Sabtu, 25 Juli 2020

Viral! Cegah Penularan COVID-19, Pasutri Dilarang Tidur Seranjang

Virus Corona COVID-19 menyebar dengan sangat cepat setiap harinya. Pemerintah Hubei, China, memerintahkan para pasangan suami istri (pasutri) untuk tidak tidur dalam satu ranjang yang sama selama wabah virus corona (COVID-19) berlangsung.
Dikutip dari Daily Mail, kebijakan ini telah diberlakukan sejak hari Senin (17/2/2020). Namun seorang juru bicara dari pemerintahan mengatakan aturan ini hanya berlaku pada mereka yang diduga mengidap COVID-19.

Menurut arahan yang dikeluarkan oleh otoritas lingkungan South Avenue, kebijakan ini telah disetujui oleh pemerintah, dan bertujuan sebagai bentuk pencegahan penyebaran wabah.

Tak hanya tidur di ranjang terpisah, para pasutri juga tidak diperbolehkan makan bersama, dan diwajibkan memakai masker serta mengecek suhu tubuh setiap harinya.

Warga juga dilarang meninggalkan rumah mereka, kecuali untuk pergi ke rumah sakit. Segala macam kebutuhan pun akan dibeli dan dikirimkan oleh pemerintah setempat setiap lima hari sekali.

Viral Atasi Serangan Jantung dengan Batuk Keras, Dipastikan Hoax!

Serangan jantung merupakan penyakit berbahaya karena mereka yang mengalami bisa meninggal mendadak. Hal tersebut juga diduga menjadi penyebab mendiang Ashraf Sinclair tutup usia.
Belakangan, muncul banyak pesan berantai yang berisi spekulasi penyebab kematian Ashraf. Di dalam pesan tersebut pun ada beberapa tips yang dibagikan mengenai pertolongan saat mengalami serangan jantung.

"Bgmn pertolongan ketika SERANGAN JANTUNG Namun sebenarnya Anda bs menolong diri sendiri dgn cara Berbatuk secara berulang2 dengan semangat/kencang. Tarik nafas yg dalam setiap kali sblm batuk. The cough must be deep and prolonged spt mau membuang slim/dahak," tulis pesan tersebut.

Diterangkan bahwa menarik napas panjang dan dalam akan mampu menarik oksigen ke paru-paru. Sementara batuk keras mampu menekan jantung yang membuat darah tetap tersirkulasi. Spesialis jantung dr Ayuthia Putri Sedyawa, SpJP menegaskan cara tersebut tidak tepat.

"Batuk dengan keras bukan penanganan serangan jantung. Hoax itu. Penanganannya segera ke UGD," katanya kepada detikcom melalui pesan singkat, Kamis (20/2/2020).

Waktu sangat penting dalam penanganan serangan jantung. Memperlambatnya dengan berbatuk keras atau menepuk-nepuk lengan seperti info viral beberapa waktu lalu akan memperparah kondisi korban.

"Jika memang memiliki riwayat penyempitan pembuluh koroner, berikan obat di bawah lidah. Biasanya sudah dibekali oleh dokter jantungnya," tutup dr Ayu.

Aulia Farhan Ditangkap karena Sabu, Ini Efeknya pada Tubuh

Artis Aulia Farhan Pettersen ditangkap karena kasus narkoba. Dari Farhan dan temannya, G, polisi menyita satu paket sabu di dalam kamar hotel dan satu plastik kosong diduga bekas pakai.
"Pada saat kita amankan memang ada sisa sabu bekas pakai," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (20/2/2020).

Sabu sendiri adalah narkoba yang biasanya mengandung methamphetamine dan amphetamin. Keduanya memiliki efek stimulan atau pembangkit stamina dan bisa memicu kecanduan.

dr Nicole Lee dari National Drug Research Institute, Australia, menuturkan amphetamin dalam sabu akan mendorong tingkat hormon dopamin tubuh hingga seribu kali lipat batas wajar. Angka itu adalah yang tertinggi bila dibandingkan tingkat dopamin yang dipicu oleh narkoba atau kegiatan lainnya.

Efek dari sabu yang langsung terasa adalah rasa nikmat dan sensasi 'tenang' yang tinggi. Beberapa pengguna mengaku mereka bisa merasakan punya banyak energi dan mampu berpikir jernih selama 4-12 jam.

Setelah efek reda, reaksi balik dari amphetamine menurut dr Nicole bisa berlangsung sampai 24 jam. Pada saat itu yang bersangkutan akan merasakan konsentrasi berkurang drastis, sakit kepala, depresi dan kelelahan.

Ahli kesehatan jiwa dr Andri, SpKJ, FAPM, dari Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera juga menjelaskan ketika dopamine di otak dirangsang secara berlebihan maka efeknya bagi pemakai akan merasa termotivasi, bersemangat, ada peningkatan aktivitas motorik, juga peningkatan rasa senang yang berlebihan.

"Biasanya pada pasien yang saya tangani, penggunaan sabu itu untuk menambah tenaga atau gairah bekerja. Beberapa dari mereka datang ke saya berobat karena tak pakai sabu lagi, itu merasa jadinya loyo dan melelahkan," papar dr Andri beberapa waktu lalu.

Pada akhirnya ketika sudah kecanduan seseorang malah bisa mengalami gangguan kecemasan dan depresi bila tak mendapatkan dosis sabu yang dibutuhkan.
https://nonton08.com/final-destination/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar