dari Corona.
Ia diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan menjadi pasien pertama yang sembuh setelah menjalani operasi transplantasi paru-paru. Dia juga pasien Corona terakhir yang dirawat di Rumah Sakit Renmin Universitas Wuhan.

"Aku meninggalkan rumah sakit, terima kasih banyak!" tulis Cui kepada tim medis dikutip dari CGTN.

Ketika wabah Corona menyebar ke seluruh dunia, China adalah negara pertama yang melakukan operasi transplantasi paru pada pasien COVID-19, menargetkan disfungsi paru yang tidak dapat dipulihkan akibat Corona. Italia, Korea Selatan, AS, dan Austria juga telah melakukan operasi yang sama di negara mereka.

Proses pemulihan Cui berlangsung selama 166 hari, sejak dia didiagnosis pada 23 Januari. Awalnya, Cui mengalami suhu badan yang sangat tinggi pada 23 Januari, tepat saat Kota Wuhan, Provinsi Hubei, mulai ditutup total.

Dia dipasangkan ECMO (extracorporeal membrane oxygenation) atau alat bantu napas sebulan setelah dirawat di rumah sakit, ketika dia mulai kehilangan napas dan menunjukkan gejala disfungsi paru yang tidak dapat diperbaiki.

Cui mendapat donor paru-paru dari seorang pasien yang meninggal karena henti otak. Operasi transplantasi paru Cui berlangsung selama 8 jam.

"Lebih dari 20 staf medis berpartisipasi dalam operasi ini dengan mengenakan APD lengkap. Kami tidak berbicara satu sama lain, itu adalah operasi yang dilakukan dalam diam," kata Profesor Lin Huiqing, seorang anggota tim bedah.

China News Service mencatat enam pasien telah menjalani transplantasi paru-paru di China sebagai pilihan terakhir untuk menyelamatkan nyawa mereka yang saat ini dalam kondisi kritis akibat infeksi COVID-19.

Intip Tips Melakukan Power Nap di Tempat Kerja agar Lebih Produktif

Rutinitas pekerjaan membuat banyak orang lupa akan kesehatan. Gaya hidup yang kurang baik seperti tidur larut malam, membuat konsentrasi menurun saat bekerja pada keesokan harinya.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada aktivitas yang bernama Power Nap. Head of Medical Marketing Kalbe Nutritionals dr Muliaman Mansyur menjelaskan power nap adalah istilah tidur siang untuk meningkatkan produktivitas.

"Memang banyak laporan dan pengalaman orang yang bisa power nap maka merasa lebih segar dan dicharge sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan daya ingat, kemampuan kognitif, kreativitas dan tingkat energi," ujar dr Muliaman kepada detikHealth baru-baru ini.

Perbedaan antara power nap dan tidur siang yang utama adalah soal waktu. Aktivitas power nap biasanya menutup mata dan tertidur selama 20-30 menit, sedangkan tidur siang paling tidak dilakukan selama 1 jam.

"Pada power nap tidak melewati 5 fase tidur seperti tidur pada umumnya terutama fase rapid eye movement (REM) dan tidur dalam," ujar dr Muliaman.

Saat bekerja biasanya para karywan bisa menggunakan waktu istirahat antara jam 12 hingga 1 siang untuk melakukan power nap ini. dr Muliaman menyebutkan berdasarkan penelitian juga sudah terbukti bahwa power nap bisa membantu meningkatkan produktivitas.

"Penelitian dari NASA (Badan Antariksa Amerika) memperlihatkan pilot yang melakukan power nap 26 menit di kokpit ternyata 54% lebih waspada dan 34% meningkatkan performa kerjanya. Penelitian ini harusnya bisa menjadi input buat perusahaan untuk menyiapkan sarana power nap buat karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas karyawannya," ungkap dr Muliaman.
https://nonton08.com/sexual-overture-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar