Obesitas atau kelebihan berat badan disebut lebih berisiko terinfeksi virus Corona COVID-19. Tapi, sebenarnya apa yang membuat keduanya saling berkaitan?
"Masalah bagi orang yang mengalami obesitas adalah kadar leptin mereka yang selalu tinggi. Hal itulah yang bisa mempengaruhi respons terhadap infeksi COVID-19," kata Candida Rebello, PhD, RD, penulis sebuah penelitian yang melacak hubungan antara obesitas dengan virus, dikutip dari MedicalXpress, Senin (27/7/2020).
Leptin merupakan hormon yang diproduksi sel-sel lemak, yang mengatur nafsu makan dan metabolisme tubuh. Semakin banyak lemak yang dimiliki seseorang, maka semakin banyak leptin yang beredar di tubuh manusia.
Selain sebagai pengatur nafsu makan, hormon leptin ini juga mengatur sel-sel tubuh untuk melawan virus. Jika kadar leptin ini meningkat, bisa menghambat kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, di paru-paru dan tempat lainnya, hingga meningkatkan kondisi inflamasi sistemik tingkat rendah.
"Jika mengalami obesitas, beberapa masalah kesehatan yang mendasarinya lah yang membuat seseorang sulit untuk melawan infeksi COVID-19," jelas Direktur Eksekutif Pennington Biomedis, John Kirwan, PhD.
Kirwan mengatakan, seluruh tubuh tak terkecuali paru-paru bisa mengalami peradangan. Jika hal ini terjadi, kemungkinan respons kekebalan tubuh terganggu, hingga menyebabkan kapasitas paru-paru berkurang.
"Virus tersebut akan membuat tubuh semakin lemah dalam melawan infeksi. Efeknya peradangan paru-paru tidak akan terkendalikan." lanjutnya.
Dalam hal ini, para pengembang vaksin seharusnya mempertimbangkan pasien yang memiliki kondisi khusus yaitu yang memiliki kelainan imunitas karena obesitas. Para peneliti mengatakan saat ini sedang meneliti peran leptin yang berkaitan dengan COVID-19 dalam mengubah sistem imunitas seseorang yang obesitas. Salah satu cara pengobatan yang potensial adalah dengan memberikan obat anti peradangan virus.
Selain itu, para peneliti juga mencari tahu bagaimana jaringan lemak proinflamasi pada orang yang obesitas mengaktifkan sel untuk melawan virus lebih sedikit dan mengapa sel itu lebih cepat mati.
Mau Sehat Saja Kok Mahal, Kenapa Sih Harga Sepeda Naik Gila-gilaan?
Tren bersepeda naik daun sejak pandemi virus Corona COVID-19 menyebar ke seluruh dunia. Kenaikan tren ini dibarengi dengan kenaikan harga sepeda yang gila-gilaan. Duh, mau sehat saja kok mahal ya!
Bukan cuma mahal, beberapa jenis sepeda bahkan sering kosong stok di pasaran. Alhasil, sepeda bekas pun banyak yang dijual dengan harga di atas harga baru ketika kondisi normal.
Direktur salah satu produsen sepeda, Polygon, Wiliam Gozali menyebut kondisi ini dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Permintaan naik, harga otomatis mengikuti. Terlebih, banyak produsen tidak mengantisipasi lockdown di berbagai negara di awal-awal pandemi.
"Kendala utama adalah permintaan sepeda tinggi, sehingga pabrik supplier untuk spare part mengalami kesulitan untuk memenuhi jumlah," jelas William dalam diskusi online baru-baru ini.
Salah satu dampak pandemi yang dirasakan produsen sepeda adalah sulit mendatangkan spare part. Selain itu, kapasitas produksi juga masih belum bisa maksimal.
"Kita meningkatkan kapasitas produksi dan menjalankan protokol dari COVID-19 sehingga jumlah orang yang kerja juga masih dibatasi," pungkasnya.
https://nonton08.com/rambo-last-blood-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar