Kamis, 23 Juli 2020

Ada yang Hamil dan Keguguran, Hak-hak Perawat 'COVID-19' Jadi Sorotan

Feminis di China memberikan respons negatif terhadap pemerintahnya terkait pemberitaan perawat yang menangani pasien COVID-19. Di dalam beberapa pemberitaan, disebutkan adanya perawat yang tengah hamil besar dan yang baru saja keguguran tetap bekerja menangani pasien virus.
Perawat bernama Zhao Yu tersebut digambarkan sebagai 'seorang ibu dan malaikat yang hebat dengan gaun putih' yang terus bekerja di ruang gawat darurat rumah sakit militer di Wuhan. Ia dijadwalkan akan melahirkan dalam waktu 20 hari, saat laporan itu disiarkan.

Dikutip dari South China Morning Post, perawat lainnya yaitu Huang Shan (27) yang bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan yang baru saja keguguran juga diberitakan sudah kembali bekerja. Ia hanya beristirahat selama 10 hari, yang harusnya 28 hari.

Menanggapi hal ini, seorang penulis feminis di Guangzhou Hou Hongbin mengatakan pemberitaan itu sangat tidak manusiawi untuk membiarkan kedua perawat itu tetap bekerja.

"Rumah sakit seharusnya tidak mengizinkan perawat yang hamil sembilan bulan atau yang mengalami keguguran untuk bekerja. Saat itu sistem kekebalan tubuhnya lemah dan sangat mungkin terinfeksi virus itu," jelas Hou.

Hou mengatakan, keadaan perawat yang seperti itu bukannya mendapat pandangan positif, tapi malah sebaliknya. Begitu juga para perawat yang memotong habis rambutnya, terkesan berkorban tapi sangat tidak manusiawi.

Menurut Hou, pemberitaan itu hanya propaganda dan mengintimidasi perawat wanita. Bahkan itu mempermalukan para perawat juga, yang seolah-olah berkorban demi pasien COVID-19.

Selain itu, ada juga pemberitaan tentang perawat wanita yang tidak bisa mengganti pembalut hingga harus menelan pil KB untuk mencegah menstruasi.

"Ini adalah fenomena yang besar, di mana hak wanita diabaikan. Bahkan kebutuhan biologis mereka dipandang remeh," katanya.

Diamond Princess Jadi Episentrum Baru COVID-19, 74 ABK Segera Dijemput

Saat ini tercatat 634 orang terinfeksi virus corona COVID-19 di kapal pesiar Diamond Princess dari sekitar 3.000 orang yang dikarantina. Di antaranya, terdapat 74 WNI yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK).
Kementerian Kesehatan RI menyebut kapal pesiar Diamond Princess memerlukan perhatian khusus karena sudah menjadi episentrum baru dengan kasus kejadian seperti di Wuhan. Sehingga semua orang di dalam kapal mewah itu sudah sangat mungkin tertular.

"Kalau di Wuhan, kejadian konfirm sekitar 5 persen dari seluruh warga negaranya. Tapi di kapal, angkanya sudah 15 persen jadi harus lebih diawasi. Banyak yang menjadi PDP (pasien dalam pengawasan) bahkan di antaranya confirm," tutur Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr Achmad Yurianto, saat ditemui Jumat, (21/2/2020).

Saat ini Kemenkes tengah menunggu hasil pemeriksaan terhadap 74 WNI yang sehat. Kalau ada yang positif maka yang bersangkutan dipindahkan ke RS. Jika negatif, pemerintah Jepang memerintahkan supaya dijemput.

"Jepang tidak menyiapkan lokasi karantina di darat artinya hotel tidak menerima. Penerbangan komersial reguler juga tidak mau menerima," paparnya.

Saat ini semua ABK masih ditempatkan di dalam kapal pesiar Diamond Princess. Ada dua opsi penjemputan yang direncanakan, yakni melalui jalur laut menggunakan kapal rumah sakit dr Soeharso atau dengan pesawat.

"Mereka WNI kita dan harus dijemput. Mekanisme penjemputan memberikan kebaikan bagi yang bersangkutan dan semua masyarakat," pungkasnya.
https://nonton08.com/the-parts-you-lose/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar