Senin, 27 Juli 2020

5 Cara Tepat Pakai Face Shield Agar Tak Terkontaminasi Virus

Face shield atau pelindung wajah juga kini banyak dipakai oleh masyarakat sebagai cara untuk mencegah virus Corona. Face shield juga dianggap sebagai perlindungan tambahan bagi pemakainya agar tidak terpapar droplet dalam jarak dekat.
Namun penggunaan face shield juga harus tepat agar tidak menimbulkan kontaminasi virus atau sampai menjadi sarang bakteri dan kuman.

Berikut beberapa cara memakai face shield yang benar dikutip dari CNN.

1. Harus pakai masker
Hingga saat ini masker tetap jadi pencegahan virus Corona yang utama. Penggunaan face shield hanya sebagai pelengkap masker, bukan untuk menggantikan, karena face shield tidak benar-benar menutup hidung dan mulut.

Dalam sebuah penelitian penggunaan masker dinilai sangat efektif untuk menekan penularan virus Corona. Menggunakan masker dan face shield tentu akan semakin meningkatkan efektivitas pencegahan COVID-19.

2. Tidak asal meletakkan face shield
Usahakan untuk tidak meletakkan face shield di sembarang tempat usai digunakan. Simpan dengan baik dan pastikan tempat penyimpanannya pun bersih agar tak ada virus dan bakteri atau kuman yang menempel.

3. Jangan menyentuh bagian depan face shield
Bagian depan face shield adalah sisi yang mungkin lebih banyak terkontaminasi virus, bakteri atau kuman lantaran langsung berdepan-depan dengan mikroorganisme. Karena itu pastikan selama memakai face shield, hindari menyentuh bagian depan.

4. Meminimalisir lepas-pasang face shield
Kurangi melepas dan memakai face shield. Semakin sering lepas-pasang, maka semakin tinggi risiko kontaminasi. Jika ingin melepas face shield, sentuh bagian gagangnya. Bukan bagian depan agar tangan tidak terkontaminasi virus.

5. Bersihkan face shield dengan rutin
Setelah digunakan, bersihkan segera face shield dengan alkohol 70 persen atau disinfektan. Untuk pembersihan secara rutin, basuh dengan detergen dan air kemudian keringkan sebelum digunakan kembali.

Ahli Virologi Sebut Luasnya Penularan Corona Karena Klaster Presimtomatik

Seorang ahli virologi menyebut bahwa meluasnya virus Corona sampai saat ini disebabkan banyaknya klaster kasus baru yang tidak menunjukkan adanya gejala. Profesor virologi di Fakultas Kedokteran Universitas Tohoku, Jepang, Hitoshi Oshitani, mengatakan ini jadi satu alasan karena banyak yang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi.
"Banyak data menunjukkan bahwa penularan presimtomatik (terinfeksi namun belum bergejala) cukup umum, ini yang menyulitkan pengendalian virus," katanya, dikutip dari DW, Senin (27/7/2020).

Ada beberapa pandangan tentang pasien COVID-19 yang tidak bergejala. Sebagian adalah asimtomatis (asymptomatic) yang artinya terinfeksi tetapi sama sekali tidak pernah menunjukkan gejala, dan sebagian lainnya adalah presimtomatis (presymptomatic) yakni terinfeksi dan tak bergejala tetapi sewaktu-waktu bisa muncul keluhan di kemudian hari.

Sebuah studi baru Jepang yang juga ditulis Oshitani melacak adanya sejumlah klaster virus Corona yang terdiri dari orang berusia muda yang tidak merasa sakit. Pada studi yang diterbitkan dalam CDC's Emerging Infectious Diseases Journal ini telah meneliti lebih dari 3.000 kasus di Jepang.

Dari kasus-kasus tersebut, para peneliti mempersempit penelitian ke 22 orang yang kemungkinan menyebabkan klaster tersebut. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa setengah dari orang-orang tersebut berusia antara 20-39 tahun.

Menurut penulis utama studi ini sekaligus asisten profesor virologi Universitas Kyoto, Jepang, Yuki Furuse, mengatakan temuan ini sangat mengejutkan. Ini karena mayoritas kasus COVID-19 yang dilaporkan terjadi di Jepang saat itu terdiri dari orang-orang yang berusia 50-an hingga 60-an tahun.
https://nonton08.com/suddenly-seventeen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar