Komet Neowise mulai bisa diamati oleh masyarakat Indonesia mulai hari ini, Minggu (19/7/2020) tepatnya setelah Matahari terbenam. Bagi kalian yang ingin menyaksikannya, ini cara dan tips amati komet Neowise.
Berdasarkan informasi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) cara melihat komet Neowise ini berada di arah barat laut dan itu bisa dilihat setelah Matahari terbenam.
Lapan memaparkan untuk daerah DKI Jakarta dan sekitarnya, pada 23 Juli waktu kenampakan komet ini pada pukul 18.42-19.40 WIB dengan azimuth 318° - 314,9° (Barat Laut). Daerah Bandung, Sumedang, Garut, dan sekitarnya, pada pukul 18.38-19.34 WIB dengan azimuth 318,2° - 315° (Barat Laut).
Kemudian di Padang, Sumatera Barat waktu kenampakan komet ini pada pukul 19.17-20.30 WIB dengan azimuth 316,4° - 313,9° (Barat Laut). Pasuruan, Jawa Timur pada pukul 18.17-19.10 WIB dengan azimuth 318,4° - 315,2° (Barat Laut). Pontianak, Kalimantan Barat akan Nampak pada pukul 18.41-19.54 WIB dengan azimuth 316,3° - 314° (Barat Laut).
Sementara bila di Parepare, Sulawesi Selatan pukul 18.54-19.57 WITA dengan azimuth 317,4° - 315,9° (Barat Laut). Tomohon, Sulawesi Utara akan nampak pada pukul 18.41-19.56 WITA dengan azimuth 316° - 313,9° (Barat Laut). Di Tilong, Nusa Tenggara Timur pukul 18.29-19.14 WITA dengan azimuth 319° - 315,9° (Barat Laut). Sedangkan di Biak, Papua pada pukul 18.52-20.01 WIT dengan azimuth 316,7° - 314,2° (Barat Laut).
"Seluruhnya memiliki magnitude +4,16 hingga +4,17 dengan konstelasi Ursa Mayoris," ungkap Humas Lapan Jasyanto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (19/7/2020).
Lapan sendiri akan mulai mengamati pada tanggal 21 Juli 2020. Pada hari tersebut, bertepatan dengan pengamatan hilal bulan Zulhijjah dan akan terus mengamati hingga mendapatkan hasil terbaik.
Selain Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lapan di Bandung, ada juga Balai Lapan yang akan mengamati, di antaranya Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPPA) Lapan Agam, BPAA Lapan Pontianak, BPAA Lapan Sumedang, BPAA Lapan Pasuruan, Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Garut (BUTPAAG) Lapan Garut, dan Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh Biak.
Dalam kesempatan kali ini, Lapan juga menyampaikan beberapa tips untuk mengamati komet yang punya nama C/2020 F3 ini adalah pilih lokasi pengamatan arah Barat Laut yang bebas obstruksi, bebas dari polusi cahaya dan perhatikan jendela pengamatan, menggunakan instrument pengamatan dengan medan pandang luas.
"Jika mengamati saat lintasan obyek sangat redup gunakan instrument berfitur go-to dan tracking/guiding yang bagus, gunakan kecepatan rana (shutter speed) yang tidak terlalu panjang," kata Jasyanto.
"Jika komet redup maka ambil citra yang sama berulang kali dan ambil citra kalibrasi (bias, dark, flat) kemudian ditumpuk (stack), dan tidak lupa gunakanlah penyangga kaki tiga (tripod)," pungkasnya.
Masyarakat Indonesia Bisa Amati Komet Neowise Petang Hari Ini
Lembaga Penerbagan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengungkapkan bahwa terhitung sejak hari ini, Minggu (19/7/2020) tepatnya setelah Matahari terbenam, masyarakat Indonesia bisa mengamati komet Neowise sekali seumur hidup.
Lapan menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia bisa menyaksikan fenomena alam super langka itu sejak 19 hingga 25 Juli 2020, ketika sang Surya tenggelam. Komet Neowise ini terbilang langka, karena melintas Tata Surya bagian dalam untuk pertama kalinya dalam 6.800 tahun.
Adapun komet Neowise ini bisa disaksikan masyarakat Indonesia di arah barat laut dan itu bisa diamati setelah Matahari terbenam.
"Meskipun akan terlihat secara kasat mata, komet akan semakin sulit dilihat di daerah yang memiliki polusi cahaya tinggi," ujar Humas Lapan Jasyanto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (19/7/2020).
Dengan panjang angular ekor yang cukup besar, kata Jasyanto, komet dapat terlihat dengan menggunakan alat bantuan, seperti binokuler, teleskop, atau kamera digital dengan kepekaan cahaya yang tinggi.
Meskipun mulai petang hari ini komet Neowise mulai bisa diamati masyarakat Indonesia, ada waktu yang terbaik ketika ingin melihat pemandangan alam tersebut, yakni pada 23 Juli 2020.
Selain itu, Lapan juga, mengatakan kalau pada 26 Juli 2020, komet tersebut akan sulit dilihat dengan mata telanjang pada lokasi yang memiliki polusi cahaya tinggi.
"Sedangkan, langit yang bersih bebas dari polusi cahaya akan sulit dilihat mulai dari sekitar tanggal 5 Agustus 2020," kata Jasyanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar